Sentimen
Undefined (0%)
25 Jul 2025 : 03.05
Informasi Tambahan

Event: Olimpiade

Kab/Kota: Solo

Tokoh Terkait

Dibina Sejak 1979, Inilah Rahasia Dominasi China di BAJC 2025 Solo

25 Jul 2025 : 03.05 Views 9

Espos.id Espos.id Jenis Media: Sport

Dibina Sejak 1979, Inilah Rahasia Dominasi China di BAJC 2025 Solo

Esposin, SOLO -- Sorak-sorai penonton memecah keheningan GOR Indoor Manahan, Solo, saat Xu Wien Jing mengangkat tangannya tinggi, tanda kemenangan. Di laga final beregu WONDR Badminton Asia Junior Championships (BAJC) 2025, China resmi menegaskan dominasinya setelah menaklukkan Thailand dengan skor meyakinkan, 110-90, Selasa (22/7/2025).

Namun, kemenangan itu tak datang begitu saja. China sempat dibuat waswas. Unggul jauh di tunggal putra dan ganda putra, mereka sempat kehilangan momentum di ganda putri dan campuran. Bahkan, pada nomor tunggal putri, Xu Wien Jing tertinggal hingga 10 poin. Tapi di sinilah karakter tim China diuji.

"Di game terakhir tidak ada opsi lain, kami harus maju dan ingin memberikan yang terbaik untuk tim saya," ujar Xu selepas pertandingan. "Walaupun skor tipis, kami tetap berusaha konsisten. Dari warm-up sampai turun ke lapangan, kami fokus untuk meraih emas."

Kemenangan ini bukan sekadar soal teknik, mental juara menjadi fondasi kuat. Dan itulah yang terus diwariskan dari generasi ke generasi di sistem pelatihan bulu tangkis China yang telah dirintis sejak puluhan tahun lalu.

Dibina Sejak 1979: Sistem Terpadu di Guangxi

Dominasi China di bulu tangkis Asia bahkan dunia bukanlah hasil kerja instan. Sejak 1979, China membangun pusat pengembangan atlet muda di Guangxi. Kawasan ini menjadi tulang punggung pencetak juara, tempat di mana bibit-bibit muda disiapkan untuk menjadi bintang dunia.

Uniknya, inisiasi itu dipicu oleh figur pebulu tangkis asal Indonesia, Liang Hailiang, yang populer di China era 1970-an. Semangat kompetisi dari luar justru mendorong China untuk membangun sistem pembinaan internal yang solid dan jangka panjang.

Menurut jurnal Badminton Talent Identification Development dari Guilin University of Technology, Guangxi punya tiga elemen kunci dalam mencetak atlet muda: sports system, educational system, dan social system. Ini merupakan pengembangan dari empat fondasi utama olahraga di China: aspek fisik, psikologis, sosiologis, dan antropometrik (struktur tubuh).

Lumbung Emas dan Peraih Medali Olimpiade

Tak heran, Guangxi kemudian melahirkan nama-nama besar. Mulai dari pasangan ganda putri Nong Qunhua/Guan Weizhen, peraih perunggu Olimpiade 1992 Huang Hua yang kini menjadi WNI, hingga Qin Yiyuan yang memperkuat China di Uber Cup 2000.

Regenerasi pun terus berlanjut. Di Solo, China mengirim 29 atlet muda, terbanyak kedua setelah Indonesia sebagai tuan rumah. Bahkan, nama legendaris Chen Long, peraih emas Olimpiade Rio 2016, kini turun langsung sebagai pelatih tim junior.

Bagi para atlet, kemenangan di nomor beregu bukan titik akhir. Xu Wien Jing menyebut timnya langsung bersiap menghadapi nomor perorangan. “Besok adalah game baru. Kami ingin membawa pulang lebih banyak emas untuk China,” ucapnya penuh semangat.

Dari Olahraga ke Industri Nasional

Kini, China tak hanya menjadikan bulu tangkis sebagai olahraga unggulan, tetapi juga sebagai industri strategis. Lewat ajang-ajang seperti ini, mereka memperkenalkan brand lokal seperti Li-Ning, Victor, Kason, hingga Double Happiness ke panggung internasional.

Dengan sistem pembinaan jangka panjang, mentalitas juara, dan dukungan industri, dominasi China di lapangan badminton tampaknya belum akan pudar dalam waktu dekat.

 

Sentimen: neutral (0%)