Sentimen
Undefined (0%)
30 Jul 2025 : 14.45
Informasi Tambahan

Hewan: Anjing

Kasus: covid-19

Humanisasi Hewan Peliharaan dan Pet Economy

30 Jul 2025 : 14.45 Views 4

Espos.id Espos.id Jenis Media: Kolom

Humanisasi Hewan Peliharaan dan Pet Economy

Beberapa waktu lalu di media sosial Tiktok viral video ”kucing sultan” yang menginap di hotel khusus satwa peliharaan atau pet hotel selama setahun. 

Biaya menginap di pet hotel tersebut sebenarnya hanya Rp50.000 per hari, namun total tagihan ”kucing sultan” tersebut mencapai Rp58 juta.

Sungguh angka yang sangat fantastis untuk ukuran seekor kucing bukan? Melihat angka tersebut, otak saya langsung berputar. 

Tarif menginap sehari Rp50.000, berarti biaya menginap selama setahun Rp18 juta, sedangkan sisanya senilai Rp48 jutaan tentulah untuk makanan, minuman, vitamin, obat, dan pelayanan grooming. 

Untuk urusan makanan, si pemilik ”kucing sultan” tersebut mengharuskan pengelola pet hotel memilihkan makanan bermerek premium yang tiap kemasan berharga ratusan ribu rupiah.

Begitu pula untuk sampo dan sabun mandi si kucing harus bermerek premium yang harganya membuat banyak orang tercengang, yaitu Rp500.000 hingga Rp600.000 per kemasan seliter.

Jika angka Rp58 juta kita breakdown menjadi bulanan, biaya hidup kucing tersebut selama di pet hotel sekitar Rp4,8 juta per bulan. Sungguh angka yang sangat fantastis! 

Biaya hidup seekor kucing mengalahkan biaya hidup manusia berdasarkan perhitungan upah minimum kabupaten dan kota atau UMK!

Dari angka-angka ini, saya jadi berpikir betapa makin banyak orang rela merogoh kocek dalam-dalam hanya demi kesejahteraan hewan peliharaan mereka. 

Para pemilik hewan peliharaan tak hanya keluar uang untuk makanan dan keperluan mandi hewan peliharaan mereka, melainkan mereka juga rela keluar uang untuk membeli permainan, perlengkapan tidur, bak pasir, pasir, kereta dorong, tas, hingga pakaian.

Fenomena humanisasi hewan peliharaan kini menjadi tren. Bandingkan dengan pada era 1990-an ketika orang-orang masa itu memelihara hewan sebatas memberi makan, minum, dan tempat tinggal. 

Akhir-akhir ini, orang memelihara satwa tak hanya mencukupi kebutuhan dasar si satwa, melainkan juga mencukupi kebutuhan sekunder dan tersier si satwa peliharaan.

Kebutuhan hewan peliharaan yang tak sebatas makan dan minum ini tentu melahirkan ceruk pasar tersendiri yang disebut dengan pet economy. 

Pet economy di Indonesia sebenarnya mengalami pertumbuhan pesat karena perubahan perilaku manusia selama periode pandemi Covid-19. Pada masa itu dibelakukan lockdown di banyak daerah di banyak negara.

Berdasarkan hasil survei online yang dilakukan Rakuten Insight Center pada 2022 yang melibatkan 97.000 responden di 12 negara Asia, yaitu China, Hong Kong, India, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Taiwan, dan Vietnam diketahui ternyata Indonesia menempati posisi pertama dengan penduduk yang memiliki hewan peliharaan kucing. 

Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa 47%  masyarakat Indonesia memiliki kucing disusul ikan 22%, burung 18%, anjing 10%, kelinci 5%, hamster 3%, reptil dan hewan amfibi 2%, dan 1% memelihara serangga.

Menurut riset Favour Capital, kepemilikan hewan peliharaan di Indonesia mencapai 5,6 juta ekor pada 2022 dan diperkirakan meningkat sebesar 5,2% pada 2027.

Besarnya angka ini tentu berdampak secara signifikan terhadap pet economy di Indonesia. Dari seluruh kategori layanan industri pet care di Indonesia, makanan hewan peliharaan menguasai pangsa pasar. 

Pasar pet food di Indonesia merupakan pasar yang sedang berkembang pesat saat ini, khususnya industri pakan kucing. 

Tingkat pembelian pet food terlihat selalu meningkat, walaupun pada awal kemunculan pandemi Covid-19 sempat terjadi penurunan jumlah volume pembelian. 

Pada 2021 terjadi peningkatan volume pembelian hingga 17% atau 932.2 juta kilogram. Indonesia merupakan salah satu pasar makanan hewan peliharaan terbesar di Asia Pasifik.

Terdapat tren peningkatan pengeluaran untuk makanan hewan peliharaan di Indonesia, yang meningkat sekitar 8,5% antara 2019 dan 2022. 

Kendati demikian, pasar makanan hewan peliharaan Indonesia sebagian besar dikuasai oleh perusahaan multinasional global. 

Pasar hewan peliharaan ini diperkirakan bakal terus meningkat pada masa mendatang. Berdasarkan riset yang dilakukan iPrice Insight selama pandemi Covid-19 berlangsung, tingkat penjualan kebutuhan hewan, khususnya makanan, mengalami peningkatan hingga 116%.

Riset ini  diperkuat data hasil survei Jet Commerce yang menunjukkan ada kenaikan pada kategori pet food di beberapa platform e-commerce hingga 503% pada periode waktu yang sama. 

Data yang dihimpun Economist Intelligence Unit, Trade Interviews, dan Mintel menunjukkan nilai pasar makanan hewan peliharaan (pet food) khususnya anjing dan kucing di Indonesia mencapai US$237 juta (sekitar Rp3,86 triliun) pada 2023.

Proyeksi pertumbuhan berkelanjutan hingga mencapai US$439 juta (sekitar Rp7,14 triliun) pada 2028. Sedangkan menurut Future Market Insights, potensi ekonomi perawatan hewan peliharaan atau pet care diprediksi akan mencapai US$5,8832 miliar pada 2033 dengan pertumbuhan tahunan sebesar 9,5% dari tahun 2023 hingga 2033.

Apakah Anda rela merogoh kocek dalam-dalam demi hewan kesayangan di rumah? Bila jawabannya ya, berarti Anda dan kita semua telah jadi penggerak ekonomi dari satwa peliharaan ini.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 29 Juli 2025. Penulis adalah Manajer Konten Solopos Media Group)

Sentimen: neutral (0%)