Sentimen
Undefined (0%)
12 Agu 2025 : 19.18
Tokoh Terkait

Peneliti: Mal Sepi Bukan Karena Rojali dan Rohana, tapi Gaya Hidup Serba Digital

12 Agu 2025 : 19.18 Views 1

Espos.id Espos.id Jenis Media: Ekonomi

Peneliti: Mal Sepi Bukan Karena Rojali dan Rohana, tapi Gaya Hidup Serba Digital

Espos.id, JAKARTA - Sepinya pusat perbelanjaan (mal) bukan disebabkan fenomena Rombongan Jarang Beli (Rojali) maupun Rombongan Hanya Nanya (Rohana), melainkan karena perubahan gaya hidup masyarakat yang kini serba digital. Peralihan gaya hidup tersebut mendorong masyarakat lebih memilih berbelanja melalui niaga elektronik (e-commerce) dibanding datang langsung ke mal.

Hal ini disampaikan ekonom sekaligus Policy and Program Director lembaga kajian Prasasti Center for Policy Studies (Prasasti) Piter Abdullah dalam konferensi pers Peluncuran Laporan Riset Ekonomi Digital di Jakarta, Selasa (12/8/2025). “Sekarang kita pergi ke mal bukan untuk belanja, karena belanjanya sudah dilakukan secara online,” ujar dia. 

Piter menjelaskan, perubahan perilaku ini juga terlihat di supermarket yang kini jarang dipenuhi antrean pembayaran. Sebab, mayoritas masyarakat sudah membeli pakaian, makanan, bahkan kebutuhan sehari-hari secara daring karena dianggap lebih mudah dan murah.

“Sekarang ini saya hampir enggak pernah lagi belanja di mal. Semuanya online. Bahkan belanja kebutuhan sehari-hari untuk masak itu online,” terangnya.

Ia menambahkan, transaksi digital kini mencakup berbagai sektor, termasuk munculnya lapangan kerja baru seperti pekerja gig dan kreator konten. Maka dari itu menurutnya, fenomena Rojali atau Rohana tidak berarti konsumsi masyarakat menurun, melainkan terjadi pergeseran pola belanja dari luring ke daring.

“Sebenarnya Rojali, Rohana itu bukan mengindikasikan konsumsi benar-benar turun. Karena sebenarnya terjadi pergeseran dari cara kita belanja yang selama ini belanja langsung di pusat perbelanjaan, di mal, menjadi online,” kata dia.

Sebelum ini Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan konsumsi rumah tangga Indonesia tumbuh sebesar 4,97% secara tahunan pada triwulan II 2025. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama laju ekonomi nasional yang tercatat 5,12% triwulan II tahun ini.

Kontribusinya mencapai 2,64% terhadap total pertumbuhan ekonomi nasional. Sementara, kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan yang terbesar yakni 54,25%.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud mengatakan, kuatnya konsumsi rumah tangga mencerminkan daya beli masyarakat yang tetap terjaga di tengah perubahan pola belanja, terutama dengan maraknya transaksi daring (online).

Ia menyebut, fenomena pergeseran dari konsumsi luring (offline) ke online kemungkinan belum banyak terungkap secara statistik karena aktivitas yang tidak mudah terlihat secara langsung.

“Kami hanya menyampaikan data memang konsumsi demikian. Jadi, ada hal yang baru yang mungkin belum diungkap, adanya fenomena shifting belanja secara offline ke online,” ujar dia.

Sentimen: neutral (0%)