Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: PDAM
Kab/Kota: Boyolali, Dukuh
Tokoh Terkait
Jaga Belasan Mata Air, Warga Urutsewu Boyolali Tanam Pohon dan Gelar Festival
Espos.id
Jenis Media: Solopos

Esposin, BOYOLALI -- Ribuan warga Desa Urutsewu, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, menggelar Festival Mata Air, Minggu (31/8/2025). Selain itu, ada pula aksi penanaman pohon sebagai wujud pelestarian 14 mata air di desa itu.
Acara dimulai dengan kirab dari Balai Desa Urutsewu dengan membawa gunungan hasil bumi, tumpeng, lauk-pauk, dan sebagainya. Ada pula rombongan penari dan perempuan pembawa kendi berisi air dari 13 mata air.
Diikuti pula rombongan peserta kirab masing-masing membawa bibit pohon. Mereka berjalan sekitar 2 kilometer menuju Umbul Krancah. Di sana, salah satu tokoh masyarakat mengambil air satu kendi dari Umbul Krancah lalu beberapa tokoh lain menyatukannya di gentong yang terbuat dari tanah liat.
Setelah itu, warga menari bersama, mengambil gunungan sayur mayur, air 14 mata air, dan makan bersama. Ketua Panitia Festival Mata Air Desa Urutsewu, Boyolali, Budi Kristianto, mengatakan rangkaian kegiatan festival dimulai sejak 30 Agustus dan akan berlangsung hingga 13 September 2025.
"Kegiatan diawali pada 30 Agustus kemarin dengan kerja bakti masyarakat, bersih-bersih mata air, di sekitar lingkungan tempat tinggal. Ada 14 mata air. Lalu, ada petik air yaitu mengambil air dari 13 mata air," kata dia dijumpai Espos di lokasi acara, Minggu.
Ia menjelaskan petik air yaitu mengambil air dari 13 mata air di Urutsewu lalu diwadahi dalam kendi kemudian dikirab pada Minggu untuk dibawa ke mata air terbesar yaitu Umbul Krancah di Dukuh Kalidadap. Kemudian, air dari 14 mata air dijadikan satu dan airnya dibagikan ke masyarakat.
Kendi sendiri memiliki makna kendalining diri atau pengendalian diri salah satunya penggunaan dan pelestarian air. Budi menjelaskan hal tersebut sebagai bagian cara menggerakkan dan mengedukasi masyarakat terutama generasi muda untuk melestarikan mata air dan mencintai lingkungannya.
“Ini juga bagian dari tradisi yang kami uri-uri. Kalau orang kampung namanya merti desa atau bersih desa, dan kami melibatkan secara nyata generasi muda di Urutsewu. Anak-anak muda membawa 1.350 bibit pohon yang akan kami tanam di 14 sumber mata air,” kata dia.
Beberapa bibit pohon yang dibawa antara lain beringin, asam jawa, palem, fortuna, dan sebagainya. Pohon-pohon tersebut dipercaya bisa menyerap air dan melestarikan sumber air.
Sebelumnya, lanjut Budi, acara merti desa digelar secara sederhana dengan melibatkan masyarakat dan kelompok tani di sekitar sumber air. Kemudian, pada 2025 ini disatukan dalam kegiatan besar dan diharapkan bisa menjadi destinasi wisata budaya.
“Rencananya akan kami lakukan setiap dua tahun sekali. Jadi bergantian dengan karnaval budaya HUT RI. Sebagai contoh tahun ini tidak ada karnaval HUT RI, kami isi dengan festival air. Tahun besok semisal karnaval baru tahun berikutnya festival air,” kata dia. Ia mengatakan semua umbul dimanfaatkan masyarakat baik untuk air minum, sanitasi, hingga perairan pertanian.
Local Genius
Lalu, salah satu warga sekaligus tokoh masyarakat, Yusep Kustono, menjelaskan kegiatan tersebut lebih menekankan cara menghargai air dari bagian hidup. “Sebanyak 80% dari tubuh kita adalah air, ketika kita tidak menjaga air, maka kita tidak menjaga tubuh. Kita tahu air sangat dibutuhkan baik di tubuh, masyarakat, pertanian, dan sebagainya,” kata dia.
Ia menjelaskan untuk melestarikan air, perlu adanya local genius. Sehingga, ketika ada praktik metri air tidak dipandang sebelah mata sebagai sesuatu yang biasa bahkan kuno. Namun, dibuat modernisasi ketika masyarakat bisa menjadikan memetri air sebagai pengetahuan akademisi.
“Contohnya ketika kita menyadari 80% tubuh kita adalah air, berarti kita harus berusaha dan mendominasikan air ini menjadi sahabat paling akrab. Bahkan, produksi dari udara ya dari tumbuhan, tumbuhan juga membutuhkan air,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Desa Urutsewu, Sri Haryanto, mengatakan 14 mata air tersebut terbentuk secara alami. Beberapa di antaranya sudah dimanfaatkan masyarakat untuk Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas).
“Ada sembilan sumber Pamsimas. Selain dari mata air, ada yang dari sumur bor. Kalau sumber mata air sebagian kan buat pertanian,” kata dia.
Untuk menjaga adanya air, warga melakukan penanaman pohon yang bisa menyimpan air. Ada pula banyak kegiatan salah satunya merti desa dengan membersihkan sumber mata air.
Selanjutnya, ia mengatakan Pamsimas di Urutsewu lebih murah yaitu Rp1.500-2.000 per meter kubik dibandingkan PDAM dengan tarif sekitar Rp5.000 per meter kubik.
Ke depan, Pemerintah Desa Urutsewu berencana bakal mengembangkan Umbul Krancah sebagai tempat wisata. Sementara baru ada kolam lele, kecehan anak, dan pancingan. Nantinya ke depan bakal diberi kolam ikan nila.
Selanjutnya, ia berterima kasih dan mengapresiasi kepada seluruh masyarakat dan instansi terkait yang telah mendukung acara Festival Air Desa Urutsewu.
“Ini adalah kegiatan luar biasa, diawali dengan membersihkan mata air di Urutsewu. Ini adalah penghargaan kami kepada lingkungan. Semoga dengan kegiatan ini, mata air di Urutsewu bisa lebih besar dan memberikan kemaslahatan bagi masyarakat,” kata dia.
Sentimen: neutral (0%)