Sentimen
Undefined (0%)
30 Sep 2025 : 23.02
Partai Terkait
Tokoh Terkait

Protes Gen-Z di Madagaskar, 22 Orang Meninggal Presiden Bubarkan Pemerintah

30 Sep 2025 : 23.02 Views 38

Espos.id Espos.id Jenis Media: Dunia

Protes Gen-Z di Madagaskar, 22 Orang Meninggal Presiden Bubarkan Pemerintah

Esposin, ZAMBIA -- Gelombang protes Gen-Z di Madagaskar berujung meninggalnya 22 orang. Presiden Madagaskar, Andry Rajoelina, merespons dengan membubarkan pemerintahan dan membuka ruang dialog.

Presiden Andry Rajoelina pada Senin (29/9/2025) mengumumkan pembubaran pemerintahan setelah gelombang protes besar yang menewaskan sedikitnya 22 orang dan dipimpin oleh kaum muda. Aksi ini mengguncang negara kepulauan di Samudra Hindia tersebut sejak Kamis (25/9/2025).

Pernyataan Presiden Madagaskar

"Kami mengakui dan meminta maaf jika anggota pemerintah tidak melaksanakan tugas yang diberikan kepada mereka; saya memahami kemarahan, kesedihan, dan kesulitan yang disebabkan oleh pemadaman listrik dan masalah pasokan air," kata Rajoelina dalam pidato yang disiarkan televisi oleh stasiun televisi pemerintah Televiziona Malagasy (TVM) dari ibu kota Antananarivo, dikutip dari Antara, Selasa (30/9/2025).

Demonstrasi tersebut merupakan yang terbesar di Madagaskar selama bertahun-tahun dan menjadi tantangan paling serius yang dihadapi Rajoelina sejak terpilih kembali pada 2023.

Ia mengatakan ingin menciptakan ruang untuk berdialog dengan kaum muda yang marah atas krisis pasokan air dan pemadaman listrik. “Saya mendengar seruan itu, saya merasakan penderitaannya; saya memahami dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Selain itu, Rajoelina berjanji akan memberikan dukungan kepada para pelaku bisnis yang terdampak penjarahan saat protes terjadi.

Laporan PBB dan Situasi di Lapangan

PBB menyatakan pada Senin bahwa setidaknya 22 orang meninggal dunia dan lebih dari 100 orang terluka dalam demonstrasi yang terinspirasi oleh protes “Gen-Z” di Kenya dan Nepal.

Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia menyebut korban termasuk pengunjuk rasa dan warga sipil yang dibunuh oleh pasukan keamanan, atau dalam kekerasan serta penjarahan yang meluas oleh individu dan geng yang tidak terkait dengan para pengunjuk rasa.

Namun, Kementerian Luar Negeri Madagaskar menolak angka korban yang disebutkan PBB. Menurut mereka, data tersebut tidak berasal dari otoritas nasional yang kompeten serta didasarkan pada "rumor dan misinformasi".

Pada Senin, para pengunjuk rasa berkumpul di sebuah universitas, melambaikan spanduk, dan mencoba berbaris menuju pusat kota. Namun, aksi mereka dibubarkan oleh polisi dengan tembakan gas air mata.

Sentimen: neutral (0%)