Sentimen
Informasi Tambahan
Hewan: Sapi
Institusi: UNAIR, Universitas Airlangga
Kab/Kota: Surabaya, Tokyo
Tokoh Terkait
Peneliti UNAIR Presentasikan Biomeker Deteksi Retrovirus pada Sapi di SRC2025
Espos.id
Jenis Media: News

Esposin, SURABAYA -- Peneliti dari Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga (UNAIR), Dr. Arif Nur Muhammad Ansori, terpilih sebagai presenter dalam 27th Summer Retrovirus Conference (SRC2025).
SRC2025 berlangsung di Hotel Mark One Tsukuba Research Academy, Tsukuba, Jepang pada 9-11 Juli 2025. Arif merasa sangat bangga bisa membawa nama Indonesia dan UNAIR dalam forum ilmiah bergengsi tersebut.
“Saya merasa sangat bangga dan bersyukur bisa terpilih menjadi salah satu presenter di konferensi bergengsi di Jepang ini. Kesempatan ini menjadi pencapaian pribadi sekaligus pengakuan terhadap kontribusi riset saya di bidang virologi. Khususnya terkait Bovine Leukemia Virus atau BLV pada sapi,” ujarnya, Senin (14/7/2025).
Forum Ilmiah Retrovirus Terkemuka
Konferensi ini membahas perkembangan mutakhir riset Retrovirus, seperti HIV, Human T-lymphotropic virus (HTLV), dan Retrovirus hewan lainnya. Para peserta berasal dari berbagai perguruan tinggi dan pusat riset ternama di Jepang, termasuk NIBIOHN, NIID, RIKEN, Miyazaki University, Science Tokyo, Kumamoto University, Hokkaido University, dan NARO. Dr Kiyohiko Andoh DVM dari NARO (National Agriculture and Food Research Organization) bertindak sebagai ketua penyelenggara.
“Pertukaran gagasan di forum ini menjadi penting karena banyak penyakit akibat Retrovirus yang masih menjadi tantangan besar di bidang kesehatan manusia dan hewan,” jelas Arif.
Riset Pengembangan Biomarker Penyakit BLV
Di forum itu, Arif mempresentasikan penelitian mengenai pengembangan teknologi cell-free DNA (cfDNA) sebagai biomarker penyakit enzootic bovine leukosis (EBL). Ia meneliti potensi penggunaan cfDNA sebagai biomarker untuk mendeteksi lebih dini penyakit EBL, yaitu kanker sel B pada sapi akibat infeksi BLV.
“Saya memilih topik ini karena ingin berkontribusi pada pemecahan masalah nyata di bidang kedokteran hewan. BLV menjadi masalah serius di Jepang, banyak peternakan sapi mengalami kerugian dari infeksi virus ini, salah satunya di Kumamoto. Melalui riset ini, saya berharap dapat memperkuat kolaborasi Indonesia dan Jepang dalam riset Retrovirus serta menunjukkan kapasitas peneliti Indonesia,” tegasnya.
Temuan dan Rencana Pengembangan Riset
Penelitian Arif menggunakan teknologi cfDNA yang dikombinasikan dengan real-time PCR (qPCR) atau droplet digital PCR (ddPCR) untuk mendeteksi fragmen DNA Retrovirus dari sel tumor secara non-invasif dengan hasil yang sensitif dan akurat.
“Temuan utama saya menunjukkan teknologi cfDNA mampu membedakan sapi terinfeksi BLV dengan gejala EBL lebih efektif daripada metode konvensional. Pendekatan ini menjanjikan untuk deteksi dini penyakit ini,” ungkapnya.
Riset ini Arif kerjakan di Divisi Genomik dan Transkriptomik (Satou Lab), Joint Research Center for Human Retrovirus Infection, Kumamoto University, Jepang. Di bawah supervisi Prof Yorifumi Satou. Ke depan, Arif ingin mengembangkan penelitian ini agar dapat diimplementasikan secara luas. Tidak hanya pada kedokteran hewan, tetapi juga pada kedokteran manusia untuk deteksi penyakit akibat Retrovirus.
“Saya juga berharap dapat menjalin lebih banyak kolaborasi internasional agar hasil riset ini berdampak secara global,” tutupnya. (NA)
Sentimen: neutral (0%)