Sentimen
Undefined (0%)
2 Sep 2025 : 08.00
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Boyolali, Dukuh, Gunung, Karanganyar, Klaten, Solo, Tangki

Tokoh Terkait

Dari Sumber Air ke Santunan Duafa: Inspirasi Desa Cokrokembang Klaten

2 Sep 2025 : 08.00 Views 7

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Dari Sumber Air ke Santunan Duafa: Inspirasi Desa Cokrokembang Klaten

Esposin, KLATEN – Warga RT 019/RW 06 Dukuh Cokrokembang, Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah (Jateng), memanfaatkan sumber air lokal sebagai sumber kemaslahatan umat. Sebagian potensi air di kampung ini dikelola untuk usaha pengisian air.

Truk-truk tangki setiap hari hilir mudik ke lokasi pengisian. Satu per satu truk antre mengisi air dari sumber melalui pipa hingga tangki penuh. Aliran air memanfaatkan gravitasi dari sumber tak jauh dari lokasi pengisian.

Di tembok dekat pengisian tertulis: “Selesai isi, kran dimatikan. Untuk mobil ikan, ngocor air maksimal 15 menit.” Truk tangki datang dari berbagai wilayah, tidak hanya Klaten, tetapi juga Solo, Boyolali, hingga Gunung Kidul.

Meski digunakan untuk usaha, sumber air utama tetap terjaga kelestariannya. Airnya jernih dan dilindungi oleh tembok tua di tepi jalan. Warga setempat rutin menjaga sumber tersebut dan mencatat setiap truk yang mengisi. Tarif retribusi yang dikenakan adalah Rp20.000 per truk.

Ny Sofyan, salah satu warga, menjelaskan jumlah truk yang berdatangan tidak pasti. Saat kemarau, terbanyak bisa 20–30 truk. Ia menambahkan, rata-rata truk mengisi air untuk usaha air minum isi ulang dan sebagian untuk kolam renang.

“Hasil dari pengelolaan air ini untuk kegiatan sosial kampung. Seperti untuk musala, santunan orang sakit. Selain itu juga untuk santunan duafa,” jelas Ny Sofyan saat ditemui di dekat tempat pengisian air, Senin (1/9/2025).

Sopir truk Hanif, 21, mengatakan sudah empat tahun rutin mengambil air dari sumber tersebut untuk usaha isi ulang. “Per hari saya enam kali bolak-balik mengisi air di tempat itu, kemudian dibawa ke wilayah Colomadu, Karanganyar. Kalau berangkat dari Subuh. Tarifnya itu per tangki Rp20.000. Harga pasarannya memang segitu,” ujarnya.

Ketua RT 019/RW 06 Dukuh Cokrokembang, Sukoyo, menuturkan ide pengelolaan ini muncul karena melimpahnya air di kampung. “Ada satu sumber air yang sebelumnya hanya untuk kebutuhan minum warga. Banyak air yang akhirnya terbuang karena derasnya aliran. Air yang melimpah itu kemudian dikelola. Memanfaatkan gravitasi, air dari sumber sebagian dialirkan melalui pipa dan dimanfaatkan bersama oleh warga. Itu dimulai sekitar 2019,” jelas Sukoyo.

Pendapatan pengelolaan air mencapai Rp8–9 juta per bulan. Dana tersebut digunakan untuk kemaslahatan umat, termasuk berbagai kegiatan sosial dan pembangunan infrastruktur RT. Bantuan diberikan untuk warga yang meninggal dunia, santunan warga sakit, serta pembangunan musala dengan kolam renang kecil.

Selain untuk warga setempat, hasil pengelolaan air juga diberikan sebagai santunan rutin kepada duafa di empat wilayah RT, dengan nilai sekitar Rp2,3 juta per bulan. Sukoyo menambahkan, air dari sumber tersebut terus melimpah, dan warga secara rutin merawatnya agar kelestariannya tetap terjaga. Ia berharap pengelolaan sumber air untuk kemaslahatan umat ini bisa terus berlanjut.

Sentimen: neutral (0%)