Sentimen
Undefined (0%)
12 Agu 2025 : 20.09
Informasi Tambahan

Hewan: Gajah

Kab/Kota: Solo

Partai Terkait
Tokoh Terkait
joko widodo

joko widodo

Slamet Riyadi

Slamet Riyadi

Cerita Eks Legislator DPRD Solo Wawanto, Pindah ke PSI setelah 36 Tahun di PDIP

12 Agu 2025 : 20.09 Views 1

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Cerita Eks Legislator DPRD Solo Wawanto, Pindah ke PSI setelah 36 Tahun di PDIP

Esposin, SOLO -- Wawanto menjadi salah satu dari tiga mantan legislator DPRD Solo dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP yang memilih pindah dan bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia atau PSI.

Padahal kebersamaan Wawanto dengan partai berlambang banteng moncong putih itu tidak bisa dibilang sebentar. Wawanto sudah 36 tahun menjadi kader PDIP, tepatnya sejak 1989. Karenanya ia pun mengaku tetap cinta PDIP karena sejarah panjang yang telah dilaluinya bersama partai politik pimpinan Megawati Soekarnoputri itu.

Wawanto mengungkapkan hal tersebut saat berbicara kepada wartawan dalam konferensi pers bersama mantan kader PDIP Solo lainnya, Ginda Ferachtriawan dan Dyah Retno Pratiwi, yang juga pindah ke PSI di kawasan Manahan, Banjarsari, Solo, Selasa (12/8/2025).

“Saya tidak membenci PDIP, tidak sama sekali, saya itu sangat cinta dengan PDIP, dan militan. Buktinya, dari tahun 1988 saya lulus SMA dan mulai nyoblos pertama pada 1989. Saya juga sempat tergabung dalam Banteng Kampus Universitas Slamet Riyadi. Pendirinya Mas Purwono, senior saya. Banteng kampus itu yang menggelorakan PDIP Solo. Sudah berapa tahun kalau begitu?” kata Wawanto.

Namun perjalanan panjang tersebut, menurut dia, tidak mendapat sambutan yang hangat dari internal PDIP Solo. Kritik yang sering disampaikannya, lanjut dia, malah kerap dianggap sebagai hal yang mengusik ketenteraman internal partai.

“Saya pengurus ranting [PDIP Solo] di Kadipiro selama empat periode, 20 tahun. Setelah itu saya mengundurkan diri dari pengurus ranting, maksudnya agar ada regenerasi kader, dan jangan saya terus. Saya ajukan kritik namun ternyata kritik itu diterima sebagai usikan,” tambahnya.

Karena itu pula, kemudian Wawanto memilih berpindah dari partai berlambang banteng ke partai berlambang gajah atau PSI. “Alasan yang mendasar saya berlabuh ke PSI, bahwa saya masih ingin berkontribusi mewarnai perpolitikan di Solo. Selain itu, bahwa di dalam lingkaran saya tidak dianggap, tidak diajak komunikasi, bahwa telah statemen Wawanto itu bukan siapa-siapa dan tidak memiliki pengaruh apa pun,” jelasnya.

Wawanto mengaku bergabungnya ia ke PSI juga bukan karena sejumlah figur yang mentereng di partai yang baru saja menggelar kongres pertama di Solo belum lama ini, termasuk adanya keluarga mantan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

“Saya tidak pernah mengultuskan figur. Saya tetap mengkritisi figur, kalau salah ya saya bilang salah dan sebaliknya. Jadi pindahnya saya ke PSI karena murni alasan pribadi saya,” kata dia.

Tak hanya itu, Wawanto juga mengaku dirinya tidak lagi muda seperti kader-kader lainnya di PSI. Kendati demikian, dia mengatakan akan berusaha semaksimal mungkin beradaptasi dengan anak muda dan memberi kontribusi terbaiknya kepada PSI Solo dalam kontestasi politik mendatang.

“Kan anak muda itu kalau tidak ada orang tua nanti jalannya terlalu cepat. Peran orang tua di situ ngerem-rem sedikit,” kata dia. Siang itu, Wawanto mengaku telah membuat surat pengunduran dirinya secara resmi ke PDIP, lengkap dengan meterai.

Pada Rabu (13/8/2025), Wawanto berencana menyampaikan surat tersebut secara langsung ke kantor DPC PDIP Solo di Pucangsawit, Jebres, Solo. “Saya login PSI sejak 8 Agustus 2025, dan besok akan saya masukkan surat pengunduran diri saya ke DPC PDIP Solo,” jelasnya.

Sentimen: neutral (0%)