Sentimen
Undefined (0%)
22 Agu 2025 : 14.44
Informasi Tambahan

Grup Musik: iKON

Kab/Kota: Klaten, Solo

Tokoh Terkait

Suara Orang Tua: Kami Ingin Dunia Digital yang Aman dan Edukatif

22 Agu 2025 : 14.44 Views 10

Espos.id Espos.id Jenis Media: News

Suara Orang Tua: Kami Ingin Dunia Digital yang Aman dan Edukatif

Esposin, SOLO — Witirto, 48, tak pernah menyangka pengalaman anaknya menyaksikan konten pornografi di media sosial berdampak begitu besar. Selama berhari-hari, putrinya yang kala itu duduk di bangku kelas V SD tampak sangat tertekan.

Warga Klaten itu menceritakan perubahan perilaku anaknya yang mendadak murung, sering menangis, bahkan berlama-lama salat dan mengaji. Beberapa kali, sang anak juga kehilangan nafsu makan. Belakangan, terungkap bahwa anaknya tak sengaja menonton konten pornografi saat sedang berselancar di media sosial. Meski hanya sekilas, dampaknya pada kondisi mental sang anak sudah terlanjur terasa.

“Anak saya enggak cerita langsung ke saya, tapi ke istri. Itupun setelah berulang kali ditanya. Saat menonton, anak merasa syok, setelah itu mual-mual. Baru kemudian merasa berdosa sudah menonton dan ingin menghilangkan dari ingatan. Kami berupaya menjelaskan soal konten itu agar anak merasa tidak bersalah,” tutur Witirto saat berbincang dengan Espos, Kamis (21/8/2025).

Beruntung, aktivitas di sekolah membantu sang anak melupakan kejadian tersebut. “Kebetulan di sekolah banyak kegiatan. Kemungkinan dia juga cerita ke gurunya, jadi merasa lega. Beberapa waktu kemudian, dia sudah kembali normal dan ceria, melupakan konten itu,” imbuhnya.

Ia meyakini kombinasi peran orang tua dan guru menjadi kunci agar anak bisa memahami bahwa persebaran konten negatif di media sosial memang sulit dicegah. Namun, dampaknya masih bisa diatasi dengan cara pendampingan dan komunikasi terbuka. “Agar anak tidak berlarut-larut memikirkan konten negatif, orang tua dan guru harus hadir. Memberi penjelasan, mendampingi, sehingga anak berani terbuka dengan apa yang ditemui di media sosial,” ujarnya.

Harapan Witirto sederhana. Platform digital dan media sosial harus menyediakan ruang yang lebih aman bagi anak. 

Menurutnya, anak-anak tak bisa sepenuhnya dihindarkan dari keinginan bermedia sosial. Meski orang tua bisa membatasi screen time, hal itu sering tidak maksimal jika platform tetap membiarkan konten negatif muncul begitu saja. 

“Semoga pengembang bersedia menghadirkan regulasi posting yang ketat. Algoritma diperbaiki dan ada klausul khusus untuk akun media sosial milik remaja,” katanya.

Senada, orang tua lainnya, Rahmawati, 45, juga menilai platform media sosial perlu memperketat algoritma, terlebih dengan maraknya konten yang diproduksi menggunakan teknologi AI. Menurutnya, kreativitas sebagian konten kreator justru kerap mengarah ke hal-hal negatif. 

“Orang tua bisa memandu dan mendampingi, tapi platform juga harus berperan melindungi anak,” ujar Rahmawati.

Ia mengaku rutin mengingatkan anaknya untuk segera melapor jika menemukan konten tidak layak. 

“Saya selalu ingatkan, misalnya ketemu konten tidak pantas, langsung klik titik tiga di atas, lalu laporkan lewat ikon tanda seru. Sederhana saja. Setelah itu, konten-konten serupa biasanya minimal berkurang dari algoritma browsing anak saya,” pungkasnya.

Bagi Witirto dan Rahmawati, suara mereka mewakili keresahan banyak orang tua. Anak-anak memang tak bisa dipisahkan dari dunia digital, tetapi ruang itu seharusnya aman sekaligus edukatif. Mereka hanya ingin anak-anak bisa tumbuh dengan sehat, tanpa dihantui konten yang seharusnya tidak mereka lihat.

Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital menunjukkan keseriusannya dalam melindungi masyarakat, terutama anak-anak, dari paparan konten berbahaya. Melalui Keputusan Menteri Kominfo Nomor 522 Tahun 2024, platform digital diwajibkan menindaklanjuti laporan konten negatif sesuai tingkat urgensinya.

Komitmen ini diperkuat dengan peluncuran sistem SAMAN, mekanisme pencatatan dan penegakan sanksi administratif berupa denda besar bagi platform yang lalai.

“Melindungi anak-anak dari dampak negatif internet adalah prioritas utama. Tidak ada toleransi bagi platform yang lalai. Ini bukan hanya soal regulasi, tapi tanggung jawab moral terhadap masa depan generasi muda,” tegas Menkomdigi Meutya Hafid, Jumat (31/01/2025).

Dengan regulasi, sanksi tegas, serta instrumen pengawasan seperti SAMAN, pemerintah berupaya memastikan bahwa ruang digital Indonesia aman, sehat, dan edukatif. 

Sentimen: neutral (0%)