Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Boyolali, Gunung, Sragen
Kasus: Praktik prostitusi
Tokoh Terkait
Kasus TPPO Terjadi di Gunung Kemukus Sragen, Begini Tanggapan Bupati Sigit
Espos.id
Jenis Media: Solopos

Esposin, SRAGEN—Kasus dugaan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) marak terjadi di wilayah Gunung Kemukus, Desa Pendem, Sumberlawang, Sragen. Selama ini, aparat kepolisian di tingkat Polda Jateng dan Polres Sragen sudah mengungkap tiga kasus dugaan TPPO di Gunung Kemukus.
Menanggapi maraknya kasus TPPO itu, Bupati Sragen Sigit Pamungkas, Selasa (1/7/2025), menyatakan akan melakukan sosialisasi, pencegahan, hingga pembenahan di lingkungan Gunung Kemukus.
Kasus TPPO kali pertama diungkap Polda Jateng pada 4 Februari 2025. Kasus kedua diungkap Polres Sragen pada 11 Maret 2025 dan kasus ketiga ditangkap Polres Sragen pada 9 Juni 2025. Dalam pengungkapan kasus itu, polisi berhasil menangkap muncikari dan menemukan korban masih di bawah umur.
Pada kasus pertama, Polda Jateng menangkap seorang perempuan berinisial S, 40, yang diduga mempekerjakan anak di bawah umur sebagai pemandu lagu karaoke dan pekerja seks komersial. Kemudian pada kasus kedua, Polres Sragen menangkap muncikari berinisial SH, 50, yang mendapat imbalan atau upah dari jasa prostitusi seorang anak di bawah umur asal Kabupaten Boyolali.
Kasus ketiga, Polres Sragen menangkap pensiunan pegawai negeri sipil berinisial P yang menjadi muncikari dan mengamankan empat orang yang diduga menjadi korban TPPO. Salah satu dari empat korban itu ternyata masih di bawah umur.
Bupati Sigit menyampaikan peran Pemerintah Daerah (Pemda) Sragen lebih pada upaya pencegahan supaya TPPO itu tidak terulang kembali. Dia menerangkan pencegahan dapat dilakukan dengan sosialisasi terus-menerus kepada masyarakat di Gunung Kemukus dan menata wilayah Gunung Kemukus menjadi lebih manusiawi sehingga hal-hal negatif bisa dikurangi.
“Yang lebih penting sebenarnya penindakan. Pemerintah pusat tegas dalam persoalan TPPO ini. Kami ingin mengembangkan Gunung Kemukus itu lebih lanjut sehingga menjadi sarana pengembangan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Kami membuat konsep wisata lampu-lampu seperti di Thailand yang dipadukan dengan air di Waduk Kedung Ombo (WKO). Ya, memang harus ditata ulang dan dikomunikasi dengan berbagai pihak terkait,” jelas Sigit.
Sigit sudah melihat langsung kondisi Gunung Kemukus saat adanya ritual larap kelambu pada 1 Sura lalu yang jatuh pada Jumat (27/6/2025). Dia berencana melihat rencana desain pengembangan New Kemukus sehingga bisa dikonsep baru ke depannya.
“Kami belum sampai pada rencana pembelian lahan yang menjadi hak milik warga setempat. Kami lebih mengoptimalkan aset yang sudah ada. Misalnya air di sekitarnya supaya tidak surut itu apakah perlu dibuat bendungan atau tidak. Nantinya air WKO itu diintegrasikan dengan wisata lampu. Ini masih konsep. Nanti akan kami tinjau lagi,” jelas Sigit.
Sentimen: neutral (0%)