Sentimen
Undefined (0%)
15 Jul 2025 : 12.04
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Jati, Seoul, Solo

Tokoh Terkait

Dies Natalis Ke-61, ISI Solo Perkuat Status BLU dan Ukir Sederet Prestasi

15 Jul 2025 : 12.04 Views 14

Espos.id Espos.id Jenis Media: News

Dies Natalis Ke-61, ISI Solo Perkuat Status BLU dan Ukir Sederet Prestasi

Esposin, SOLO — Institut Seni Indonesia atau ISI Solo menggelar Sidang Senat Terbuka dalam rangka Dies Natalis ke-61 di Pendapa GPH Joyokusumo, kampus setempat, Selasa (15/7/2025). 

Tahun ini ISI Solo mengangkat tema The Harmony of Tradition and Innovation, Building Independence Towards Future. Tema itu menjadi pijakan menyambut tantangan masa depan dengan tetap berpijak pada nilai-nilai tradisi.

Rektor ISI Solo, I Nyoman Sukerna, dalam sambutannya, mengatakan sudah banyak hal yang dicapai terutama dalam beberapa tahun terakhir. Salah satunya resmi bertransformasi menjadi Badan Layanan Umum (BLU) pada tahun 2025.

Ia mengatakan perubahan status menjadi BLU menjadi momentum penting untuk memperkuat kemandirian institusi ISI Solo. Menurutnya, transformasi ini memberikan keleluasaan dalam pengelolaan keuangan dan tata kelola untuk meningkatkan pelayanan tridarma perguruan tinggi.

"Transformasi ini sejalan dengan komitmen kami dalam mewujudkan tata kelola yang akuntabel, fleksibel, dan transparan. Otonomi yang diberikan harus dimanfaatkan untuk memperkuat institusi, bukan semata-mata administratif, melainkan sebuah pijakan menuju kemandirian sejati," ujarnya dalam Sidang Senat Terbuka Dies Natalis ke-61 ISI Solo, Selasa.

Selain itu, pria asli Bali itu mengatakan juga ada capaian penguatan akademik dan Sumber Daya Manusia (SDM). Misalnya dalam satu tahun terakhir, ia menyebut ISI Solo berhasil mengukuhkan lima Guru Besar baru di bidang ilmu seni dan budaya, termasuk dirinya.

Kemudian, kurikulum berbasis Outcome Based Education (OBE) telah diterapkan di seluruh program studi, dan lebih dari 500 mahasiswa telah berpartisipasi dalam program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

ISI Solo sukses menggelar berbagai acara berskala global. Pada perayaan Hari Wayang Dunia ke-10, Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, hadir dan memberikan apresiasi tinggi. 

Acara lainnya adalah 24 Jam Menari Nonstop dalam rangka Hari Tari Dunia, yang diikuti oleh lebih dari 1.500 penari dari dalam dan luar negeri, mengukuhkan posisi ISI Solo sebagai pusat seni pertunjukan yang dinamis. “Ini bukan sekadar pertunjukan, tetapi pernyataan jati diri ISI Surakarta sebagai pusat perkembangan seni tari yang dinamis,” katanya.

Internasionalisasi Kampus

Selain itu, dalam Sidang Senat Terbuka Dies Natalis ke-61 itu juga disampaikan terkait upaya internasionalisasi melalui pengiriman dua mahasiswa ISI Solo ke Malaysia dalam program AIMS serta jalinan kerja sama strategis dengan Thaksin University (Thailand), Seoul National University (Korea Selatan), dan Marumori Company (Jepang). 

“Total, sebanyak 323 dokumen kerja sama dengan mitra nasional dan internasional telah ditandatangani sepanjang Juli 2024 hingga Juni 2025,” katanya.

Kemudian di bidang riset, ia mengatakan terdapat 115 proposal penelitian dan 59 program pengabdian masyarakat berhasil mendapatkan pendanaan pada tahun 2025. Salah satu inovasi unggulan adalah lolosnya proyek hilirisasi motif batik klasik menjadi elemen logam dekoratif dalam program Matching Fund Kedaireka.

“Komitmen terhadap tata kelola yang baik dibuktikan dengan raihan predikat A dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah [SAKIP] dan penghargaan Silver Winner Zona Integritas Tahun 2024 untuk Fakultas Seni Pertunjukan,” tuturnya.

Lalu, Nyoman mengatakan pada program Pascasarjana juga terdapat capaian dengan akreditasi "Unggul" untuk Program Doktor dan "A" untuk Program Magister.

“Dalam setahun terakhir, program ini telah meluluskan 113 doktor dan 54 magister, sekaligus aktif menjalin kerja sama lintas institusi keagamaan untuk mempromosikan moderasi beragama,” lanjutnya.

Terakhir, ia berharap kampus seni ini bisa terus melakukan trobosan dan inovasi di dunia pendidikan dan seni. Namun ia mengingatkan untuk terus berpegang pada nilai tradisi sebagai landasannya.

"Kini, saatnya melangkah lebih jauh. Tradisi yang menjadi akar, harus menjelma menjadi energi untuk menumbuhkan inovasi. Kampus seni bukan menara gading, namun taman, tempat tumbuhnya gagasan, persilangan budaya, dan titik temu peradaban," katanya.

Sentimen: neutral (0%)