Sentimen
Undefined (0%)
29 Jul 2025 : 18.24
Informasi Tambahan

BUMN: Pertamina Patra Niaga, PT Pertamina

Hewan: Kambing, Sapi

Kab/Kota: Batang, Boyolali, Dukuh, Solo

Pandawa Patra Libatkan Difabel Boyolali Kembangkan Pertanian Terintegrasi

29 Jul 2025 : 18.24 Views 10

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Pandawa Patra Libatkan Difabel Boyolali Kembangkan Pertanian Terintegrasi

Esposin, BOYOLALI--Seorang pemuda berjalan dengan digandeng sang ibu. Pemuda tuna netra itu bernama Bagas Supriyanto, 21, yang menjadi salah satu dari 30 penyandang disabilitas yang menjadi binaan Pandawa Patra yang berlokasi di Dukuh Keposong, Desa Keposong, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali. Bagas dibantu ibunya, Martutik, 42, belajar cara menanam tanaman selada dengan teknik hidroponik dan beternak kambing di sentra integrated farming itu.

Bagas dan ibunya tinggal tak jauh dari lokasi pertanian terintegrasi itu. Seperti halnya warga difabel lainnya, Bagas juga mendapatkan jatah piket untuk memelihara kebun dan ternak kambing yang jumlahnya 45 ekor. Keterbatasan indera penglihatannya membuat jatah piket Bagas tidak bisa dijalankan. Ada ibunya yang menggantikan setiap pekan sekali.

Martutik senang dengan lingkungan di Pandawa Patra yang merupakan hasil kerja sama CSR dengan Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah (RJBT). Di tempat itu, Martutik bisa mengajar Bagas agar bisa berdaya seperti para difabel lainnya. 

Martutik dengan sabar mengajari anak sulungnya itu cara menanam selada hanya dengan mengandalkan indera peraba. Ia senang Bagas bisa diterima di lingkungan Pandawa Patra. "Kami bergabung di sini bisa punya temen banyak dan banyak pengalaman dari sini. Bagas bisa belajar menanam sistem hidroponik, cara merawat tanaman, dan memelihara hewan kambing. Untuk jatah piketnya, saya yang mengerjakan sepekan sekali, yakni setiap Sabtu," ujar Martutik kepada awak media peserta Bootcamp AJP 2025, Senin (29/7/2025) lalu.

Martutik mengajak anaknya bergabung di Pandawa Patra sejak 2022. Dia sadar anaknya masih perlu bimbingan dan terus belajar agar bisa mandiri.  Kini, Bagas juga bersekolah tingkat SMA Kelas II Sekolah Luar Biasa Boyolali. Dia senang melihat Bagas memiliki banyak teman di lokasi itu. Dia menyadari secara umum masyarakat belum bisa menerima keadaan anaknya tetapi di Pandawa Patra banyak sesama difabel yang mengayomi dan mengajak bekerja sama.

Pendamping kaum disabilitas di Pandawa Patra, Haryono, 44, mengungkapkan lokasi Pandawa Patra menjadi rujukan banyak orang untuk belajar integrated farming. Dia mengatakan di Pandawa Patra ini orang bisa belajar ilmu sosial kemasyarakatan dan membangun masyarakat berbasis pertanian terintegrasi. Selama dua tahun terakhir, kata dia, banyak tamu yang belajar pertanian dan peternakan dengan mengandalkan lahan sempit yang dilakukan para kaum disabilitas.

"Ada pertanian hidroponik yang diintegrasikan dengan budidaya ikan lele dan nila. Di tempat ini juga ada peternakan kambing dengan memanfaatkan kotorannya menjadi pupuk serta  mini garden. Mini garden itu kebun kecil untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Ada pula pemanfaat kotoran hewan sapi menjadi energi terbarukan berupa biogas yang bisa dimanfaatkan minimal delapan rumah warga," jelas dia.

Haryono menjelaskan kotoran sapi yang semula jadi masalah bau ternyata bisa diatasi dengan mengolah kotoran sapi itu menjadi sumber energi biogas. Bahkan Haryono memanfaatkan biogas sebagai bahan bakar untuk menghidupkan generator. Artinya, dari biogas bisa dikonversi menjadi energi listrik.

Dari tangan-tangan para difabel itu ternyata juga bisa menghasilkan cuan. Dari pertanian organik, jelas dia, Pandawa Patra menjadi suplier selada ke sejumlah resto di Solo dengan harga kompetitif. Dari tanaman selada saja, ujar dia, Pandawa Patra bisa mendapatkan cuan sampai Rp1,5 juta per bulan.

"Saingan kami hanya selada dari kebun petani. Kami menjaga kualitas seladan hidroponik. Harganya fluktuasi dari Rp18.000/kg sampai Rp43.000/kg. Sekali panen bisa menghasilkan 200 kg," jelas dia.

Haryono juga mengajari kaum difabel untuk mengolah pupuk kompos dengan alat bantuan dari Pertamina Patra Niaga. Kotoran kambing itu, jelas dia, diolah menjadi pupuk kadang yang dikemas dalam sak dengan berat sampai 50 kg dan dijual dengan harga Rp20.000 per sak. "Pupuk kandang itu mengandalkan kotoran kambing bantuan Pertamina dari awalnya 15 ekor sekarang menjadi 45 ekor," katanya.

Dia menyebut ada 30 orang anggota difabel di Pandawa Patra tetapi yang aktif sekitar 15-20 orang. Dia mengatakan mereka ini bergantian piket di Pandawa Patra. Tugas mereka saat piket, ujar dia, merawat kambing dan kebun. Tidak hanya kebun hidroponik, tetapi juga ada minigarden dengan aneka tanaman bibit alpukat, durian, dan cabai.

Seorang difabel asal Keposong, Sugeng Ratmo Wiyoni, 51, menyampaikan pupuk kandang itu dijual ke petani sayuran di lereng Merapi/Merbabu. Untuk bibit alpukat, ujar Sugeng, penjualannya dalam setahun bisa sampai 1.500 batang. Setiap bibit dijual dengan harga Rp70.000/batang. Sedangkan bibit durian dijual dengan harga Rp100.000/batang dan dalam setahun lalu 200 batang 

Sentimen: neutral (0%)