Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Hindu, Islam
Kab/Kota: Garut, Solo
Tokoh Terkait
Pesan Spiritual Menteri Agama soal Kerukunan Antara Alam dan Manusia
Espos.id
Jenis Media: Eco

Espos, SOLO -- Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengupayakan penguatan kerukunan antara manusia dan alam lewat gagasan bertajuk Trilogi Jilid II.
"Trilogi ini, pertama, moderasi beragama yang berfokus pada kerukunan antarumat manusia. Kedua, ekoteologi yang mendorong hubungan harmonis antara manusia dan alam,” ujar Menag, dikutip dari keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis (17/7/2025).
Hal tersebut dia sampaikan saat bersilaturahim dengan ratusan tokoh agama Pondok Pesantren Al-Musaddadiyah, Garut, Jawa Barat, Rabu (16/7/2025).
Selain kerukunan antarumat dan antara manusia dan lingkungan, Trilogi Jilid II juga memuat kurikulum cinta untuk membangun pendidikan agama yang menanamkan kasih sayang.
Menurut dia, dalam Trilogi Jilid II tersebut, fokusnya bukan lagi pada isi trilogi jilid pertama. Saat ini isu-isu internal dan antarumat beragama dinilai sudah tidak menjadi persoalan utama. Kini, menurutnya, perlu diperkuat adalah hubungan antarsesama umat manusia.
“Bagi kita yang memahami bahasa Arab, Allah tidak mengatakan yaa ayyuhal muslimun, tetapi yaa bani Adam. Tidak ada agama lain yang menggunakan istilah bani Adam. Siapapun yang merasa anak cucu Adam, wajib kita muliakan,” kata Menag dilansir Antaranews.com.
Pada kesempatan tersebut, Menag juga menyoroti kerusakan lingkungan sebagai darurat kemanusiaan.
Saat ini, menurut dia, perubahan iklim telah menyebabkan kematian jutaan orang pada setiap tahun, jauh melebihi korban akibat perang. Oleh karena itu, Menag mengajak pesantren dan umat beragama untuk mengintegrasikan kesadaran lingkungan ke dalam ajaran agama.
“Kita perlu melakukan pembacaan ulang terhadap sumber-sumber keagamaan agar lebih kontekstual dengan kondisi bumi saat ini, serta membangun ekoteologi, yaitu teologi yang mengedepankan tanggung jawab terhadap lingkungan hidup,” kata Menag lagi.
Menag juga menjelaskan secara etimologis, ekoteologi mengajarkan cara manusia tetap hidup sekaligus menjaga keberlangsungan alam. Bagi umat Islam, menghargai makhluk bukan hanya terbatas pada makhluk biologis seperti tumbuhan dan hewan.
Menteri Agama (Menag), Nasaruddin Umar juga mengajak seluruh umat beragama di Tanah Air untuk memperdalam agama guna menghadirkan kehidupan yang semakin damai dan makmur.
“Saya mengajak seluruh umat beragama untuk mendalami ajaran agama masing-masing. Semakin dalam seseorang memahami agamanya, semakin damai dan makmur hidupnya,” kata Nasaruddin dikutip dari keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.
Ia mengingatkan para tokoh agama mengenai pentingnya menjaga suasana kebatinan umat agar tidak bertentangan dengan kitab suci, keteladanan nabi maupun sifat-sifat Tuhan.
Hal tersebut disampaikan Menag saat menghadiri silaturahim dengan ratusan tokoh agama di Kabupaten Garut yang digelar di Pondok Pesantren Al-Musaddadiyah, Garut, Jawa Barat, Rabu (16/7/2025).
Dalam silaturahim yang mengusung tema Refleksi Spiritual: Pembangunan Berkelanjutan untuk Mewujudkan Kerukunan dan Kemaslahatan itu, Nasaruddin menyampaikan pentingnya peran pesantren dalam merawat nilai-nilai keagamaan.
“Ilmu dari pesantren itu akan langsung mendarat di hati, karena tulus dari hati. Oleh karena itu, saya mengajak semua pihak untuk merawat tradisi pesantren. Salah satu keunggulan pesantren adalah mengaktifkan dua belahan otak, otak kiri dan otak kanan,” kata dia.
Nasaruddin menegaskansistem pendidikan modern cenderung hanya mengandalkan otak kiri yang berkaitan dengan logika dan rasio. Sementara penggunaan otak kanan yang terkait institusi dan spiritualitas cenderung lebih sedikit.
Padahal, menurutnya, dalam perintah Al Quran saat diturunkan pertama kali adalah iqra’ bismi rabbik. "Iqra mewakili otak kiri, sedangkan bismi rabbik merepresentasikan otak kanan," kata dia.
Sebelumnya, Menteri Agama dalam acara International Conference on Islamic Ecotheology for the Future of the Earth (ICIEFE) di Jakarta, Selasa (15/7/2025), menegaskan pentingnya menata ulang cara pandang umat Islam terhadap lingkungan karena alam perlu diposisikan bukan sebagai objek eksploitasi melainkan sebagai mitra dalam kehidupan.
"Kalau kita menganggap alam hanya objek, maka matilah rasa kita," kata Menag.
Menurut Menag, manusia perlu membangun hubungan emosional dan spiritual dengan alam. Untuk itu, ia mendorong pemanfaatan otak kanan dalam memahami alam, bukan sekadar logika dan nalar semata.
Ia mencontohkan masyarakat ribuan tahun lalu yang mampu bertahan hidup tanpa bantuan teknologi modern. Mereka mengandalkan kedekatan dan persahabatan dengan alam dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
"Mereka tidak membutuhkan laboratorium dan teknologi canggih, tetapi bisa bertahan hidup. Cara mereka adalah melalui persahabatannya dengan alam," kata dia.
Pemahaman terhadap ekoteologi, katanya, tidak bisa dilepaskan dari kajian kosmologi. Ia merujuk pandangan sufi Ibnu Arabi yang menyatakan hanya Tuhan yang benar-benar memiliki wujud sejati, sementara alam adalah bayangan dari-Nya.
"Demikian pula kalau kita lihat tradisi Hindu di Bali, mereka sangat menghormati pohon-pohon besar. Sejak dulu telah menganggap alam ini sebagai partner. Makanya, mereka tidak berani menebangnya, bukan karena takut, tetapi dianggap sebagai bagian yang sama dengan dirinya," kata Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut.
Perubahan perilaku terhadap alam juga tidak bisa terjadi tanpa perubahan teologi. Menurutnya, teologi saat ini terlalu maskulin, padahal Tuhan sangat erat dengan sifat feminin yang penuh kasih sayang terhadap ciptaan-Nya.
"Untuk itu, kita butuh kelembutan dalam memahami Tuhan dan alam," kata dia.
Pembina Pondok Pesantren Al-Musaddadiyah Tantowi Jauhari Musaddad pernah menyampaikan apresiasinya terhadap gagasan-gagasan Menteri Agama, seperti kerukunan, kurikulum cinta, dan ekoteologi.
“Saya melihat ketiganya bersumber pada rahmat Allah. Ekoteologi dasarnya adalah kasih sayang, kerukunan merupakan kasih sayang terhadap sesama,” ucap Tantowi.
Menurutnya, ekoteologi yang sering digagas Menteri Agama berakar pada konsep rahmat Allah. Gagasan ini telah diterjemahkan oleh Bapak Menteri dan bergema ke seluruh Nusantara.
Sentimen: neutral (0%)