Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Banyumas, Seoul, Solo, Surabaya
Tokoh Terkait
61 Tahun ISI Solo, Kuatkan Identitas Penjaga Tradisi Nusantara dan Tetap Relevan
Espos.id
Jenis Media: News

Esposin, SOLO — Institut Seni Indonesia (ISI) Solo memiliki sejarah panjang sebagai kampus penjaga seni tradisi nusantara dan terus berupaya relevan dengan perkembangan zaman.
Sejak masih berstatus Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) dan menempati fasilitas milik Keraton Solo, ISI Solo ini telah menjadi tempat belajar bagi para seniman, mulai dari seni karawitan hingga pedalangan.
Kini ISI Solo menginjak usia 61 tahun. Pada perayaan Dies Natalis ke-61, ISI Solo merefleksikan perjalanannya dengan mengusung tema The Harmony of Tradition and Innovation, Building Independence Towards Future.
Tema ini menjadi cerminan komitmen kampus untuk memperkuat identitasnya sebagai penjaga tradisi sekaligus relevan dengan tantangan masa kini. Rektor ISI Solo, I Nyoman Sukerna, menjelaskan identitas utama yang ingin dipegang teguh adalah perannya sebagai penjaga gawang tradisi.
Hal itu sesuai mandatori Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Namun, yang membedakan ISI Solo dengan perguruan tinggi seni lainnya adalah visi Nusantara yang diusung. Visi ini menjadikan kampus sebagai ruang pertemuan berbagai seni dari seluruh Indonesia, tidak hanya terfokus pada budaya Jawa.
“Visi kami itu Nusantara. Jadi selain mayoritas [budaya yang dikembangkan dan tradisi yang dijaga] adalah gaya Solo, juga ada Sunda, Banyumas, gaya Jogja, Surabaya, Bali, hingga Padang,” kata dia dalam wawancara dengan Espos, belum lama ini.
Hal itu diwujudkan dengan keterlibatan aktif ISI Solo menjadi pusat kegiatan budaya nasional dan internasional. Pada Hari Wayang Dunia ke-10, tahun ini, Menteri Kebudayaan Fadli Zon hadir secara langsung dan memberikan apresiasi atas kontribusi ISI Solo dalam pelestarian wayang sebagai warisan budaya dunia.
Sementara itu, dalam rangka Hari Tari Dunia, ISI Solo menggelar kegiatan 24 Jam Menari Nonstop dengan partisipasi lebih dari 1.500 penari dari dalam dan luar negeri. Kegiatan ini diiringi dengan seminar nasional dan kolaborasi seniman, memperkuat posisi ISI Solo sebagai pusat aktivitas seni pertunjukan yang dinamis dan kolaboratif.
Meski punya visi menjaga tradisi, Nyoman mengatakan ISI Solo tidak anti pembaruan. Menurutnya, itu merupakan konsekuensi budaya. Terlebih saat ini semua menghadapi tren teknologi dan industri kreatif.
Ratusan Kerja Sama Nasional-Internasional
Ia tetap berupaya menjembatani seni dengan dunia digital juga menjadi fokus. Salah satunya tetap mengadopsi teknologi untuk pengarsipan dan dokumentasi. Misalnya karya-karya musik tradisional yang berdurasi sangat panjang dapat didokumentasikan secara digital.
Di sisi lain, kampus juga membuka program studi yang relevan dengan industri seperti D4 Animasi, D4 Tata Kelola Seni, dan S1 Desain Produk Industri untuk menjawab kebutuhan masa depan. Ini diharapkan menjadi jembatan antara seni tradisi dengan seni media baru dan desain interaktif.
Visi yang diusung ISI Solo ternyata mampu berkontribusi terhadap kemajuan seni nasional. Salah satunya pengusulan gamelan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia ke UNESCO, yang disahkan pada tahun 2021. Ide ini, menurut Sukerna, tercetus dari para akademisi ISI Solo.
Dalam skala global, ISI Solo aktif memperluas jejaring. Terlebih, menurut Nyoman, alumni ISI tersebar di berbagai negara baik sebagai peneliti di kampus lain maupun praktisi seni.
Secara kelembagaan, ISI Solo telah menjalin kerja sama strategis dengan Thaksin University (Thailand), Seoul National University (Korea Selatan), dan Marumori Company (Jepang). Sepanjang Juli 2024 hingga Juni 2025, tercatat lebih dari 323 dokumen kerja sama ditandatangani dengan mitra nasional dan internasional sepanjang Juli 2024 hingga Juni 2025.
Kerja sama ini mencakup implementasi MBKM, riset kolaboratif, hingga penguatan kapasitas sumber daya manusia. Nyoman berharap ISI Solo terus berkontribusi melalui para mahasiswa, dosen, dan alumni. Mereka diharapkan menjadi pewaris yang merasa memiliki, merawat, membina, dan mengembangkan warisan budaya bangsa.
“Kami percaya bahwa seni dan budaya bukan sekadar warisan masa lalu, melainkan pondasi untuk membangun masa depan bangsa. ISI Solo akan terus menjadi rumah bagi tradisi dan laboratorium bagi inovasi,” kata dia.
Sentimen: neutral (0%)