Akhir Pekan Rupiah Dibuka Melemah
Espos.id
Jenis Media: Bisnis

Espos.id, JAKARTA — Mata uang rupiah dibuka melemah ke posisi Rp16.345,5 per dollar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (22/8/2025). Pada perdagangan kemarin, Kamis (21/8/2025), rupiah ditutup melemah 0,11% ke level Rp16.289,50 per dollar AS.
Berdasarkan data Bloomberg yang dikutip bisnis.com, rupiah mengawali perdagangan hari ini dengan melemah 0,35% atau 57,5 poin ke level Rp16.345,5 per dollar AS. Pada saat yang sama, indeks dollar AS terpantau naik 0,06% ke posisi 98,67.
Sejumlah mata uang di Asia lainnya juga melemah. Yen Jepang misalnya melemah 0,07%, dollar Singapura melemah 0,03%, dollar Taiwan melemah 0,47%, dan peso Filipina melemah 0,08%. Selain itu, yuan China melemah 0,05%, rupee India melemah 0,22%, baht Thailand melemah 0,10%, dan ringgit Malaysia melemah 0,13%.
Menurut laporan media internasional yang dikutip bisnis.com. sentimen negatif terjadi di pasar Asia yang juga menyeret pergerakan rupiah. Yuan China misalnya, terdepresiasi setelah data penjualan ritel per Juli 2025 hanya tumbuh 3,7% sepanjang tahun berjalan (year to date/YtD), jauh di bawah ekspektasi 5,9%.
"Sentimen terhadap rupiah Indonesia berbalik negatif setelah sebelumnya positif, sementara posisi short pada dolar Taiwan dipangkas. Bank Indonesia secara mengejutkan memangkas suku bunga acuan 7-day reverse repo sebesar 25 basis poin pada Rabu,” sebut laporan media internasional, Kamis.
Dari sisi domestik, pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menyoroti kebijakan fiskal pemerintah sebagai faktor penekan. Dalam RAPBN 2026, pemerintah berencana menarik utang baru Rp781,87 triliun melalui penerbitan SBN senilai Rp749,19 triliun dan penarikan pinjaman neto Rp32,67 triliun.
“Pembiayaan utang yang tinggi ini bisa menambah tekanan pada rupiah, meski pembiayaan pinjaman neto turun dibanding outlook 2025,” ujar Ibrahim.
Dari sisi global, perkembangan konflik Rusia–Ukraina masih membayangi. Presiden AS Donald Trump berjanji menjamin keamanan Ukraina sebagai bagian dari skema penyelesaian damai, tetapi kebijakan tarif tambahan AS terhadap India atas pembelian minyak Rusia juga menciptakan ketidakpastian baru.
“Pasar khawatir tarif sekunder 25% dari AS terhadap India akan efektif berlaku pada 27 Agustus. Jika itu terjadi, tekanan terhadap perdagangan minyak Rusia bisa melebar dampaknya, termasuk bagi pergerakan rupiah,” kata Ibrahim.
Sentimen: neutral (0%)