Sentimen
Undefined (0%)
7 Agu 2025 : 16.47
Informasi Tambahan

Agama: Kristen

Institusi: Universitas Diponegoro

Kab/Kota: Salatiga, Yogyakarta

Partai Terkait

Empat Doktor Baru Fakultas Interdisiplin UKSW Sumbangkan Gagasan Strategis

7 Agu 2025 : 16.47 Views 8

Espos.id Espos.id Jenis Media: News

Empat Doktor Baru Fakultas Interdisiplin UKSW Sumbangkan Gagasan Strategis

Esposin, SALATIGA - Empat sosok akademisi dan praktisi yang selama ini berkiprah di bidang lingkungan, pangan, konservasi budaya, dan kebijakan publik resmi menyandang gelar Doktor Studi Pembangunan dari Fakultas Interdisiplin, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), belum lama ini. 

Momen yudisium dan promosi doktor ini menandai tonggak penting dalam perjalanan akademik mereka sekaligus menjadi refleksi komitmen UKSW dalam menghadirkan kontribusi nyata bagi pembangunan Indonesia melalui riset-riset lintas disiplin.

Keempat doktor tersebut adalah Dosen Fakultas Bioteknologi, Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta Drs. Djoko Raharjo, M.Kes., Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Timur Drs. Agus Tianur, M.Si., Peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional Cahyati Setiani, dan Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro (UNDIP) sekaligus praktisi pembangunan daerah Titik Djumiarti, S.Sos., M.Si.

Seluruhnya dinyatakan lulus dalam Sidang Yudisium dan Promosi Doktor Studi Pembangunan yang dipimpin oleh Wakil Dekan Fakultas Interdisiplin, Dr. Titi Susilowati Prabawa, M.A., di Diplomacy Room Kampus UKSW. Kelulusan ini memperkuat kontribusi UKSW sebagai institusi yang konsisten melahirkan lulusan doktor berkualitas tinggi dan berintegritas.

Isu Pembangunan Multidimensi

Dalam sambutannya, Dr. Titi menyampaikan apresiasi dan rasa bangga atas capaian keempat doktor yang telah menyelesaikan studi dengan ketekunan dan dedikasi tinggi. Ia berharap gelar doktor yang kini disandang menjadi awal dari kontribusi yang lebih luas. 

“Selamat dan terima kasih atas dedikasinya. Semoga ilmu dan pengalaman selama studi memberi manfaat dalam pengembangan karir dan pengabdian masyarakat. Terus berkarya, hasilkan temuan baru dan gagasan inovatif demi masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan,” ujarnya.

Ketua Program Studi Doktor Studi Pembangunan, Profesor Daniel Kameo, Ph.D., menekankan bahwa keempat disertasi yang dihasilkan memotret isu-isu pembangunan strategis nasional dengan pendekatan interdisipliner. 

“Fenomena yang mereka teliti luar biasa dampaknya, baik secara sosial, ekonomi, politik, maupun lingkungan. Semua disertasi mengusung pendekatan interdisipliner, sesuai dengan watak program studi dan fakultas. Ini menjadi kekuatan kami dalam menghasilkan lulusan dengan pemahaman pembangunan yang utuh dan komprehensif,” jelasnya.

Dalam proses mendukung proses akademik para doktor, promotor dan ko-promotor terlibat aktif dalam seminar proposal, penelitian lapangan, seminar hasil, hingga ujian kelayakan dan promosi. “Kami menjaga mutu akademik secara serius. Karena itu, disertasi yang lahir di prodi ini adalah karya ilmiah yang orisinal, berdampak, dan visioner,” pungkas Profesor Daniel.

Dari Krisis Ekologis hingga Transformasi Sosial

Kajian mendalam Dr. Djoko Raharjo mengenai pencemaran logam berat di Sungai Opak menyuarakan urgensi integrasi antara pendekatan ilmiah dan gerakan masyarakat sipil dalam menangani krisis lingkungan. Ia menekankan bahwa degradasi ekosistem tidak bisa dipisahkan dari kebijakan ekonomi-politik yang menjadi penyebabnya. “Air bersih dan pangan aman adalah hak asasi manusia. Kerusakan lingkungan harus menjadi tanggung jawab bersama,” tegasnya.

Drs. Agus Tianur, M.Si., dalam disertasinya tentang dampak pasca tambang di Desa Mulawarman, Kalimantan Timur, menguraikan bahwa krisis ekologis meninggalkan luka struktural mendalam yang tak hanya merusak alam, tetapi juga mengancam tatanan sosial dan ekonomi desa. 

Melalui model mitigasi partisipatif, ia menawarkan strategi rekonstruksi ruang hidup yang berkeadilan. “Kita tidak bisa menambal luka dengan pendekatan teknokratis semata, masyarakat harus menjadi subjek utama pemulihan,” jelasnya.

Dari sisi ketahanan pangan, Cahyati Setiani mengungkapkan tantangan dalam adopsi benih padi bersertifikat di lahan tadah hujan yang selama ini dianggap marginal. Penelitiannya menggabungkan teori perilaku, preferensi risiko, dan peran kelembagaan untuk merumuskan strategi kebijakan yang aplikatif. 

“Petani kita cerdas. Mereka menimbang untung rugi di tengah keterbatasan. Kita perlu memahami logika mereka agar intervensi pemerintah tidak sia-sia,” ungkap Cahyati dalam yudisium.

Sementara itu, Titik Djumiarti menggali dinamika perubahan livelihood di kawasan konservasi Sangiran. Ia menyoroti pergeseran pola penghidupan masyarakat yang semula agraris menuju sektor pariwisata konservasi. 

“Konservasi harus membuka peluang ekonomi baru. Bukan sekadar menjaga situs, tapi memberdayakan warganya,” tuturnya. 

Perubahan livelihood (pola penghidupan) sebelumnya telah terjadi di komunitas Dusun Dayu dan Krikilan sebagai respons terhadap kebijakan pelestarian situs prasejarah Sangiran yang menuntut adaptasi sosial dan ekonomi masyarakat.

Kontribusi Strategis bagi Bangsa

Turut hadir dalam Yudisium dan Promosi Doktor Studi Pembangunan ini adalah promotor dan co-promotor serta para penguji dari keempat doktor. Selain itu, turut hadir Ketua Departemen Administrasi Publik FISIP UNDIP Dr. Tri Yuniningsih, M.Si., serta keluarga yang terus mendukung perjalanan studi para doktor tersebut.

Yudisium dan promosi doktor ini menjadi kontribusi nyata UKSW dalam mendukung Asta Cita Presiden Republik Indonesia, khususnya poin ke-4 tentang penguatan SDM, sains, teknologi dan pendidikan, serta poin ke-6 tentang pembangunan dari pinggiran demi pemerataan dan keadilan sosial. 

Selain itu, acara ini juga relevan dengan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama SDG 1 tanpa kemiskinan, SDG 4 pendidikan berkualitas, SDG 10 mengurangi kesenjangan, dan SDG 13 penanganan perubahan iklim.

Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 64 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 32 Prodi Unggul dan A. Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah. Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai "Creative Minority" yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat.

Dengan lulusnya keempat doktor ini, jumlah lulusan Program Studi Doktor Studi Pembangunan UKSW kini mencapai 95 orang. Sebuah capaian strategis yang memperkuat posisi UKSW sebagai pelopor pendidikan interdisipliner yang menghasilkan pemikir dan pelaku pembangunan unggul di Indonesia dan dunia.(NA)

Sentimen: neutral (0%)