Kerek Pertumbuhan Ekonomi, Indonesia Butuh Investasi Rp7.500 Triliun
Espos.id
Jenis Media: Ekonomi

Espos.id, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap perlu kenaikan tingkat konsumsi masyarakat ke level 5,5% dan investasi hingga Rp7.500 triliun untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hal tersebut disampaikan Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna DPR RI ke-21 di Kompleks Parlemen, Jakarta pada Selasa (1/7/2025).
Menurut Sri Mulyani, dalam upaya mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas, pemerintah harus menyelesaikan sejumlah tantangan dan mendorong dua aspek utama dalam produk domestik bruto (PDB), yakni konsumsi rumah tangga dan investasi. Dia mengungkap bahwa aspek permintaan harus meningkat, yakni konsumsi rumah tangga harus mampu tumbuh lebih tinggi. Hal ini karena konsumsi rumah tangga berkontribusi sekitar 55% terhadap PDB, sehingga kuat-lemahnya pertumbuhan konsumsi sangat berpengaruh bagi stuktur ekonomi Indonesia.
"Untuk mencapai pertumbuhan tinggi konsumsi rumah tangga harus didorong lebih tinggi lagi, yaitu pada level 5,5%. Pemerintah harus mampu menciptakan lingkungan kesempatan kerja, sehingga income masyarakat dapat meningkat," ujar Sri Mulyani.
Pada kuartal I/2025, konsumsi rumah tangga tercatat hanya tumbuh 4,89%, lebih rendah dari realisasi kuartal IV/2024 di level 4,98%. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang lebih rendah dari tingkat pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu tantangan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi optimal.
Selain itu, Sri Mulyani juga mengungkap bahwa laju investasi harus tumbuh signifikan agar perekonomian bisa tumbuh optimal. Menurut perkiraannya, investasi harus bisa tumbuh setidaknya 5,9% tahun depan. "Investasi baru pada 2026 untuk mencapai target pertumbuhan yang tinggi, dengan investasi senilai minimal Rp7.500 triliun," ujarnya.
Investasi yang tinggi menjadi syarat penting agar target pertumbuhan ekonomi 8% dapat tercapai, karena investasi berkontribusi 30% terhadap PDB. "Apabila digabungkan dengan konsumsi, maka konsumsi rumah tangga dan investasi keduanya berkontribusi 85% terhadap PDB," ujar Sri Mulyani.
Dia juga menyampaikan outlook pertumbuhan ekonomi 2025 sebesar 5%. Angka tersebut lebih rendah dari asumsi APBN 2025 sebesar 5,2%. Sri Mulyani menjelaskan semua lembaga internasional memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,7% pada 2025. Meski demikian, sambungnya, pemerintah akan mencoba melakukan berbagai langkah untuk memitigasi agar pertumbuhan ekonomi tetap terjaga di 5%.
"Kita perlu tetap waspada terhadap risiko global sehingga outlook 5% dimaksimalkan untuk tetap bisa dicapai," ujar Sri Mulyani. Dia menyatakan otoritas akan menjaga pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan instrumen fiskal yang ada untuk melakukan counter cyclical. Artinya, pemerintah akan melakukan belanja yang lebih besar ketika ekonomi sedang lesu.
Sri Mulyani mencontohkan program-program unggulan pemerintah seperti makan bergizi gratis, FLPP Perumahan, Koperasi Merah Putih, hingga Sekolah Rakyat akan mulai berjalan pada semester II/2025. "Semuanya itu memiliki multiplier effect [efek pengganda]," jelasnya.
Selain itu, sambungnya, inflasi akan tetap dijaga rendah untuk menjaga daya beli. Selain itu, pemerintah akan berupaya menjaga momentum investasi dan ekspor.
Outlook Asumsi Makro 2025 Pemerintah (Disampaikan Menkeu Sri Mulyani ke Banggar DPR pada 1 Juli 2025)
- Pertumbuhan Ekonomi: 4,7%—5,0%
- Inflasi: 2,2%—2,6%
- Suku Bunga SBN 10 Tahun: 6,8%—7,3%
- Nilai tukar: Rp16.300—Rp16.800 per dollar AS.
- Harga minyak mentah Indonesia (ICP): US$68—82 per barel
- Lifting minyak: 593—597 rbph
- Lifting gas: 976—980 rbsmph
Sentimen: neutral (0%)