Sentimen
Undefined (0%)
29 Jul 2025 : 22.35
Informasi Tambahan

Kasus: bullying

Kasus Kematian Diplomat Arya Daru, Ini Temuan Psikolog dan Hasil Otopsi RSCM

29 Jul 2025 : 22.35 Views 8

Espos.id Espos.id Jenis Media: News

Kasus Kematian Diplomat Arya Daru, Ini Temuan Psikolog dan Hasil Otopsi RSCM

Espos.id, JAKARTA - Pengungkapan hasil penyidikan kasus kematian diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arya Daru Pangayunan, melibatkan berbagai pihak. Salah satunya adalah Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) yang mengungkapkan adanya sejumlah temuan yang bermakna terkait kematian Arya.

"Kami mewawancarai secara mendalam keluarga, rekan kerja, atasan dan individu-individu yang mengenal almarhum dan juga menelaah dokumen informasi yang relevan tentang kehidupan pribadi dan profesional almarhum," kata perwakilan Apsifor Himpsi, Nathanael E.J. Sumampouw saat konferensi pers pengungkapan kasus di Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya, Selasa (29/7/2025).

Pertama, kata Nathanael, almarhum merupakan individu yang dikenal lingkungannya sebagai pribadi dengan karakter positif. "Beliau bertanggung jawab, suportif terhadap rekan kerja, pekerja keras, sangat diandalkan dan merupakan individu yang peduli terhadap lingkungannya," kata dia.

Almarhum juga dikenal sebagai sosok yang selalu berusaha menampilkan karakter diri dan kualitas diri di lingkungan dan mengalami kesulitan dalam mengekspresikan emosi negatif yang kuat, terutama dalam situasi tekanan yang tinggi. "Tekanan tersebut dihayati secara mendalam sehingga mempengaruhi bagaimana almarhum memandang dirinya, memandang lingkungan, memandang masa depan," kata Nathanael.

Almarhum juga berusaha menginteralisasi berbagai emosi negatif yang dirasakan dan berupaya tidak menunjukkannya di depan orang lain. "Meskipun demikian kami menemukan, pada almarhum ada riwayat dimana berupaya untuk mengakses layanan kesehatan mental secara daring. Terakhir kali dari data-data yang dihimpun, kami melihat kurang lebih pada tahun 2013 dan 2021," katanya.

Ia juga menyebutkan bahwa di situasi akhir kehidupannya yang bersangkutan mengalami satu tekanan psikologis. "Lalu berkaitan dengan perilaku self harm [melukai secara fisik diri sendiri], memang itu sesuatu yang umumnya pada beberapa kasus dilakukan individu," katanya.

Namun pada orang yang berinteraksi dengan yang bersangkutan di periode terakhir kehidupannya, hal tersebut tidak teramati.

"Kedua, juga mengenai 'bullying', kami mendapatkan data malah sebaliknya. Di lingkungan kerja yang bersangkutan dipersepsikan oleh atasan sebagai staf yang sangat bisa diandalkan," katanya. Almarhum Arya Daru Pangayunan (ADP), menurut dia, dipersepsikan oleh rekan kerja menjadi kolega yang sangat positif, bertanggungjawab dan juga tempat bertanya serta memberikan motivasi kepada rekan kerja kepada junior.

Dalam konferensi pers yang sama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menemukan sejumlah luka pada jenazah diplomat muda Kementerian Luar Negeri Arya Daru Pangayunan (ADP) berdasarkan hasil autopsi. "Dari pemeriksaan luar ditemukan luka-luka lecet pada wajah dan leher, luka terbuka pada bibir, memar-memar pada wajah, bibir dan anggota gerak atas kanan serta terdapat tanda-tanda perbendungan," kata dr. G. Yoga Tohijiwa dari RSCM saat konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa.

Yoga menjelaskan, terkait luka memar harus dibedakan lebih dahulu antara lebam dan memar di kedokteran forensik bahwa lebam tersebut terjadi pada saat seseorang telah meninggal. "Kemudian berdasarkan hasil gelar perkara diinformasikan oleh penyidik bahwa pada saat di lantai 12 [rooftop] Kementerian Luar Negeri ada kegiatan untuk memanjat ke tembok. "Nah itu yang dapat menyebabkan adanya memar pada lengan atas kanan," katanya.

Yoga juga menjelaskan organ dalam pada kedua paru ditemukan adanya sembab paru atau pembengkakan pada paru serta pada seluruh organ-organ dalam itu ditemukan adanya pelebaran pembuluh darah dan juga bintik-bintik perdarahan. "Dari pemeriksaan-pemeriksaan tersebut seluruh organ kita ambil sampel jaringannya, baik itu untuk dilakukan pemeriksaan toksikologi dan juga pemeriksaan istokatologi. "Pemeriksaan awal toksikologi di RSCM dilakukan pemeriksaan penyaring napsa dan juga alkohol menggunakan sampel urine didapatkan hasil negatif," katanya.

Yoga menambahkan hasil pemeriksaan istokatologi dikonfirmasi luka yang ada di bibir bagian dalam. Didapatkan hasil dari istokatologi forensik bahwa terdapat gambaran perdarahan pada luka tersebut yang sesuai dengan tanda intrafitalitas luka. Artinya, luka tersebut terjadi pada saat almarhum masih hidup. "Selanjutnya ditemukan gambaran kekurangan oksigen pada jaringan jantung adanya gambaran jejas kekurangan oksigen akut," katanya.

Selanjutnya, pada paru-paru ditemukan adanya gambaran perbendungan disertai pembengkakan serta organ-organ dalam lainnya terdapat gambaran pelebaran pembuluh darah dan adanya ekstravasasi sel darah merah atau keluarnya sel dari pembuluh-pembuluh darah. "Dapat kami simpulkan tidak ditemukan adanya penyakit ataupun zat yang dapat menyebabkan gangguan pertukaran oksigen pada organ ataupun jaringan tubuh almarhum," katanya.

"Maka sebab mati almarhum akibat gangguan pertukaran oksigen pada saluran nafas atas yang menyebabkan mati lemas," kata dia.

Sentimen: neutral (0%)