Sentimen
Undefined (0%)
11 Jul 2025 : 17.53
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Tiongkok, Washington

Rupiah Akhiri Pekan Ini Dengan Penguatan Jadi Rp16.218 per Dollar AS

11 Jul 2025 : 17.53 Views 26

Espos.id Espos.id Jenis Media: Bisnis

Rupiah Akhiri Pekan Ini Dengan Penguatan Jadi Rp16.218 per Dollar AS

Espos.id, JAKARTA - Mata uang rupiah ditutup menguat pada level Rp16.218,00 per dollar AS, Jumat (11/7/2025). Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 6 poin atau 0,04%. Sementara itu, indeks dollar AS menguat 0,12% ke 97,76.

Sejumlah mata uang Asia melemah seperti yen Jepang melemah 0,39%, dollar Singapura melemah 0,07%, peso Filipina melemah 0,05%, rupee India menguat 0,26%, won Korea melemah 0,12% dan ringgit Malaysia melemah 0,30%. Sebaliknya, sejumlah mata uang lain menguat antara lain dollar Taiwan yang menguat 0,09%, baht Thailand menguat 0,25%, yuan China menguat 0,09% di hadapan dolar AS.

Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menerangkan, secara global, investor tengah mencermati pengumuman tarif perdagangan Trump. Terhadap Kanada, Trump memberlakukan bea masuk sebesar 35% yang mulai berlaku pada 1 Agustus 2025. Selain itu, Trump juga memberikan ancaman tambahan bea masuk 10% terhadap negara-negara yang berpihak pada blok BRICS. Kendati penetapan tarif tidak berdampak besar terhadap pergerakan pasar, tetapi para investor tengah berhati-hati dengan tindakan perdagangan di masa mendatang.

Sementara itu, dari dalam negeri, kekhawatiran pelaku pasar terhadap banjir produk impor elektronik seperti China, Vietnam, dan Thailand ke Indonesia menjadi salah satu sentimen. “Negara-negara produsen dan kompetitor Indonesia akan mencari pasar besar yang mudah diakses setelah Trump menerapkan tarif tinggi per 1 Agustus 2025,” kata Ibrahim.

Ibrahim menjelaskan, produk alat listrik rumah tangga yang diekspor Indonesia ke AS juga masih sangat minim. Untuk menghadapi pengalihan pasar dari berbagai negara, pemerintah harus segera memperkuat Non Tariff Measure (NTM), seperti revisi Permendag 21/2025.

Stabilitas Rupiah

Sedangkan Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede menilai rupiah cenderung bergerak datar atau stabil (sideways) di tengah ketidakpastian terkait perang dagang. Bahkan, ketika Trump mengumumkan bahwa Indonesia dikenai tarif sebesar 32% pada 1 Agustus 2025, pergerakan rupiah masih cukup stabil.

“Sentimen menguat pada sesi Asia setelah Presiden AS (Amerika Serikat) Donald Trump mengancam akan memberikan blanket tariff sebesar 15%-20% kepada mitra dagangnya,” kata dia.

Mengutip Anadolu, Presiden AS Donald Trump pada Rabu (9/7), mengumumkan bahwa Washington akan mengenakan bea masuk sebesar 20%-30% untuk barang-barang dari tujuh negara yang akan dimulai pada 1 Agustus 2025. Filipina akan dikenakan bea masuk sebesar 20%, Brunei dan Moldova 25%, sedangkan Sri Lanka, Irak, Aljazair, dan Libya akan dikenakan tarif 30%.

Sebelumnya, Trump mengumumkan tarif 25% untuk Jepang dan Korea Selatan. Trump kemudian mengumumkan tarif untuk belasan negara, termasuk 25% untuk Malaysia, Kazakhstan, dan Tunisia. Lalu 30% untuk Afrika Selatan dan Bosnia dan Herzegovina, serta 32% untuk Indonesia. AS juga mengenakan tarif 35% untuk Serbia dan Bangladesh, lalu 36% untuk Kamboja dan Thailand, serta 40% untuk Laos dan Myanmar.

Presiden AS itu juga mengenakan tarif sebesar 35% atas barang-barang impor dari Kanada mulai 1 Agustus.

“Di tengah sentimen perang dagang tersebut, rupiah hanya bergerak dalam rentang Rp16.210-16.248 per dollar AS, dan ditutup menguat 0,04% ke level Rp16.218 per dollar AS dari sebelumnya Rp16.212 per dollar AS,” ujar Josua.

Pada pekan depan, rupiah dipredikis dipengaruhi oleh rilis dari inflasi AS, pertumbuhan ekonomi Tiongkok, serta pengumuman Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia). Nilai tukar rupiah diperkirakan melemah terbatas pada perdagangan minggu depan dalam rentang Rp16.175-Rp16.275 per dollar AS.

Sentimen: neutral (0%)