Sentimen
Undefined (0%)
18 Jul 2025 : 16.58

Rupiah Akhiri Pekan Ini dengan Penguatan, Jadi Rp16.297 per Dollar AS

18 Jul 2025 : 16.58 Views 1

Espos.id Espos.id Jenis Media: Bisnis

Rupiah Akhiri Pekan Ini dengan Penguatan, Jadi Rp16.297 per Dollar AS

Espos.id, JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari Jumat di Jakarta menguat sebesar 44 poin atau 0,27% menjadi Rp16.297 per dollar AS dari sebelumnya Rp16.341 per dollar AS. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini juga menguat ke level Rp16.301 per dollar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.329 per dollar AS.

Mata uang Asia lainnya ditutup bervariasi sore ini. Yen Jepang ditutup melemah 0,07%, dollar Hong Kong menguat 0,01%, dollar Singapura menguat 0,16%, dollar Taiwan menguat 0,13%, dan won Korea Selatan menguat 0,01% sore ini. Kemudian peso Filipina menguat 0,13%, yuan China menguat 0,05%, ringgit Malaysia menguat 0,08%, dan baht Thailand naik 0,40% di hadapan dolar AS.

Analis Bank Woori Saudara Rully Nova mengatakan penguatan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi peningkatan minat pelaku pasar asing terhadap pasar saham dan obligasi negara.

“Peningkatan minat pelaku pasar asing terhadap pasar saham dan obligasi negara didorong oleh semakin melebarnya 'spread' suku bunga obligasi negara Indonesia dan AS, serta ekspektasi masih berlanjutnya penurunan suku bunga acuan oleh BI (Bank Indonesia) sampai dengan akhir tahun ini,” katanya.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pekan ini memutuskan pemotongan suku bunga acuan (BI Rate) 25 basis points (bps) ke level 5,25%. Suku bunga deposit facility diputuskan juga turun sebesar 25 bps menjadi pada level 4,5%. Begitu pula suku bunga lending facility yang diputuskan untuk turun sebesar 25 bps menjadi pada level 6%.

Sejauh ini, BI telah memangkas BI Rate sebanyak tiga kali sejak awal tahun masing-masing sebesar 25 bps yang terjadi pada Januari, Mei dan Juli. Ruang penurunan BI Rate masih terbuka hingga akhir 2025.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan ruang penurunan BI Rate akan mempertimbangkan faktor-faktor seperti prakiraan inflasi yang semakin rendah pada 2025 dan 2026, rupiah yang stabil, dan terus perlunya untuk mendorong pertumbuhan ekonom. Artinya, terkait timing dan seberapa bps penurunan BI Rate, akan ditentukan sesuai dinamika perekonomian global maupun domestik.

Penguatan kurs rupiah turut dipengaruhi penguatan mayoritas mata uang regional Asia seiring pernyataan dovish dari anggota Federal Reserve (The Fed).

Sebagaimana diungkapkan analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, pejabat The Fed, Christopher Waller menyampaikan bahwa kebijakan tarif AS takkan sepenuhnya ditanggung konsumen dan data-data tenaga kerja dinilai dapat melemah ke depan. Karena itu, Waller menegaskan potensi pemangkasan suku bunga dua kali yang masing-masing sebesar 25 bps hingga akhir tahun.

Terpisah, pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menjelaskan pasar mencermati ketidakpastian tarif dan kebijakan The Fed setelah data minggu ini menunjukkan indeks harga konsumen (IHK) AS sedikit di atas ekspektasi, menyoroti dampak awal tarif perdagangan Presiden AS Donald Trump. Data IHK memperkuat sikap hati-hati Fed terhadap suku bunga. Beberapa pejabat Fed mencatat pekan ini bahwa inflasi masih stagnan dan kenaikan baru-baru ini mungkin mencerminkan penerapan tarif lebih awal ke harga konsumen.

Oleh karena itu, investor semakin yakin Federal Reserve tidak akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Sementara itu, kekhawatiran atas independensi bank sentral diperburuk di tengah meningkatnya ketegangan antara Presiden Trump dan Ketua Dewan Gubernur The Fed Jerome Powell. Trump pada hari Rabu menolak klaim bahwa ia berencana untuk mencopot Ketua Fed Jerome Powell, tetapi tidak menutup kemungkinan tersebut.

Untuk perdagangan Senin (21/7/2025), Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif, tetapi ditutup melemah pada rentang Rp16.280-Rp16.330 per dollar AS.  

Sentimen: neutral (0%)