SPMB Selesai, Keterisian SMA/SMK Swasta Gratis di Semarang Mentok 10 Murid
Espos.id
Jenis Media: Jateng

Esposin, SEMARANG – Empat SMA/SMK swasta atau mitra sekolah gratis di Kota Semarang, Jawa Tengah, sepi peminat selama Pendaftaran Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun 2025 saat tahapan pertama atau 14-18 Juni.
Bahkan, meskipun sempat diadakan pendaftaran tahap II pada 7-9 Juli, masing-masing sekolah tetap tak mampu untuk memenuhi 36 kuota maksimal.
Misalnya SMA Mardisiswa, yang selama tahapan pertama SPMB Jateng tidak ada satu pun pendaftar alias nol calon murid baru (CMB). Kemudian, ketika pendaftaran tahap II, sekolah yang terletak di Kelurahan Srondol Wetan, Kecamatan Banyumanik, ini hanya memperoleh dua siswa.
“Hasil jemput bola di gelombang dua cuma dua siswa,” kata Kepala SMA Mardisiswa, Wulandari, kepada Espos, Jumat (11/7/2025).
Wulandari awalnya berencana membuka empat kelas untuk siswa reguler dan satu kelas siswa afirmasi atau yang melalui jalur kemitraan.
Namun, karena total pendaftar tak memenuhi angka maksimal rombongan belajar (Rombel) sebanyak 36 murid, maka wacana ini dibatalkan.
“Jadinya lima reguler semua kelasnya. Nanti yang daftar di kemitraan kelasnya digabung sama reguler. Kita reguler dapat 150 pendaftar,” ucapnya.
SMK Ibu Kartini
Sedangkan di SMK Ibu Kartini, pada tahap pertama SPMB mitra hanya mendapatkan 11 pendaftar. Namun, hanya tujuh orang yang melakukan daftar ulang di sekolah yang terletak di Kelurahan Gajahmungkur, Kecamatan Gajahmungkur ini.
“Kemudian di tahap II ini, hanya dapat tiga siswa,” kata Kepala SMK Ibu Kartini, Muhdhor.
Adapun tiga siswa baru di gelombang dua itu, merupakan hasil dari jemput bola dari sekitar 10 orang yang masuk di DTKS P1, P2 dan P3. Sisanya yang tak mendaftar, disebut sudah diterima di sekolah umum.
“Kebanyakan terlanjur daftar sekolah swasta. Dan harapannya progam ini tetap lanjut. Tetapi sosialisasinya semoga bisa lebih awal. Karena program ini bagus, membantu masyarakat yang kurang mampu,” harapnya.
SMK Bina Nusantara dan SMA Lab UPRIS
Kemudian di SMK Bina Nusantara yang terletak di Kelurahan Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, pada tahap pertama SPMB mendapatkan sembilan siswa dengan seluruhnya melaksanakan daftar ulang. Namun, pada tahap II, meski telah melakukan jemput bola, tak ada satu pun yang mendaftar.
“Reguler kita ada 85 pendaftar. Namun kemitraan, hanya tahap satu saja sembilan siswa. Tahap dua tidak ada pendaftar di kami,” kata Kepala SMK Bina Nusantara, Ari Dwi Handoko.
Terakhir, yakni SMA Lab UPRIS, pada tahap pertama SPMB mendapat lima pendaftar. Kemudian pada tahap II, sekolah yang terletak di Kelurahan Siwalan, Kecamatan Gayamsari, ini kembali memperoleh empat pendaftar.
“Total ada sembilan siswa yang mendaftar di program kemitraan,” Kepala SMA Lab UPRIS, Ria.
Kendati sepi pendaftar, keempat sekolah mitra di Kota Semarang tersebut tetap senang bisa mendapatkan murid meski tak bisa memenuhi kuota sebanyak 36 rombel.
Keempat SMA/SMK mitra itu juga berharap program ini tetap dilanjutkan dan bisa terus digandeng di tahun-tahun mendatang.
Kendala Pendaftaran
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jateng, Sadimin, menegaskan bahwasanya kekosongan kuota di SMA/SMK mitra bukan karena calon siswa tak tertarik. Namun, ada sejumlah kendala di antaranya:
– Jarak sekolah dengan rumah calon siswa yang cukup jauh. Sehingga secara hitung-hitungan biaya transportasi jadi lebih mahal.
“Biasanya siswa miskin ini berasal dari wilayah yang cukup jauh dari sekolah. Maka jarak tempuh jadi pertimbangan. Mereka akhirnya tetap bersekolah di swasta regular,” terangnya.
– Banyak calon siswa yang sudah diterima di sekolah negeri.
“Diterima lewat jalur afirmasi, prestasi dan juga domisili,” sambungnya.
Sedangkan saat disinggung mengenai keluhan sosialisasi program SMA/SMK mitra yang terlalu mepet atau tidak jauh-jauh hari, Sadimin tak sepakat.
Menurutnya, Disdikbud Jateng telah mensosialisasikan secara masif mengenai sekolah gratis di swasta bagi masyarakat yang masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) P1, P2 dan P3 ini.
“Sebetulnya sudah masif. Kita itu sosialisasi full dua bulan melalui media sosial (Medsos), radio dan TV. Bahkan sampai tim jemput bola ke rumah-rumah,” klaimnya.
Sentimen: neutral (0%)