Sentimen
Informasi Tambahan
Brand/Merek: Coca Cola
Kab/Kota: Banyumas, Brebes, Cilacap, Demak, Jepara, Karanganyar, Klaten, Magelang, Pati, Semarang, Solo, Sragen, Sukoharjo, Temanggung, Wonosobo
Tokoh Terkait
Menghitung Penumpukan Sampah di Jawa Tengah, Sampah Sisa Makanan Tertinggi
Espos.id
Jenis Media: Eco

<div style="position: relative; width: 100%; height: 0px; padding: 203.14% 0px 0px; overflow: hidden; will-change: transform;"><iframe loading="lazy" src="https://e.infogram.com/c7c103e2-03ec-4a68-9937-a8ca2f86f541?src=embed&embed_type=responsive_iframe" title="Untitled" allowfullscreen="" allow="fullscreen" style="position: absolute; width: 100%; height: 100%; top: 0px; left: 0px; border: none; padding: 0px; margin: 0px;"></iframe></div><div style="padding: 8px 0px; font-family: Arial; font-size: 13px; line-height: 15px; text-align: center; border-top: 1px solid rgb(218, 218, 218); margin: 0px 30px;"><a href="https://infogram.com/untitled-1h7v4pdkl5q8j4k" target="_blank" style="color: rgb(152, 152, 152); text-decoration: none;">Untitled</a><br><a href="https://infogram.com" target="_blank" rel="nofollow" style="color: rgb(152, 152, 152); text-decoration: none;">Infogram</a></div>
Esposin, SOLO -- Sisa makanan menjadi jenis sampah yang paling banyak dihasilkan di berbagai kabupaten/kota di wilayah Jawa Tengah, maupun Soloraya. Fakta tersebut didapatkan berdasarkan data di Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) wilayah Jawa Tengah pada 2024 dan 2023.
Fakta tersebut selaras dengan data nasional yang menyebutkan pada 2024 lalu Indonesia menghasilkan 23-48 juta ton sampah makanan per tahun. Jika dihitung, jumlah tersebut bisa menghidupi 61-125 juta orang atau setara 29-47% populasi rakyat RI.
Laporan Studi Food Loss and Waste Regional yang dibuat oleh https://un-pageindonesia.org/ menyoroti masalah susut pangan dan sampah makanan (FLW) di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali, yang berdampak signifikan terhadap lingkungan, ekonomi, dan ketahanan pangan di Indonesia. Studi tersebut mengungkapkan Indonesia menghasilkan 115-184 kg FLW per kapita setiap tahun, dengan kontribusi terbesar berasal dari rumah tangga, restoran, dan pasar.
Limbah makanan dari konsumsi paling banyak terjadi di Jawa Barat dan Jawa Tengah, sementara kehilangan produksi bahan pangan terbesar terjadi di Bali, terutama disebabkan oleh pembusukan buah dan praktik budaya.
Saat ini, strategi pengelolaan FLW di provinsi-provinsi tersebut terbatas pada pengomposan dan budidaya black soldiers Fly, dengan sedikit praktik pemisahan sampah.
Tertinggi
Pada 2023 lalu, Sragen menjadi kabupaten dengan sampah makanan tertinggi per tahun. Persentasenya mencapai 74,30% dibandingkan dengan sampah lainnya. Disusul Kabupaten Wonosobo sebanyak 68,93%, Karanganyar 63%, Kabupaten Semarang 61,56%, dan Kota Semarang sebanyak 60,80%. Disusul Klaten, Cilacap, Jepara, dan Sukoharjo.
Setahun kemudian, pada 2024 urutan kabupaten/kota dengan sisa sampah makanan tertinggi tak beda jauh dari sebelumnya. Kabupaten Sragen menempati posisi tertinggi sebanyak 74,30%, Semarang sebanyak 61,56%, Wonosobo 60.93%, Kota Semarang sebanyak 60,80%, dan Kota Magelang sebanyak 54,28%. Disusul Kabupaten Jepara, Sukoharjo, Kabupaten Magelang, Demak, dan Solo.
Sementara itu, timbulan sampah tertinggi pada 2023 yakni Kota Semarang sebanyak 431.534,65 ton/tahun, disusul Brebes 366.937 ton/tahun, dan Cilacap 348.406 per ton/tahun. Disusul Kabupaten Grobogan, Demak, Pati, Magelang, dan Klaten.
Urutannya hampir sama pada periode 2024. Timbulan sampah di Kota Semarang masih tertinggi sebanyak 434.243 ton/tahun, Brebes 372.861 ton/tahun, dan Pati 248.083 ton/tahun. Disusul Kabupaten Magelang, Demak. Sragen, dan Kabupaten Banyumas.
Sampah Terbuang
Dilansir Antaranews.com, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLKH) Jawa Tengah, Widi Hartanto menyebutkan masih ada 37 persen sampah yang terbuang ke lingkungan atau belum terolah secara baik, sehingga berpotensi mencemari lingkungan.
"Masih ada 37 persen sampah yang terbuang ke lingkungan, masih ada pembakaran sampah, ditimbun di pekarangan. Ini perlu di-treatment, perlu upaya yang sangat besar untuk menangani masalah sampah sampai ke tingkat desa," katanya saat membuka Circular Economy Forum 2025, di Semarang, Rabu (16/7/2025).
Ia menjelaskan saat ini baru 2,6 juta ton sampah yang berhasil dikelola di Jateng, padahal masih ada nilai ekonomi yang bisa digali dari tumpukan sampah tersebut.
Menurutnya, komposisi sampah yang diproduksi Jateng, utamanya masih sampah organik, yaitu sampah makanan yang punya persentase sebesar 40 persen dari total keseluruhan sampah yang dibuang.
"Sebanyak 20 persen sampah yang terbuang adalah sampah plastik dan sisanya sampah kertas dan karton," katanya.
Dengan menerapkan prinsip ekonomi sirkular, kata dia, tumpukan sampah itu sebetulnya masih memiliki nilai ekonomi tersendiri. "Botol minuman kemasan itu bisa dijual, termasuk kertas, koran itu bisa. Sebenarnya semua bernilai ekonomi, hanya tinggal kita mau enggak untuk melakukan pemilahan di rumah," kata dia.
Untuk itu, Widi memberikan apresiasi atas inisiatif penyelenggaraan Circular Economy Forum 2025, yang menjadi langkah forum yang strategis, yang diinisiasi oleh para pelaku usaha.
Pakar ekonomi lingkungan Universitas Negeri Semarang (Unnes), Amin Pujiati, menjelaskan ekonomi sirkular dapat menjadi alternatif solusi pengelolaan sampah di Jateng, namun prinsip tersebut masih menyisakan sejumlah tantangan untuk bisa diterapkan.
"Kendala terbesar saat ini adalah keterbatasan sumber daya manusia dan kesadaran. Jadi, penanganan limbah ini paling banyak dibuang, yang dikelola hanya sedikit saja. Dalam konteks ekonomi sirkular pada sektor pangan, yang sudah banyak dilakukan itu adalah repurpose," kata Wakil Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Unnes itu.
Sementara itu, Regional Public Affairs Manager Coca-Cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia Armytanti Hanum Kasmito mengungkapkan mekanisme pengelolaan sampah kemasan di perusahaan itu dimulai dengan upaya mengumpulkan kembali plastik kemasan yang diproduksi melalui collection center yang dibangun di beberapa lokasi.
Ada 36 collection center yang telah dibangun CCEP di Indonesia, dan tiga diantaranya berada di Jateng yang sepanjang 2024 berhasil mengelola 30.000 ton sampah plastik.
Pengelolaan Sampah
Dilansir jatengprov.go.id, pemerintah Provinsi Jawa Tengah mendorong upaya terbentuknya pengelolaan sampah terpadu aglomerasi antarwilayah kabupaten/ kota terdekat.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jateng, Sumarno, menjelaskan pengelolaan itu bisa menampung dan mengelola sampah dari berbagai kabupaten/ kota.
“Contoh pengelolaan sampah terpadu bisa digarap di Kabupaten Magelang, digandeng dengan Temanggung, dan sekitarnya. Di Solo itu agar melibatkan jangan Karanganyar, Sukoharjo, Sragen,” kata Sumarno, di sela Rapat Koordinasi Pemantapan Isu Strategis Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik, di Hotel Front One Kesambi, Semarang, Selasa (24/6/2025).
Pengelolaan sampah tersebut, lanjut dia, diharapkan bisa diproduksi menjadi bahan bakar berbahan sampah atau refuse derived fuel (RDF). Sebab, RDF biasanya digunakan industri maupun pembangkit listrik berbahan bakar alternatif.
Sumarno menyampaikan, pihaknya juga mendorong pengelolaan sampah skala regional di tingkat desa. Sebagai percontohan, terdapat TPS regional di Magelang, yang bisa ditiru desa-desa lain di Jateng.
Dia menekankan, persoalan sampah menjadi salah satu masalah krusial dan strategis, yang perlu segera diselesaikan. Mengingat, kata Sumarno, Badan Kesbangpol dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, memiliki peran besar untuk mitigasi dan menyelesaikan salah satu persoalan lingkungan tersebut.
Terlebih, permasalahan lingkungan juga punya efek lanjut dengan problem sosial.
“Masalah sampah, pengelolaan, dan pembuangannya ini menjadi pekerjaan yang kita hadapi. Butuh koordinasi dan kolaborasi dengan semua pihak. Persoalan kerusakan lingkungan ini harus menjadi perhatian kita semua,” kata sekda.
Dalam kesempatan itu, dia juga mendorong setiap warga agar mengelola sampah yang dihasilkan dengan baik. Dengan begitu, tidak ada lagi warga yang membuang sampah sembarangan, atau membakarnya.
<div style="position: relative; width: 100%; height: 0px; padding: 203.14% 0px 0px; overflow: hidden; will-change: transform;"><iframe loading="lazy" src="https://e.infogram.com/9b0823f6-a774-4bc2-a174-32c9b6c97e4b?src=embed&embed_type=responsive_iframe" title="Untitled" allowfullscreen="" allow="fullscreen" style="position: absolute; width: 100%; height: 100%; top: 0px; left: 0px; border: none; padding: 0px; margin: 0px;"></iframe></div><div style="padding: 8px 0px; font-family: Arial; font-size: 13px; line-height: 15px; text-align: center; border-top: 1px solid rgb(218, 218, 218); margin: 0px 30px;"><a href="https://infogram.com/untitled-1h7v4pdklprnj4k" target="_blank" style="color: rgb(152, 152, 152); text-decoration: none;">Untitled</a><br><a href="https://infogram.com" target="_blank" rel="nofollow" style="color: rgb(152, 152, 152); text-decoration: none;">Infogram</a></div>
Sentimen: neutral (0%)