Rupiah Ditutup Menguat Jadi Rp16.320 per Dollar AS
Espos.id
Jenis Media: Bisnis

Espos.id, JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan Selasa (22/7/2025) di Jakarta menguat sebesar 3 poin atau 0,02% menjadi Rp16.320 per dollar AS dari sebelumnya Rp16.323 per dollar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia pada hari ini juga menguat ke level Rp16.307 per dollar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.330 per dollar AS. Pada saat yang sama, indeks dollar AS terpantau menguat 0,10% ke posisi 97,94.
Sementara itu, sejumlah mata uang lain di Asia ditutup beragam. Rupee India misalnya, melemah 0,11%, yuan China melemah 0,08%, baht Thailand melemah 0,31%, won Korea terkoreksi 0,39%, hingga dolar Taiwan melemah 0,12%. Dollar Singapura juga melemah 0,12% dan yen Jepang melemah 0,18%. Sebaliknya, sama seperti rupiah, ringgit Malaysia menguat 0,05% dan peso Filipina ditutup menguat 0,21%.
Analis mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menilai penguatan rupiah dipengaruhi sinyal potensi penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed). “Pasar terus bergulat dengan sinyal beragam dari beberapa pejabat The Fed mengenai potensi penurunan suku bunga pada bulan Juli,” katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Secara probabilitas, The Fed bakal mempertahankan suku bunga saat ini dengan peluang sebesar 97% untuk mempertahankan suku bunga dan 3% untuk penurunan suku bunga 25 basis points pada pertemuan Federal Open Market Committee di 30 Juli mendatang.
Di samping potensi yang ada, kini Gubernur The Fed Jerome Powell tengah menghadapi tuduhan karena berbohong di bawah sumpah di hadapan Kongres terkait renovasi kantor pusat Bank Sentral AS tersebut senilai US$2,5 miliar. Laporan itu dilakukan oleh snggota DPR Anna Paulina Luna dari Partai Republik yang sudah resmi melaporkan masalah tersebut ke Departemen Kehakiman AS.
“Meskipun konsekuensi hukumnya masih belum pasti, tekanan politik memicu kekhawatiran investor dan menambah ketidakpastian baru pada sentimen pasar yang sudah rapuh,” ungkap Ibrahim.
Selain itu, penguatan rupiah juga terjadi di tengah prospek kesepakatan antara Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS) yang semakin memudar. “Perundingan yang sedang berlangsung antara Uni Eropa dan AS telah gagal mencapai kemajuan yang berarti selama beberapa minggu terakhir,” ucap dia. UE sedang berupaya mencapai kesepakatan dagang dengan AS sebelum batas waktu 1 Agustus 2025, yang mana akan berlaku bea masuk sebesar 30%.
AS menginginkan bea masuk secara universal terhadap barang-barang UE lebih dari 10%, dengan pengecualian terhadap barang penerbangan, perangkat medis, obat generik, minuman beralkohol, serta seperangkat peralatan manufaktur yang dibutuhkan oleh AS.
AS dan UE akan membahas potensi nilai bea masuk untuk beberapa sektor, kuota untuk baja dan aluminium, serta cara untuk menjaga rantai pasokan agar tidak kelebihan pasokan. Dalam surat yang dikirimkan kepada Eropa, Trump mengatakan akan memberikan tarif sebesar 30% untuk sebagian ekspornya, dan bakal mengenakan 25% untuk mobil dan suku cadang mobil, serta dua kali lipat untuk baja dan aluminium.
Trump juga memberikan pungutan sebesar 50% untuk tembaga, sehingga secara keseluruhan Uni Eropa memproyeksikan tarif masuk ke AS telah mencapai 380 miliar Euro atau setara US$442 miliar atau sekitar 70% dari ekspor ke AS. “Uni Eropa bersiap menghadapi skenario terburuk dengan mengancam akan membalas tarif AS jika kesepakatan tidak tercapai,” ujar Ibrahim.
Sentimen: neutral (0%)