Sentimen
Undefined (0%)
12 Agu 2025 : 13.45
Informasi Tambahan

Agama: Islam, Kristen

Kab/Kota: Gunung, Magelang, Salatiga, Semarang, Solo

Mahasiswa Fiskom UKSW dan SMA N 1 Getasan Gelar Acara Kesenian Tradisional

12 Agu 2025 : 13.45 Views 10

Espos.id Espos.id Jenis Media: News

Mahasiswa Fiskom UKSW dan SMA N 1 Getasan Gelar Acara Kesenian Tradisional

Esposin, SALATIGA - Dalam semangat kearifan lokal, sejumlah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (Fiskom) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) menggelar pertunjukan kesenian tari tradisional bertajuk “Langka(h)” di SMA Negeri 1 Getasan, Semarang, Senin (4/8/2025).

Tergabung dalam Nemo Management, sebuah event organizer yang dibentuk mahasiswa Fiskom, kegiatan Langka(h) merupakan capaian mata kuliah Manajemen Pertunjukan yang dikemas dalam balutan kearifan lokal, menampilkan Sahita, group teater tari asal Solo yang berkolaborasi dengan siswa siswi SMA N 1 Getasan. 

Dalam acara tersebut, hadir pula Dekan Fiskom Dr. Ir. Sri Suwartiningsih, M.Si., Kepala SMA N 1 Getasan Sutardi S.Pd. M.Pd., Kepala Seksi Kesejarahan, Permuseuman, dan Kepurbakalaan Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disdikpora) Dwi Hartanto S.S., serta para guru SMA N 1 Getasan. 

Dalam sambutannya, Sutardi, menyampaikan apresiasi penuh terhadap penyelenggaraan acara ini. Ia berharap para siswa dapat menumbuhkan kecintaan kesenian daerah serta turut belajar bagaimana mengelola sebuah event. 

“SMA N 1 Getasan menyampaikan terima kasih karena di sinilah anak-anak kita akan belajar bagaimana mengadakan kegiatan sebagai event organizer. Belajar bahwa menyelenggarakan kegiatan ada ilmunya, tata cara, dan tahapan yang harus dilaksanakan,” tuturnya.

Implementasi Mata Kuliah

Sebagai Dekan Fiskom, Dr. Sri Suwartiningsih menekankan mata kuliah Manajemen Pertunjukan sebagai ajang aktualisasi pendidikan dengan menempatkan tradisi sebagai ujung tombak kearifan lokal di era globalisasi.

“Kegiatan Manper mengajak para siswa ikut mengisi acara dalam bentuk seni tradisional seperti tarian, lagu, reog, drama, dance, pantomime, stand up comedy, dan lainnya, sebagai aktualisasi pendidikan dalam konteks pesan yang diberikan, seperti pentingnya kearifan lokal di tengah globalisasi,” ungkap Dr. Sri Suwartiningsih Senin (4/8/2025)

Lebih lanjut, mata kuliah ini juga memberikan ruang bagi para mahasiswa sebagai Creative Minority yang berdampak bagi masyarakat. Keterlibatan institusi pendidikan, pegiat seni tradisi, serta siswa SMA N 1 Getasan, menunjukkan wujud nyata sinergitas yang berkesinambungan dalam menjaga marwah kesenian daerah. 

Seturut dengan hal itu, dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pertunjukan Rendy Hermanto Abraham, M.I.Kom., menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan implementasi dari mata kuliah Produksi Ilmu Komunikasi. Mahasiswa dituntut dapat menuangkan konsep kreatif, kolaboratif, serta menerapkan public speaking.

“Saya berani bilang ini memberi dampak signifikan soft skill mahasiswa karena mereka belajar lobi, berkolaborasi, belajar membuat sponsor, berkoordinasi dengan pihak luar. Membuat event dengan mencari dana sendiri, sponsorship, vendor, dan lainnya. Kemampuan public speaking juga lebih diasah melalui koordinasi dengan kepala sekolah guru, siswa dan lainnya, membangun jaringan, bahkan tingkatkan kemampuan script writing scenario untuk event yang mereka buat,” ujarnya. 

Kesenian Asli Kabupaten Magelang 

Di tengah laju globalisasi, kesenian tari tradisional kian tergerus oleh budaya populer yang makin digandrungi generasi muda. Mereka acapkali tak mau menengok kembali seni tradisi sebagai bagian dari nilai luhur warisan nenek moyang.  Alhasil, para pegiat seni tari tradisional hari ini menapaki jalan sunyi. Maka dari itu, Langka(h) merupakan idiom “Langkah Langka” yang memberikan ruang apresiasi terhadap kaum muda yang menekuni seni tari tradisional. 

Dalam pertunjukan tersebut, SMA N 1 Getasan menampilkan Tari Topeng Ireng dan Tari Soreng, tarian daerah asli Kabupaten Magelang. Tari Soreng berasal dari Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngablak, kawasan lereng Gunung Merbabu dan Gunung Andong. Sementara Tari Topeng Ireng berasal dari kawasan Borobudur dan berkembang di daerah Magelang. 

Azariya Kusuma siswa kelas 10A, mengaku bangga menyaksikan tari Soreng yang menggambarkan semangat jiwa ksatria muda dalam lakon keprajuritan.

“Bangga bisa menyaksikan tarian Soreng, tarian prajurit yang asli dari sini. Semoga tarian ini tetap lestari di generasi sekarang dan yang akan datang,” ujarnya. 

Hal senada diungkapkan oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Siti Maemunah, bahwa SMA N 1 Getasan memiliki potensi talenta kesenian yang luar biasa. Sebagai generasi penerus, sudah sepatutnya tari tradisional Soreng dijaga dan dilestarikan. 

“Tetap menghargai dan lestarikan seni tari tradisional sebagai khazanah kesenian Nusantara. Apalagi di Getasan ini, khususnya SMA N 1 mempunyai banyak sekali bakat-bakat pegiat seni tradisi,” tuturnya.  

Melalui kegiatan ini, menandai komitmen UKSW dalam mendukung Asta Cita ke-4 tentang penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Asta Cita ke-8 memperkuat penyelarasan kehidupan harmonis dengan lingkungan, alam, dan budaya. Selain itu kegiatan ini juga menunjukkan dukungan nyata terhadap Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDGs ke-4 pendidikan berkualitas, dan SDGs ke-17 kemitraan untuk mencapai tujuan. 

Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 64 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 32 Prodi Unggul dan A. Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah. Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai "Creative Minority" yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat.(NA)

Sentimen: neutral (0%)