Sentimen
Undefined (0%)
16 Jul 2025 : 13.45
Partai Terkait

Saatnya Koperasi Naik Kelas

16 Jul 2025 : 13.45 Views 11

Espos.id Espos.id Jenis Media: Kolom

Saatnya Koperasi Naik Kelas

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendeklarasikan tahun 2025 sebagai tahun koperasi internasional dengan mengusung tema Koperasi: Mendorong Solusi yang Inklusif dan Berkesinambungan Menuju Dunia yang Lebih Baik. 

Tema ini berfungsi sebagai pengingat krusial akan potensi luar biasa koperasi dalam membangun komunitas ekonomi yang lebih tangguh dan berkelanjutan.

Bentuk badan usaha koperasi menonjol karena dimiliki dan dikelola secara demokratis oleh seluruh anggota dengan tujuan utama membentuk perekonomian yang kuat yang senantiasa mengedepankan people, planet, dan purpose dibandingkan sekadar keuntungan finansial. 

Peran kuat koperasi, yang tidak hanya terbatas pada sektor ekonomi, dipandang sangat selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals/SDGs.

Koperasi yang unggul dalam aspek keadilan, demokrasi ekonomi, dan keberlanjutan sosial  menjadikan koperasi pilihan menarik untuk implementasi ekonomi yang bersifat inklusif.

Cukup banyak contoh keberhasilan koperasi di berbagai negara, seperti Spanyol, India, Prancis, Jerman, dan Finlandia. Ini negara-negara yang jarang penduduknya dan memiliki tantangan iklim musim panas yang pendek dan musim dingin yang sangat panjang.

Koperasi menjadi salah satu pilar ekonomi yang sangat kuat di negara-negara itu. Koperasi sebagai badan usaha menawarkan keunggulan tersendiri yang berlandaskan pada tujuh prinsip utama. 

Prinsip-prinsip itu yang menjadi fondasi gerakan koperasi global. Pertama, keanggotaan yang bersifat sukarela dan terbuka. Kedua, tata kelola yang sepenuhnya demokratis dan di bawah kontrol anggota.

Ketiga, kontribusi ekonomi setiap anggota secara adil. Keempat, status badan usaha yang memiliki otonomi dan bersifat independen. Kelima, komitmen terhadap edukasi, pelatihan, dan keterbukaan informasi bagi anggota.

Keenam, kerja sama antarkoperasi. Ketujuh, prinsip yang ditambahkan pada Kongres Manchester, yaitu kepedulian terhadap masyarakat atau komunitas sekitar wilayah operasi (Zamagni dan Zagmani, 2010).

Koperasi tidak sekadar berbagi keuntungan, tapi lebih tentang demokrasi ekonomi, tentang bagaimana pengambilan keputusan dilakukan secara kolektif dan demokraris oleh para anggota.

Struktur manajemen koperasi yang partisipatif, semua anggota memiliki suara yang seimbang dalam pengambilan keputusan operasional dan strategis, menjadi keunggulan tersendiri yang tidak dimiliki oleh badan usaha lainnya (Wolff, 2012)

Tantangan Ekonomi Gig 

Sebuah riset yang dilakukan International Cooperative Alliance (ICA) pada tahun 2021 mengungkap temuan yang mencemaskan sekaligus membuka mata: hanya sekitar 40% koperasi di Indonesia yang memiliki keterhubungan dan jejaring dengan kaum muda.

Angka ini tertinggal jauh dibandingkan dengan koperasi-koperasi di Meksiko, India, dan Iran yang menunjukkan keterlibatan anak muda hingga 85%–98%. Filipina mencatat angka partisipasi kaum muda sebesar 70% dalam menjadikan koperasi sebagai ruang yang ramah bagi generasi muda.

Citra koperasi yang dianggap ketinggalan zaman dan kurang relevan dengan tantangan inovasi pada era ekonomi gig merupakan tantangan bersama yang perlu segera diatasi.

Start-up koperasi? Mengapa tidak. Saat ini cukup banyak koperasi yang bergerak di bidang “nontradisional” dan memanfaatkan keunggulan bentuk badan usaha koperasi—yang sesungguhnya memiliki potensi besar untuk menghadirkan model bisnis yang inklusif, partisipatif, dan berkelanjutan.

Di tengah gelombang tantangan yang kian kompleks pada era ekonomi gig, koperasi memberikan secercah harapan—sebuah alternatif solusi yang layak digali lebih dalam, khususnya bagi para profesional berbasis pengetahuan (knowledge worker).

Perusahaan-perusahaan besar kini bergantung pada kehadiran para konsultan lepas. Di sisi lain, fleksibilitas yang ditawarkan model kerja freelance menjadi magnet tersendiri bagi mereka yang menginginkan keseimbangan hidup, antara dunia kerja dan keluarga, antara pencapaian dan pengasuhan. 

Bagi sebagian orang, bekerja kantoran delapan jam sehari selama lima hari dalam sepekan bukan lagi pilihan ideal, melainkan tantangan yang menggerus ruang pribadi. 

Dalam lanskap inilah, koperasi menghadirkan ruang kolaborasi baru yang sarat potensi, tempat para pekerja berbasis pengetahuan dapat berjejaring, berbagi risiko, serta membangun masa depan bersama dengan semangat gotong royong. 

Pada masa depan sudah sepatutnya pemerintah memberikan perhatian yang lebih serius untuk menumbuhkan ekosistem koperasi modern yang inovatif dan inklusif, terlebih bagi generasi muda.
Narasi baru yang segar dan menggugah sangat dibutuhkan kehadirannya. Diseminasi yang efektif melalui berbagai media populer akan menjadi pembangkit semangat anak bangsa mengakrabi koperasi.

Koperasi selayaknya tidak lagi dipandang sebagai peninggalan masa lalu, melainkan sebagai kendaraan masa depan tempat solidaritas dan pemberdayaan yang berkelanjutan. 

Momentum Tahun Koperasi Internasional 2025 membuka lebar peluang bertumbuhnya koperasi modern di Indonesia.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 14 Juli 2025. Penulis adalah anggota Koperasi Jasa Konsultan Fairworx Indonesia)

Sentimen: neutral (0%)