Sentimen
Undefined (0%)
30 Jul 2025 : 14.18
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Batang, Jati, Ngawi, Sidoarjo, Surabaya

Kreatif! Pria Ngawi Produksi Umpan Tiruan dari Limbah Mebel, Tembus Pasar Ekspor

30 Jul 2025 : 14.18 Views 3

Espos.id Espos.id Jenis Media: Jatim

Kreatif! Pria Ngawi Produksi Umpan Tiruan dari Limbah Mebel, Tembus Pasar Ekspor

Esposin, NGAWI – Sisa kayu produksi mebel yang tidak terpakai justru menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan bagi Bayu Reza, 32, warga Desa Karanggeneng, Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Pria yang memiliki hobi memancing tersebut justru sukses merambah pasar internasional berkat keahliannya membuat umpan pancing tiruan.

Bapak yang memiliki dua anak tersebut menceritakan, ide membuat umpan ikan tiruan tersebut pertama kali muncul dari seringnya dia kehilangan umpan saat memancing di danau maupun sungai karena tersangkut batang kayu dan senar putus saat duel dengan ikan buruan.

Dengan harga yang cukup menguras dompet, dia berinisiatif untuk membuat sendiri umpan tiruan tersebut agar lebih menghemat biaya dan tidak mengurangi semangat memancingnya. Namun, setelah berjalan beberapa bulan justru rekan-rekan sesama pemancing tertarik untuk memesan umpan tiruan tersebut kepada dirinya karena terbukti efektif menipu ikan-ikan predator.

“Dulu awalanya setiap kali mancing, umpan mainan saya sering tersangkut dan hilang. Karena harganya lumayan mahal, jadi saya berpikir kenapa tidak membuat sendiri saja,” ujarnya Rabu (30/7/2025).

Dalam proses awal menggeluti bisnis ini, dia mulai mengamati bentuk dan cara kerja umpan pancing buatan pabrik. Dengan alat manual seadanya, dia mencoba membuat umpan tiruan dari potongan kayu jati sisa industri mebel di sekitar rumahnya.

Dalam beberapa percobaan, Bayu mengaku sempat gagal membuat umpan tiruan karena mudah pecah dan patah saat dibawa ikan. Namun, setelah bereksperimen selama tiga bulan akhirnya dia berhasil membuat umpan yang mirip serangga dan sukses mendapat ikan buruan.

“Awal-awal dulu alatnya masih sederhana, masih pake pisau dapur, amplas manual, sampai cat pun masih pake kuas. Sekarang alhamdulillah menggunakan peralatan bertenaga listrik seperti mesin bubut, gergaji listrik, penghalus, hingga kompresor untuk pengecatan,” ungkapnya.

Setiap pekan, Bayu mampu menghasilkan lebih dari 50 umpan ikan tiruan dengan desain yang bervariasi, baik meniru bentuk serangga maupun hewan kecil yang menjadi incaran ikan predator. Produk umpan ikan tiruan miliknya kini tidak hanya diminati pemancing lokal. 

Pesanan berdatangan dari berbagai daerah di Indonesia, mulai Surabaya, Sidoarjo, Jakarta, hingga Kalimantan dan Sumatera. Tak berhenti di situ, umpannya juga berhasil menembus pasar internasional, termasuk negara India.

“Target saya, umpan ini bisa bersaing di pasar global. Saya ingin produk dari desa ini dikenal luas,” tuturnya penuh semangat.

Untuk setiap umpan tiruan, Bayu biasa membanderol harga Rp30.000 hingga Rp85.000. Harga tersebut disesuaikan dengan model dan tingkat kesulitannya. Kini, permintaan yang terus meningkat membuat usaha rumahan miliknya  mampu memberikan penghasilan Rp3 juta hingga Rp6 juta per bulan.

“Ini usaha yang cukup menjanjikan, ke depan saya berencana memasarkan lewat online agar lebih luas jangkauannya. Dan juga terus memperbaharui model dan warna agar tetap menarik untuk dibeli,” harapnya.

Kisah Bayu menjadi bukti bahwa kreativitas mampu mengubah limbah menjadi sumber cuan. Dari potongan kayu yang terbuang, lahir produk berkualitas yang tidak hanya menghidupi keluarganya, tetapi juga mengharumkan nama daerahnya.

Sentimen: neutral (0%)