Sentimen
Undefined (0%)
16 Jul 2025 : 15.48
Tokoh Terkait

Perekonomian Global Diprediksi Melemah, BI Dorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

16 Jul 2025 : 15.48 Views 17

Espos.id Espos.id Jenis Media: Ekonomi

Perekonomian Global Diprediksi Melemah, BI Dorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Espos.id, JAKARTA -  Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlu terus didorong di tengah prospek perekonomian global yang melemah. “Secara keseluruhan pada tahun 2025, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,6% sampai dengan 5,4%,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Juli 2025 di Jakarta, Rabu (16/7/2025).

Di samping membaiknya permintaan domestik, Perry mengatakan bahwa perbaikan pertumbuhan ekonomi ini juga didukung oleh tetap positifnya kinerja ekspor sejalan dengan hasil perundingan tarif dengan pemerintah Amerika Serikat. Berbagai respon bauran kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia juga meningkatkan keyakinan pelaku ekonomi yang pada akhirnya akan mendorong kegiatan ekonomi.

Dari sisi Bank Indonesia, di samping menjaga stabilitas, kebijakan juga diarahkan untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penurunan BI Rate, pelonggaran likuiditas, serta peningkatan insentif makroprudensial kepada perbankan guna mendorong kredit pembiayaan ke sektor-sektor prioritas.

“Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran, bersinergi erat dengan kebijakan stimulus fiskal dan sektor riil pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Perry.

Pada triwulan II 2025, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh investasi non-bangunan terkait kegiatan di sektor transportasi. Perry mencatat, kinerja ekspor cukup baik ditopang oleh ekspor berbagai sumber daya alam dan produk manufaktur. Sementara itu, konsumsi rumah tangga masih perlu ditingkatkan, tercermin pada penjualan eceran yang melambat.

Secara sektoral, lapangan usaha pertanian tetap tumbuh ditopang oleh kinerja subsektor perkebunan dan dukungan program pemerintah. Sedangkan kinerja beberapa lapangan usaha utama lainnya seperti industri pengolahan serta penyediaan akomodasi dan makan-minum belum kuat.

Secara spasial kewilayahan, ekonomi di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua masih tumbuh di atas 5%, sedangkan wilayah lainnya belum meningkat.

Terkait perekonomian dunia, BI memandang bahwa kebijakan tarif resiprokral Amerika Serikat (AS) diprakirakan akan memperlemah prospek pertumbuhan ekonomi dunia, khususnya di negara maju. Perry mencatat ketidakpastian ekonomi global kembali meningkat pasca pengumuman kebijakan tarif efektif resiprokral Amerika Serikat (AS) ke beberapa negara maju dan berkembang.

Perry mengatakan pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang dalam tren menurun, di tengah ditempuhnya kebijakan fiskal ekspansif dan pelonggaran kebijakan moneter di negara tersebut. Kinerja ekonomi China juga diprakirakan belum kuat di tengah berbagai strategi diversifikasi ekspor maupun kebijakan fiskal dan moneter yang ditempuh otoritasnya. Sementara itu, kinerja perekonomian India diperkirakan tetap baik didukung oleh permintaan domestik yang kuat.

“Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2025 masih belum kuat sekitar 3% dan dengan kecenderungan 2,9%,” kata Perry.

Tekanan inflasi Amerika Serikat, catat Perry, masih menurun sehingga mendorong tetap kuatnya ekspektasi arah penurunan Fed Funds Rate (FFR) ke depan. Sementara itu pergeseran aliran modal keluar dari Amerika Serikat ke Eropa dan negara berkembang serta komoditas yang dianggap aman seperti emas terus berlanjut sejalan dengan meningkatnya risiko ekonomi Amerika Serikat termasuk risiko fiskal.

Perkembangan ini mendorong berlanjutnya pelembahan indeks mata uang dollar Amerika Serikat terhadap mata uang negara maju (DXY) dan terhadap mata uang negara berkembang (ADXY).

“Ke depan, kewaspadaan serta respon dan koordinasi kebijakan yang lebih kuat diperlukan guna memitigasi dampak negatif dari ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global yang masih tinggi serta menjaga ketahanan eksternal, menjaga stabilitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri,” kata Perry.

Sentimen: neutral (0%)