Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: HIPMI
Kab/Kota: Boyolali, Cilacap, Jabodetabek, Karanganyar, Klaten, Semarang, Solo, Sragen, Sukoharjo, Surabaya, Wonogiri
Tokoh Terkait
Butuh Kolaborasi Konsisten Kepala Daerah untuk Wujudkan Aglomerasi Soloraya
Espos.id
Jenis Media: Ekonomi

Esposin, SOLO—Wilayah Soloraya yang meliputi Kota Solo dan enam kabupaten di sekitarnya yakni Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Klaten memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan ekonomi baru di Jawa Tengah, bahkan Indonesia.
Lokasinya yang strategis menghubungkan Jawa Tengah dan Jawa Timur, Soloraya diyakini dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang signifikan.
CEO Solopos Media Group (SMG), Arif Budisusilo, mengatakan selain strategis, Soloraya juga terhubung dengan pusat ekonomi lainnya melalui infrastruktur yang bagus.
"Sehingga, peluang pengembangan ekonomi Soloraya juga menjadi semakin besar," ujarnya dalam pembukaan Rembuk Soloraya: Integrasi Ekonomi untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat yang digelar SMG di Ruang Radya Litera, Griya Solopos, Jl Adisucipto 190, Solo, Selasa (29/7/2025).
Rembuk Soloraya kali ini menghadirkan narasumber Anggota DPR Abdul Kholik, Guru Besar di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Prof. Kuncoro Diharjo dan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Solo, Ferry Septha Indrianto.
“Solo berada di tengah-tengah dan terhubung oleh jalan tol. Mau ke Jakarta cukup 5 jam, ke Semarang 1 jam, ke Surabaya sekitar 2,5 jam sampai 3 jam, ke Jogja 30 menit kalau jalan tolnya nanti sudah selesai. Begitu juga ke daerah Cilacap di Jawa bagian selatan nanti kira-kira 4-5 jam kalau jalan tolnya sudah jadi,” ujar Arif.
Menurutnya, dalam konteks aglomerasi, wilayah Soloraya akan menjadi kekuatan besar. Terlebih, dengan penduduk sekitar 7 juta jiwa, Soloraya juga menjadi pasar yang sangat menjanjikan jika digarap dengan benar.
“Soloraya dengan 7 juta penduduk dengan UMKM sebagai motor ekonomi, dan tools-nya adalah transaksi digital merupakan potensi yang besar. Tinggal bagaimana membentuk model aglomerasinya dan bagaimana regulasinya. Ini membutuhkan kolaborasi yang baik dan konsisten antarkepala daerah di Soloraya,” imbuhnya.
Sementara itu, SMG sebagai perusahaan yang ikut mendorong dinamika ekonomi sejak lima tahun lalu telah memberi label Kota Solo (sebagai pusat aglomerasi) sebagai epicentrum politik nasional dan creative hub untuk ekonomi digital dan UMKM Indonesia.
“Kami konsisten mem-branding itu. Dan in fact, Solo memang demikian,” imbuhnya.
Di sisi lain, merujuk kepada semangat aglomerasi tersebut SMG menggelar Rembuk Soloraya: Integrasi Ekonomi untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat ini menghadirkan nara sumber yang berkaitan langsung dengan ide dan gagasan tentang aglomerasi.
Rembuk Soloraya juga dihadiri Ketua Hipmi Solo Wahyu Adi Wibowo, Ketua REI Komisariat Soloraya Oma Nuryanto, perwakilan PHRI, komunitas UMKM, akademisi, dan perwakilan masyarakat.
“Kalau kita konsisten Soloraya akan menjadi pusat pertumbuhan yang kencang di Jawa Tengah bahkan Indonesia, seperti Jabodetabek. Semoga dengan Rembuk Soloraya ini juga memperkuat isu aglomerasi yang tujuan menyejahterakan masyarakat Soloraya secara keseluruhan,” harapnya.
Sebelumnya, Ketua Panitia Rembuk Soloraya, Kaled Hasby Ashshidiqy, mengatakan acara ini digelar membahas apa yang jadi tantangan dalam aglomerasi Soloraya. Dari situ diharapkan akan ditemukan pula solusinya.
“Sehingga aglomerasi Soloraya tidak hanya bersifat parsial, tapi bisa menyeluruh ke berbagai aspek seperti koordinasi infrastruktur, transportasi, dan rantai pasok ekonomi yang tak lagi terfragmentasi,” ujarnya, Senin (28/7/2025).
Kaled juga berharap Rembuk Soloraya ini menghasilkan formula konkret yang bisa jadi rujukan bagi para pemangku kebijakan agar aglomerasi Soloraya bisa berjalan lebih optimal.
Sentimen: neutral (0%)