Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: UNAIR, Universitas Airlangga
Kab/Kota: Surabaya
Tokoh Terkait
Kisah Inspiratif Alumni UNAIR, Jadi Pemimpin Sekaligus Aktivis Lingkungan
Espos.id
Jenis Media: News

Esposin, SURABAYA -- Menjadi seorang pimpinan dalam perusahaan tidak menyurutkan kepedulian Edi Priyanto SKM MM terhadap lingkungan.
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR itu saat ini menjabat sebagai Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) PT Pelindo Multi Terminal, sekaligus menjadi sosok di balik suksesnya Kampung Edukasi Sampah (KES). Saat ini, KES menjadi rujukan nasional hingga internasional, terutama dalam edukasi pengelolaan sampah rumah tangga.
Karier cemerlang Edi di dunia korporasi tentu tidak ia dapat secara instan. Demikian halnya dengan kepeduliannya pada lingkungan.
Apa yang membentuk dirinya hari ini bermula dari bangku kuliah di FKM UNAIR. Edi menjalani program ekstensi di FKM UNAIR dengan peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), sambil bekerja penuh waktu di siang hari dan kuliah pada sore hingga malam. Ia lulus pada tahun 2002.
Pengalaman tersebut menjadi pembentuk kedisiplinan, ketangguhan, dan manajemen waktu yang kuat. “Bagi saya, kampus Universitas Airlangga bukan sekadar tempat menimba ilmu akademik, melainkan juga menjadi laboratorium kehidupan,” tuturnya.
Selama menjadi mahasiswa, ia aktif berdiskusi, mengikuti kerja kelompok, hingga berorganisasi. Menurutnya, organisasi menjadi ruang penting untuk mengasah kepemimpinan, kerja sama tim, komunikasi lintas budaya, hingga pengambilan keputusan di bawah tekanan.
“Semua pengalaman tersebut menjadi bekal penting yang sangat relevan dalam perjalanan karier dan kepemimpinan saya hingga hari ini,” ungkapnya.
Kiprah di Pelindo
Karier Edi dimulai dari posisi staf di bidang Health, Safety, and Environment (HSE). Secara bertahap, ia mendapat kepercayaan sebagai supervisor, asisten manajer, manajer, VP, hingga senior vice president.
Ia kemudian ditunjuk sebagai Direktur SDM PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) pada masa merger empat BUMN pelabuhan menjadi Pelindo.
“Pada setiap penugasan, saya selalu diamanahi tanggung jawab di bidang tugas yang berbeda. Ini mendorong saya untuk cepat beradaptasi dan mengembangkan pendekatan kepemimpinan yang lebih strategis,” jelasnya.
Ia menyebut tantangan terbesar dalam mengelola SDM saat ini adalah mentransformasi tenaga kerja dari pola pikir konvensional menjadi lebih agile dan digital. Tantangan lain adalah menyatukan budaya kerja pasca-merger dan mendorong kolaborasi lintas entitas.
Menurut Edi, nilai-nilai kejujuran, integritas, dan semangat pengabdian yang ia dapatkan dari UNAIR tetap menjadi prinsip kepemimpinannya di dunia BUMN.
“Berorganisasi bukan untuk mencari posisi, tetapi untuk belajar mengabdi,” tegasnya.
Inisiator Kampung Edukasi Sampah
Kepedulian terhadap isu lingkungan ia mulai dari keresahan melihat persoalan sampah yang semakin serius. Ia pun menginisiasi Kampung Edukasi Sampah (KES) sebagai ruang belajar terbuka tentang pemilahan dan pengelolaan sampah rumah tangga. Gerakan ini kini dikunjungi lebih dari 4.000 orang per tahun dari berbagai kalangan.
“Pengurangan sampah harus dimulai dari sumbernya, yaitu manusia, dan itu berarti dimulai dari rumah tangga,” ujarnya.
Di tempat kerjanya, ia juga menggagas Green Port Initiative untuk mewujudkan pelabuhan yang ramah lingkungan. Program ini mencakup efisiensi energi, digitalisasi, pengelolaan limbah, serta pelibatan masyarakat melalui Corporate Social Responsibility (CSR) berbasis lingkungan.
Bagi Edi, keberlanjutan bukan sekadar jargon, tetapi harus menjadi bagian inti dari strategi bisnis. Ia juga menekankan pentingnya peran generasi muda, termasuk mahasiswa UNAIR, dalam menjawab tantangan iklim dan dunia kerja yang berubah cepat.
“Jadilah pemimpin yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga peka secara sosial dan spiritual. Kepemimpinan yang berdampak lahir dari langkah kecil yang konsisten dan penuh ketulusan,” tutupnya. (NA)
Sentimen: neutral (0%)