Sentimen
Informasi Tambahan
Brand/Merek: BMW, Hummer
Kab/Kota: Solo
Tokoh Terkait

Amran Sulaiman
Pantau Pasar & Swalayan, Pemkot Solo Temukan 9 Merek Beras yang Diduga Oplosan
Espos.id
Jenis Media: Ekonomi

Esposin, SOLO—Pemerintah Kota (Pemkot) Solo dalam hal ini Dinas Perdagangan menemukan merek beras yang diduga sebagai beras oplosan di pasar maupun toko modern/swalayan di wilayah tersebut. Merek beras ini ditemukan saat pemantauan yang dilakukan Kamis (17/7/2025) pekan lalu.
Kepala Bidang Perdagangan pada Dinas Perdagangan Kota Solo, Training Hartanto H.W., mengatakan pemantauan dilakukan sesuai instruksi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah agar dinas yang membidangi perdagangan di masing-masing kabupaten/kota di Jawa Tengah melakukan pengawasan beras oplosan di pasar, swalayan, dan toko modern.
Untuk pengawasan beras diduga oplosan di Kota Solo saat itu dilakukan di Pasar Legi, Luwes Pasar Legi, dan Alfamidi Purwodiningratan di Kecamatan Jebres.
“Begitu ada instruksi dari Provinsi Jawa Tengah, kami langsung melakukan pemantauan langsung ke pasar tradisional dan swalayan/toko modern. Dan hasilnya, di sana ditemukan merek-merek beras yang diduga beras premium oplosan, sesuai dengan yang disampaikan oleh pemerintah,” ujarnya saat dihubungi Espos, Selasa (22/7/2025).
Merek beras tersebut, urainya, adalah Siip, Fortune, Leezaat, Sovia, Sania, Setra Pulen, Setra Ramos, Raja Ultima, dan Topi Koki.
Temuan tersebut kemudian dilaporkan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
“Kami melakukan pemantauan dan hasilnya kami laporkan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Sebatas itu,” imbuhnya.
Adapun, dia menjelaskan merek-merek yang diminta Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk dipantau pemasarannya karena diduga beras oplosan adalah:
1. Ayana
2. Food Station
3. Raja Platinum
4. Larisst
5. Slyp Hummer
6. Medium Pandan Wangi
7. Fortune
8. Sania
9. Topi Koki
10. Setra Pulen
11. Beras Pulen Wangi
12. Leezaat
13. Pandan Wangi BMW Citra
14. Beras Premium Setra Ramos
15. Kepala Pandan Wangi
16. Dua Koki
17. Sovia
18. Raja Ultima
19. Kakak Adik
20. Alfamidi Setra Pulen
21. Setra Ramos
22. Ramos Premium
23. Elephas Maximus
24. Raja Udang
25. Beras Subur Jaya
26. Siip
Sebagai informasi, Kementerian Pertanian (Kementan) menyoroti banyaknya merek beras premium oplosan beredar di pasaran sehingga berpotensi menimbulkan kerugian hingga hampir Rp100 triliun.
Kementan menyebut setidaknya ada 212 merek beras premium yang beredar di pasaran diduga melakukan pengoplosan, pelanggaran standar mutu, berat, hingga harga eceran tertinggi (HET).
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan sebanyak 85,56% beras premium tidak sesuai standar mutu, 59,78% dijual di atas HET, dan 21,66% tidak sesuai berat kemasan. Hal ini mengacu pada investigasi selama 6–23 Juni 2025 yang melibatkan 268 sampel beras dari 212 merek di 10 provinsi.
Menurut Amran, untuk beras medium, sebanyak 88,24% tidak memenuhi mutu, 95,12% melampaui HET, dan 9,38% memiliki berat kurang dari klaim kemasan.
“Ini sangat merugikan konsumen. Kalau dibiarkan, kerugian bisa mencapai Rp99 triliun per tahun,” kata Amran dalam keterangan tertulis, dikutip bisnis.com pada Senin (14/7/2025).
Berdasarkan hasil investigasi Kementan bersama tim pengawasan pangan di sejumlah wilayah, menunjukkan beras oplosan dijual dengan harga premium, tapi isinya merupakan campuran dengan beras medium atau tidak sesuai standar mutu beras premium.
Dia menjelaskan, sesuai standar mutu beras yang diatur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 6128:2020, beras premium berkadar air maksimal 14%, butir kepala minimal 85%, dan butir patah maksimal 14,5%.
Selain itu, peraturan mutu beras juga diperkuat oleh peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 2 Tahun 2023 tentang Persyaratan Mutu dan Label Beras, serta Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31/Permentan/PP.130/8/2017 tentang Kelas Mutu Beras. Bahkan, Amran juga mengungkap sejumlah perusahaan justru juga terindikasi tidak mematuhi standar mutu yang telah ditetapkan.
“Sangat kami sayangkan, sejumlah perusahaan besar justru terindikasi tidak mematuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Masyarakat membeli beras premium dengan harapan kualitasnya sesuai standar, tetapi kenyataannya tidak demikian,” tuturnya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Mujiburohman menyatakan pedagang pasar juga menjadi korban dari peredaran beras oplosan yang merugikan banyak pihak. Dia menuturkan bahwa maraknya praktik pengoplosan beras, baik dari sisi kualitas maupun kemasan, telah menciptakan ketidakpercayaan di kalangan konsumen terhadap pedagang pasar tradisional.
“Pedagang pasar kerap kali disalahkan ketika konsumen mendapati kualitas beras yang tidak sesuai. Padahal, banyak dari kami tidak tahu bahwa beras yang kami terima sudah dioplos sejak dari distributor,” kata Mujiburohman.
Sebagian artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "Heboh Beras Premium Oplosan, Mentan: Kerugian Hampir Rp100 Triliun!.
Sentimen: neutral (0%)