Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Setiabudi, Solo
Segera Rilis, Film Karya Sutradara Solo Fanny Chotimah Angkat Tradisi Mendongeng
Espos.id
Jenis Media: Solopos

Esposin, SOLO — Film karya sutradara yang berdomisili di Kota Solo, Fanny Chotimah, berjudul Pendekar Daster Rombeng dan Pendongeng Sakti bakal dirilis di Solo pada September 2025. Melalui film dokumenter berdurasi 15 menit ini, Fanny ingin menyampaikan pentingnya tradisi mendongeng antara orang tua dan anak.
Fanny menilai tradisi mendongeng sebagai pengantar tidur anak kini mulai luntur. Padahal menurutnya dongeng adalah ajang bonding yang baik antara orang tua dan anak serta menjadi medium penyampai pesan moral.
“Pesan dalam film ini saya ingin membuat revitalisasi dongeng. Dongeng itu penting diceritakan apalagi sebagai pengantar tidur anak. Selain bisa memberikan pesan moral, juga medium bonding [memperkuat ikatan emosional] yang baik antara ibu dan anak,” kata dia saat diwawancarai awak media di Hotel Novotel, Solo, Sabtu (5/7/2025).
Fanny Chotimah ingin film ini menjadi bagian dari upaya untuk merawat tradisi dongeng agar tetap relevan di era sekarang. Selain itu, ia ingin mengajak penonton untuk menyelami kembali makna dongeng bukan hanya sebatas cerita masa kecil tapi cermin perjalanan hidup.
“Bagi saya, dongeng memberi imajinasi untuk menumbuhkan empati dan mengenali kemanusiaan dalam diri kita,” imbuh dia. Film hasil tesis Fanny untuk Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Solo ini merupakan surat cinta kepada ibundanya yang telah memperkenalkan kekayaan dongeng-dogeng dari Bumi Pasundan (Jawa Barat).
Pendekar Daster Rombeng dan Pendongeng Sakti berkisah tentang perjalanan seorang anak yang tumbuh bersama dongeng-dongeng Sunda (dongeng asli Jawa Barat). Saat dewasa si anak dihadapkan dilema besar yang bertentangan dengan prinsip-prinsip yang diajarkan ibunya. Dalam kondisi tersebut si anak mencoba mengurai makna dongeng masa kecilnya dan mencoba merefleksikan dengan kehidupan saat ini.
“Kisah dalam film ini dihidupkan dengan mix media dengan menggabungkan antara wayang golek tradisional dengan animasi modern. Selain untuk memperkuat cerita juga sebagai revitalisasi budaya mendongeng di era digital,” jelas dia.
Fanny Chotimah menyebut meskipun film ini bergenre keratif dokumenter modern, ia memastikan tidak menggunakan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence. Film ini masih melibatkan seniman selama proses produksi termasuk dalam pembuatan wayang golek.
Film yang diproduseri Steve Pillar Setiabudi ini tengah didaftarkan untuk tayang di beberapa festival film internasional. Fanny menargetkan film yang diproduksi rumah produksi film Kembang Gula Solo ini bisa tayang di Singapura Film Festival dan Festival Film Indonesia.
Terpisah, Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) sekaligus psikolog anak, Seto Mulyadi atau Kak Seto, mengatakan tradisi mendongeng menjelang tidur bisa membangun ikatan emosional antara orang tua dengan anak. Manfaat lain dari dongeng yakni anak akan mudah menjalin komunikasi dengan orang tua, melalui tokoh dongeng, jalan cerita hingga arti yang disampaikan.
"Makanya mendongeng ini merupakan sarana efektif menjalin dialog secara baik antara orang tua dan anak," jelas Kak Seto sebagaimana dikutip Espos dari kominfo.jatimprov.go.id, Sabtu (5/7/2025).
Ia menambahkan dongeng juga bisa menjadi medium untuk mendeteksi kreativitas anak, perkembangan emosi, dan perkembangan moral. Dampak dari kedekatan hubungan antara orang tua dan anak bisa membentuk budi pekerti yang baik melalui pesan-pesan positif lewat cerita dongeng.
Sentimen: neutral (0%)