Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Blora, Jepara, Kudus, Pati, Rembang
Kasus: korupsi
Tokoh Terkait
Jelang Aksi 13 Agustus, Polresta Pati Pastikan Pengamanan Sesuai Prosedur
Espos.id
Jenis Media: Jateng

Esposin, PATI – Menjelang pengamanan aksi unjuk rasa (unra) yang digelar pada Rabu (13/8/2025) hari ini, Satuan Samapta Polresta Pati, Jawa Tengah (Jateng), menggelar latihan Pleton Raimas (Rainmas) di Lapangan Mako Brimob Pati, Senin (11/8/2025).
Di antara latihan tersebut, adalah menembakkan flash ball sesuai prosedur atau standar operasional pekerja (SOP).
Informasi yang diterima Espos, kegiatan ini dihadiri langsung oleh Dir Samapta Polda Jateng, KBO Samapta Polda Jateng, serta para Kasat Samapta dari:
– Polresta Pati
– Polres Kudus
– Polres Jepara
– Polres Blora
– Polres Rembang
Selain itu, terlibat pula 10 personel Bulsit, 10 personel Dalmas Lanjut, serta 25 personel Ton Raimas yang akan menjadi garda depan dalam pengamanan unra nanti.
Kapolresta Pati melalui Kasat Samapta Polresta Pati, AKP Ali Mahmudi, mengatakan latihan ini merupakan bagian dari persiapan menghadapi potensi kerawanan. Yakni memastikan setiap personel siap bergerak cepat ketika ada panggilan luar biasa.
“Targetnya, penggunaan pakaian PHH Dalmas dapat dilakukan hanya dalam waktu lima menit,” kata AKP Ali dalam keterangan resminya, Selasa (12/8/2025).
Menurut Ali, materi yang diberikan meliputi pengendalian massa anarkistis, penyelamatan korban kerusuhan, pemadaman api menggunakan APAR, hingga tata cara menembakkan flash ball secara benar dan terukur. Flash Ball adalah merek dagang untuk senjata pelontar proyektil genggam yang kurang mematikan.
“Materi ini sengaja kami padatkan agar prajurit betul-betul menguasai setiap prosedur,” terangnya.
Dari sisi peralatan, latihan kali ini memanfaatkan 13 unit kendaraan dinas roda dua jenis KLX Raimas, satu unit mobil publik address (RAISA) dan 10 set baju Dalmas. Kemudian 25 set baju Raimas, 10 helm Dalmas, 25 helm Raimas, 12 pucuk senjata flash ball, dan 30 butir peluru flash ball.
“Peralatan ini tidak hanya untuk latihan, tetapi juga akan digunakan saat pengamanan aksi nanti,” tegasnya.
Ali menambahkan, kecepatan respon adalah kunci dalam penanganan massa. Lalu kekompakan penting menjadi kunci pengamanan.
“Dalam situasi nyata, setiap detik sangat berharga. Karena itu, latihan ini kami rancang menyerupai kondisi lapangan yang sesungguhnya. Dan pleton Raimas ini ibarat satu tubuh. Semua gerakan harus serentak, kompak, dan disiplin. Kalau satu saja terlambat, maka efektivitas pasukan akan berkurang,” imbuhnya.
Selain penguasaan taktik, personel juga dilatih untuk memiliki mental tangguh dalam menghadapi tekanan di lapangan. Sebab, unjik rasa bisa berubah menjadi ricuh dalam hitungan menit.
“Kami siapkan mental anggota agar tetap tenang dan profesional,” tuturnya.
Dalam sesi latihan penyelamatan korban, para personel juga diberi simulasi evakuasi di tengah kerusuhan. Hal ini dinilai penting karena tugas kami tidak hanya mengendalikan massa, tapi juga melindungi warga dari potensi bahaya.
Pada materi pemadaman api, setiap personel dilatih menggunakan APAR dengan cepat dan tepat sasaran. Sebab, api kecil kalau dibiarkan bisa memicu kerusuhan lebih besar.
“Itulah kenapa kemampuan ini harus dimiliki semua anggota Raimas,” paparnga.
Latihan menembakkan flash ball menjadi salah satu momen yang paling serius. Flash ball digunakan hanya dalam situasi tertentu dengan prosedur ketat.
“Anggota harus tahu kapan, di mana, dan bagaimana menggunakannya,” tegasnya.
Selain itu, Ali menegaskan bahwa penanganan massa harus tetap mengedepankan sikap humanis. Ia mengingatkan anggota untuk tetap ramah, tidak terpancing emosi, dan mengedepankan komunikasi persuasif sebelum mengambil tindakan tegas.
“Tujuannya agar situasi tetap terkendali tanpa harus menimbulkan gesekan yang tidak perlu,” tuturnya.
Situasi Massa
Sementara itu, sejak dini hari Rabu (13/8/2025), Alun-alun Kabupaten Pati, Jawa Tengah, berubah menjadi titik kumpul penuh semangat. Ribuan warga dari berbagai penjuru mulai memadati area sekitar Pendopo Kabupaten Pati, bersiap menyuarakan aspirasi mereka menjelang aksi yang dijadwalkan pada 13 Agustus.
Suasana di Alun-alun Pati terasa seperti pesta jalanan yang sarat energi. Dentuman bass dari sound menggetarkan tanah dan menggema di udara malam, membakar semangat massa yang berkumpul. Lagu-lagu lantang yang diputar menyelimuti mereka dalam aura perlawanan yang hangat dan penuh harapan.
Deru knalpot brong dari iring-iringan sepeda motor menambah hiruk-pikuk malam itu. Asap tipis bercampur aroma bensin dan keringat memenuhi udara, seolah menjadi terompet perang yang memanggil lebih banyak warga untuk bergabung.
Kehadiran aparat kepolisian yang berpatroli di lokasi tak mengurangi semangat massa. Mereka justru disambut dengan sorakan “huuuu” sebagai bentuk protes yang tegas namun damai.
Beberapa bendera One Piece berkibar di beberapa sudut, menambah warna di tengah kerumunan. Spanduk besar bertuliskan tuntutan tegas, “Pak Presiden Prabowo Pecat Bupati Sudewo Atau Jateng Boikot Partai Gerindra,” terbentang di atas gerbang Kantor Bupati Pati, menjadi simbol suara kolektif masyarakat.
Koordinator Aliansi Masyarakat Pati Bersatu, Ahmad Husein, menyampaikan bahwa aksi kali ini diikuti oleh sekitar 100.000 orang. Aksi ini bukan hanya tentang kekecewaan atas kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) sebesar 250%, tetapi juga penolakan terhadap sikap arogan Bupati Sudewo yang dianggap mengabaikan aspirasi warga sebelum akhirnya membatalkan kebijakan tersebut.
“Maka kami meminta DPRD untuk melengserkan Sudewo. Dia juga pernah tersangkut kasus korupsi kereta,” ujar Husein tegas.
Meski diikuti ribuan massa, Aliansi Masyarakat Pati Bersatu menegaskan aksi ini berjalan damai. Husein mengimbau seluruh peserta untuk menjaga kondusivitas dan tidak terprovokasi oleh pihak manapun yang ingin memecah belah.
“Saya bertanggung jawab atas kelancaran aksi ini. Kami pastikan semua berjalan damai. Masyarakat diharapkan menyuarakan tuntutan tanpa anarkis,” pesannya penuh harap.
Sentimen: neutral (0%)