Sentimen
Undefined (0%)
20 Agu 2025 : 14.57
Informasi Tambahan

Institusi: Griffith University

Kab/Kota: Sukabumi

Kisah Raya, Anak 4 Tahun di Sukabumi yang Meninggal akibat Cacingan

20 Agu 2025 : 14.57 Views 16

Espos.id Espos.id Jenis Media: News

Kisah Raya, Anak 4 Tahun di Sukabumi yang Meninggal akibat Cacingan

Esposin, SUKABUMI — Di media sosial viral kabar seorang anak bernama Raya yang dibawa ke RSUD Syamsudin, Sukabumi, pada 13 Juli 2025, karena menderita cacingan. Saat dalam penanganan, tiba-tiba keluar cacing dari hidung balita tersebut.

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Raya menderita askariasis, yakni infeksi akibat cacing ascaris lumbricoides atau cacing gelang.

Dikabarkan juga bahwa ibu dari balita tersebut mengalami masalah mental, sehingga kesulitan memberikan pengasuhan. Sementara itu, ayah Raya menderita tuberkulosis (TB).

Selain itu, keluarga tidak memiliki Kartu Keluarga dan kepesertaan BPJS Kesehatan, sehingga tidak bisa mengakses layanan kesehatan. Balita tersebut kemudian meninggal pada 22 Juli 2025.

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi merespons hal tersebut dengan menghentikan sementara dana desa bagi Desa Cianaga, Kabandungan, Sukabumi, Jawa Barat.

Sanksi tersebut diberikan karena Dedi menilai bahwa perangkat Desa Cianaga lalai dalam mengurus warganya, hingga berujung pada kematian balita tersebut.

Pentingnya Terdaftar JKN

Sementara, BPJS Kesehatan menyampaikan duka cita atas meninggalnya seorang balita di Sukabumi dan menyebutkan pentingnya Nomor Induk Kependudukan (NIK) untuk pendaftaran JKN agar dapat segera bisa mengakses layanan kesehatan.

Kepala Humas BPJS Kesehatan, Rizzky Anugerah menyampaikan hal tersebut di Jakarta, Rabu (20/8/2025), merespons kabar di media massa mengenai seorang anak di Sukabumi, Jawa Barat, yang meninggal karena cacingan. Kejadian tersebut juga disorot oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.

"NIK merupakan salah satu syarat dalam proses pendaftaran sebagai peserta JKN. Sebab, NIK merupakan identitas yang melekat ke setiap penduduk Indonesia dari awal lahir sampai tutup usia. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang untuk mengurus dan memiliki NIK," ujar Rizzky, dilansir Antara.

Dia menjelaskan bagi warga kurang mampu, dapat diusulkan untuk didaftarkan sebagai peserta yang ditanggung pemerintah, baik oleh pemerintah pusat (PBI), maupun oleh pemerintah daerah (PBPU Pemda), sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

"Kami juga mengimbau masyarakat untuk memastikan status kepesertaan JKN-nya aktif, supaya tidak mengalami kendala saat mengakses layanan kesehatan," ujarnya.

Tujuh Hal Penting dari Kisah Raya

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof. Tjandra Yoga Aditama menyebut ada tujuh hal penting yang perlu diperhatikan sebagai pembelajaran dari kisah Raya.

"Pertama, untuk analisa bagaimana keadaan klinik sebenarnya serta apa penyebab kematian, kita perlu menunggu penjelasan resmi dari pihak rumah sakit secara rinci dulu, sebelum mengambil kesimpulan yang jelas," katanya.

Selain itu, kata Tjandra, perlu ditelusuri kondisi lingkungan sekitar tempat tinggal anak tersebut guna memastikan apakah ada potensi penyebaran cacing di pemukiman warga.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, penyakit cacingan disebabkan berbagai jenis parasit, seperti cacing gelang Ascaris lumbricoides, cacing cambuk Trichuris trichiura, cacing tambang Necator americanus, dan Ancylostoma duodenale hingga Strongyloides stercoralis.

Penularan, umumnya terjadi melalui telur cacing dalam tinja yang mencemari tanah, kemudian masuk ke tubuh anak saat bermain tanpa mencuci tangan, atau melalui air yang tercemar, kata Tjandra menambahkan.

"Telur cacing tersebut dapat tertelan oleh anak-anak yang bermain di tanah yang terkontaminasi, lalu memasukkan tangan mereka ke dalam mulut tanpa mencucinya. Tentu saja ada cara penularan lain seperti melalui air yang tercemar," katanya.

Tjandra yang juga Direktur Pascasarjana Universitas YARSI/Adjunt Professor Griffith University menyebut anak dengan gizi kurang menjadi kelompok yang paling rentan terinfeksi.

Untuk penanganan, WHO merekomendasikan empat langkah utama, yakni pemberian obat cacing secara berkala, edukasi kesehatan, perbaikan sanitasi, serta pengobatan dengan obat yang dinilai aman dan efektif.

Tjandra menambahkan WHO telah menargetkan pengendalian penyakit cacingan berbasis tanah (Soil-transmitted helminth) pada 2030.

Indonesia, kata dia, sebaiknya juga menetapkan target serupa demi mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 yang sehat dan bebas dari penyakit menular sederhana seperti kecacingan.

Sentimen: neutral (0%)