Sentimen
Undefined (0%)
14 Jul 2025 : 15.39
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Karanganyar, Solo

Kasus: bullying

Tokoh Terkait

Guru SMAN 1 Solo Jadi Kepala Sekolah Rakyat Menengah Atas 17, Ini Profilnya

14 Jul 2025 : 15.39 Views 16

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Guru SMAN 1 Solo Jadi Kepala Sekolah Rakyat Menengah Atas 17, Ini Profilnya

Esposin, SOLO -- Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 17 Solo di Sentra Terpadu Prof dr Soeharso, Jl Tentara Pelajar, Jebres, resmi diluncurkan pada Senin (14/7/2025) pagi. Sekolah itu akan dipimpin oleh Septhina Shinta Sari.

Perempuan berusia 42 itu sebelumnya adalah guru Bahasa Inggris di SMAN 1 Solo. Pada 2025, ia mendapatkan penugasan dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk mengikuti seleksi kepala sekolah rakyat.

Guru yang tinggal di Kecamatan Jaten, Karanganyar, itu mengaku tertarik menjadi kepala sekolah karena ingin menjadi bagian dari cita-cita besar Presiden Prabowo Subianto dalam memberikan pendidikan yang layak bagi masyarakat miskin agar ke depan punya masa depan lebih baik lagi.

Dia optimistis anak-anak miskin yang bersekolah di sekolah rakyat bisa melesat potensinya dengan kurikulum dan proses pembelajaran yang sudah disusun.

“Saya senang dan bangga bisa menjadi bagian dari mimpi besar Pak Presiden. Selain itu saya juga ingin jadi agent of change di sektor pendidikan untuk rakyat miskin agar mereka punya akses pendidikan yang layak sehingga bisa punya masa depan yang lebih baik,” kata dia saat diwawancarai Espos seusai launching.

Lulusan Magister Pendidikan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo itu bercerita sebelum dilantik jadi Kepala Sekolah Rakyat Menengah Atas 17 Kota Solo, ia sudah melewati proses seleksi yang cukup panjang. Sejak Mei dia menjalani seleksi administrasi, tes psikologi dan tes kemampuan Bahasa Inggris.

Mengacu data Kementerian Sosial (Kemensos), total ada 600 kandidat kepala sekolah rakyat di seluruh Indonesia yang lolos seleksi tahap awal. Dari jumlah itu kemudian diambil 60 kandidat terbaik sebagai kepala sekolah.

Setidaknya terdapat enam kompetensi utama yang diuji, yaitu kemampuan memimpin perubahan, menginisiasi perubahan, membangun jejaring dan kerja sama. Kemudian memberikan bimbingan dan arahan, menghadapi tantangan, serta menerjemahkan visi menjadi hasil yang terukur.

Memutus Rantai Kemiskinan

Bagi Shinta, pendidikan adalah jalur terbaik bagi anak-anak untuk memutus rantai kemiskinan. Oleh karenanya dia ingin anak-anak bisa mengikuti proses pendidikan dengan baik dan memanfaatkan fasilitas secara maksimal agar mereka punya bekal yang cukup untuk mewujudkan mimpi besarnya.

“Saya optimistis dengan kurikulum, fasilitas, dan persiapan yang telah kami lakukan anak-anak dari kalangan tidak mampu ini bisa melesat potensinya. Sehingga mereka bisa menjadi pemutus rantai kemiskinan di keluarga mereka,” ungkap dia.

Target paling dekat Shinta sebagai kepala Sekolah Rakyat Menengah Atas 17 Solo adalah membuat anak-anak kerasan dan bahagia menjalani pendidikan berbasis asrama. Dengan begitu anak-anak perlahan akan mudah mengikuti proses pembelajaran yang telah disusun dengan maksimal dan punya tekad yang kuat untuk menggapai mimpi mereka.

“Pesan saya bagi orang tua agar tidak perlu khawatir atau risau berlebihan. Ia bersama para guru akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelenggarakan proses pendidikan secara baik. Kami juga akan terbuka untuk berdiskusi dengan orang tua bilamana ada kendala atau hal-hal lain yang ingin dibicarakan,” pesan dia.

Ihwal masukan Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi agar SRMA 17 Solo membentuk Satgas Anti-bullying, Shinta mengaku siap merealisasikan usulan tersebut. Dia juga akan berupaya untuk mewujudkan SRMA sebagai sekolah yang nyaman, aman, dan tidak ada praktik bullying atau perundungan.

Ditanya soal agenda masa pengenalan lingkungan sekolah atau MPLS di SRMA 17 Solo, perempuan yang telah menjadi pengajar selama 11 tahun itu menyebut tidak jauh berbeda dengan sekolah lainnya karena mengacu dengan petunjuk teknis dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).

Empati Sosial

Namun, ada tambahan juknis dari Sekolah Rakyat. Materinya meliputi penguatan karakter, penguatan bela negara, latihan kedisiplinan, dan penguatan literasi.

Berdasarkan informasi yang diperoleh Espos, Shinta akan dibantu setidaknya 17 guru mata pelajaran. Mereka  berasal dari berbagai sekolah negeri maupun swasta di Kota Solo yang telah melalui serangkaian seleksi ketat.

Shinta dan para guru akan mengajar sebanyak 200 siswa yang terbagi menjadi delapan rombongan belajar (rombel). Tiap rombel akan diisi 25 siswa.

Melansir laman resmi SMAN 1 Solo, Shinta sudah berstatus pegawai negeri sipil (PNS) dengan pangkat Penata III/C. Sementara penelusuran Espos di laman LinkedIn, Shinta pernah menjadi guru Bahasa Inggris di SMAN 2 Sekayu, Musi Banyuasin, Sumatra Selatan, pada 2007-2008.

Kemudian Shinta menjadi guru di Pusat Bahasa UNS Solo selama enam tahun mulai 2008-2014 sebelum pindah ke SMKN 2 Solo pada 2011-2019 dan pindah ke SMAN 1 Solo hingga 2025.

Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat, Prof M Nuh, mengatakan kepala sekolah sekolah harus memiliki empati sosial yang dominan. Sebab, para kepala sekolah akan mengepalai sekolah untuk anak-anak yang dianggap "khusus".  "Tapi, empati sosial saja juga belum cukup," katanya seperti dikutip Espos dari laman resmi Kemensos, Senin (14/7/2025).

Kedua, kepala sekolah harus memiliki kemampuan sebagai motivator ulung dan membangkitkan kepercayaan diri.  "Membangkitkan self confidence-nya, membangkitkan semangat juangnya, jadi petarung," katanya.

Lalu, ia ingin agar calon kepala sekolah memiliki wawasan yang luas. Sehingga, para siswa tak hanya sekadar semangat tapi tak punya. Tapi, kepala sekolah dan guru bisa mengantarkan mereka untuk punya kemampuan dan kemauan untuk sukses.  

Sentimen: neutral (0%)