Sentimen
Undefined (0%)
16 Jul 2025 : 11.12
Informasi Tambahan

BUMN: PT Pertamina

Kompensasi Tarif Trump Jadi 19%, RI Wajib Beli Energi AS dan Beli 50 Jet Boeing

16 Jul 2025 : 11.12 Views 18

Espos.id Espos.id Jenis Media: Bisnis

Kompensasi Tarif Trump Jadi 19%, RI Wajib Beli Energi AS dan Beli 50 Jet Boeing

Esposin, JAKARTA —  Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Selasa (15/7/2025) mengatakan Indonesia telah sepakat untuk belanja energi AS senilai US$15 miliar (sekitar Rp244 triliun), produk pertanian Amerika Serikat senilai US$4,5 miliar (sekitar Rp73,1 triliun), dan 50 jet Boeing. 

Pembelian tersebut merupakan bagian dari kesepakatan perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat. Sebelumnya, Donald Trump mengatakan dia telah mencapai "kesepakatan besar" terkait perdagangan dengan Indonesia setelah bertemu langsung dengan Presiden Prabowo Subianto. 

Dia lantas mengatakan kepada wartawan bahwa berdasarkan kesepakatan tersebut, AS akan memperoleh "akses penuh" ke pasar Indonesia dan mengenakan tarif sebesar 19 persen untuk barang-barang Indonesia. 

"Pagi ini saya menyelesaikan sebuah kesepakatan penting dengan Republik Indonesia setelah berbicara dengan Presiden yang sangat saya hormati, Prabowo Subianto," tulis Trump di akun Truth Social. 

"Sebagai bagian dari perjanjian tersebut, Indonesia telah berkomitmen untuk membeli energi AS senilai 15 miliar dolar AS, produk pertanian AS senilai US$4,5 miliar dan 50 pesawat Boeing, banyak di antaranya adalah jenis 777," tulis Trump.

Di sisi lain, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai penetapan tarif dagang Amerika Serikat (AS) sebesar 19 persen terhadap Indonesia menjadi momentum untuk beralih ke energi baru terbarukan (EBT).

Hal ini menyusul Presiden AS Donald Trump yang tak hanya memberlakukan tarif impor senilai 19 persen terhadap produk-produk Indonesia yang masuk ke negaranya, tapi juga kesepakatan yang mencakup komitmen RI membeli energi dari AS senilai US$15 miliar.

"Dengan outlook pelebaran defisit migas, sudah saatnya Indonesia mempercepat transisi dari ketergantungan fosil," kata Bhima saat dihubungi di Jakarta, Rabu (16/7/2025).

Bhima mengatakan potensi pelebaran defisit migas dapat menekan kurs rupiah dan menyebabkan postur subsidi Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 untuk energi meningkat tajam.

"Alokasi subsidi energi 2026 yang sedang diajukan pemerintah adalah Rp203,4 triliun, tentu tidak cukup. Setidaknya butuh Rp300-320 triliun. Apalagi ketergantungan impor BBM dan LPG makin besar," kata Bhima.

Ia menilai ketergantungan impor minyak sudah membebani APBN dan ada kekhawatiran ujungnya Indonesia harus beli minyak dari AS lebih mahal dari harga pasar karena terikat hasil negosiasi dagang.

"Kalau Indonesia disuruh beli produk minyak dan LPG tapi harganya di atas harga yang biasa dibeli Pertamina, repot juga. Ini momentum semua program transisi energi harus jalan agar defisit migas bisa ditekan," ujar dia.

Selain mulai mempertimbangkan transisi energi, Bhima juga mengatakan penerapan tarif ini juga menjadi momentum bagi Indonesia untuk mengeksplorasi pasar ekspor baru, contohnya di Uni Eropa hingga negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).

Adapun harapan terkait peningkatan kerja sama dan relaksasi sejumlah aturan untuk melakukan ekspor ke kawasan Eropa pun menyusul Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (IEU-CEPA) yang akhirnya disepakati setelah 10 tahun negosiasi.

"Pemerintah sebaiknya mendorong akses pasar ke Eropa sebagai bentuk diversifikasi pasar paska IEU-CEPA disahkan. Begitu juga dengan pasar intra-ASEAN bisa didorong. Jangan terlalu bergantung pada ekspor ke AS karena hasil negosiasi tarif tetap merugikan posisi Indonesia," ujar Bhima.

Sentimen: neutral (0%)