Sentimen
Undefined (0%)
4 Jul 2025 : 18.02
Informasi Tambahan

Brand/Merek: Toyota

Kab/Kota: Solo

Kasus: kebakaran

Tokoh Terkait
Morgan

Morgan

Mulai Berdampak, Perubahan Iklim Jadi Ancaman Serius Dunia Usaha

4 Jul 2025 : 18.02 Views 17

Espos.id Espos.id Jenis Media: Eco

Mulai Berdampak, Perubahan Iklim Jadi Ancaman Serius Dunia Usaha

Esposin, SOLO  — Perubahan iklim mulai memberikan dampak nyata terhadap dunia usaha di berbagai belahan dunia.

Lebih dari separuh, tepatnya 57% dari 336 perusahaan yang disurvei dalam laporan terbaru Morgan Stanley mengakui perubahan iklim telah berdampak pada operasional mereka dalam setahun terakhir.

Termasuk melalui biaya yang meningkat, gangguan tenaga kerja, dan kerugian pendapatan. 

Laporan tersebut turut mengungkap perusahaan tetap melakukan pengurangan emisi dan adaptasi terhadap pemanasan global. Hal ini terutama didorong oleh beban finansial yang meningkat, meski terdapat ketidakpastian politik. 

Panas ekstrem dan badai merupakan dua fenomena iklim utama yang menghambat operasional perusahaan, disusul adanya kebakaran hutan dan asap, kekurangan air, serta banjir atau kenaikan muka laut.

Analisis Bloomberg Intelligence mencatat Amerika Serikat sendiri telah menghabiskan hampir US$1 triliun untuk pemulihan bencana dan kebutuhan terkait iklim sepanjang tahun lalu.

Sementara itu, data dari Biro Sensus AS menunjukkan dampak tersebut di tingkat lokal. 

Hampir dua pertiga perusahaan di wilayah metropolitan Tampa mengalami kerugian akibat cuaca ekstrem setelah diterjang badai Helene dan Milton di pesisir barat Florida tahun lalu. Dampak ini tidak hanya dirasakan oleh perusahaan-perusahaan di AS.

Kebakaran hutan besar yang melanda Kanada tahun ini memaksa evakuasi proyek pasir minyak di Alberta. Di Afrika Selatan, banjir besar pada 2022 mendorong Toyota untuk mengajukan gugatan kerugian senilai lebih dari US$360 juta. 

Sementara itu, panas ekstrem memaksa perusahaan tambang di Australia untuk menyesuaikan operasional mereka. Untuk pertama kalinya, laporan Morgan Stanley ini juga mencakup kawasan Timur Tengah, Afrika Utara, dan Amerika Selatan.

Hasilnya menunjukkan hampir 90% perusahaan di Amerika Selatan memperkirakan perubahan iklim akan menjadi ancaman serius terhadap model bisnis mereka sebelum akhir dekade ini.

Ketersediaan dan harga bahan baku, serta risiko usangnya proses produksi yang ada, menjadi kekhawatiran utama mereka. 

Menariknya, meskipun Timur Tengah dan Afrika Utara merupakan kawasan yang paling rentan terhadap cuaca ekstrem, perusahaan-perusahaan di sana justru memandang keberlanjutan merupakan sumber penciptaan nilai ekonomi.

Namun, tantangan di Amerika Utara berbeda. Di sana, instabilitas politik dinilai sebagai hambatan utama dalam investasi keberlanjutan. 

Penolakan terhadap prinsip environmental, social, governance (ESG), terutama di kalangan Partai Republik AS, membuat 21% perusahaan di Amerika Utara menyebut permusuhan politik sebagai penghalang utama transisi iklim.

Beberapa perusahaan merespons dengan melakukan praktik greenhushing,  yakni upaya mencapai target iklim tanpa menyuarakannya secara publik. Sementara yang lain memilih untuk mundur atau membatalkan target pengurangan emisinya.

Sentimen: neutral (0%)