Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Kejawen
Kab/Kota: Semarang
Tokoh Terkait
Tradisi Kungkum Malam 1 Suro di Tugu Soeharto Semarang yang Masih Lestari
Espos.id
Jenis Media: Jateng

Esposin, SEMARANG - Setiap malam 1 Suro, suasana di tepian Sungai Kaligarang, tepatnya di sekitar Tugu Soeharto, Semarang, berubah menjadi sakral dan penuh makna. Aroma kemenyan dan asap dupa tipis yang menari di antara angin malam menandai dimulainya sebuah ritual spiritual yang telah berlangsung turun-temurun: kungkum malam Suro.
Ritual ini bukan sekadar berendam di sungai. Bagi masyarakat Jawa, terutama yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai kejawen, malam 1 Suro adalah waktu yang dipercaya sebagai pertemuan antara alam nyata dan alam gaib. Momen ini menjadi saat yang tepat untuk menyepi, menenangkan diri, dan mendekatkan batin kepada Sang Pencipta.
“Ini bukan sekadar berendam. Kungkum malam Suro itu laku. Laku prihatin, laku bersih diri, laku nyuwun pangestu [memohon restu] dari leluhur,” ucap seorang warga Barusari, Krisna, saat ditemui Espos, Kamis (26/6/2025) malam.
Tugu Soeharto, yang berada di pertemuan Sungai Kaligarang dan Kreo, diyakini sebagai lokasi penuh energi spiritual. Tempuran dua sungai tersebut dianggap sebagai titik bersatunya dua kekuatan alam yang menjadikan tempat ini keramat. Tak heran, setiap malam Suro, warga dari berbagai daerah datang untuk melaksanakan kungkum.
Krisna sendiri mengaku telah beberapa kali mengikuti ritual ini. “Kadang di sini, kadang juga di Parangkusumo, Jogja. Tapi biasanya saya sempatkan ke Tugu Soeharto. Di sini energinya beda,” paparnya.
Para pelaku kungkum biasanya mulai turun ke sungai sekitar tengah malam. Mereka duduk bersila di dalam air, menunduk, memejamkan mata, dan merapalkan doa dalam hati. Masing-masing membawa niat dan harapan yang berbeda.
“Setiap orang membawa doa sendiri-sendiri. Ada yang mohon rezeki, ada yang mohon kesehatan, ataupun sekadar membersihkan diri dari energi negatif,” imbuh Krisna.
Tak hanya itu, malam 1 Suro juga menjadi waktu yang diyakini tepat untuk mensucikan pusaka. Seperti yang dilakukan Ali, 32, warga Barusari yang membawa tiga pusaka milik keluarganya untuk dicuci.
“Setahun sekali. Pusaka ini peninggalan keluarga. Kalau malam Suro, ya waktunya kita nyuceni [mensucikan],” tukasnya dengan suara lirih.
Tradisi kungkum malam 1 Suro di Tugu Soeharto bukan hanya ritual spiritual, tetapi juga bagian dari warisan budaya yang tetap bertahan di tengah arus modernisasi. Ia menjadi simbol kesetiaan terhadap nilai-nilai luhur leluhur, yang masih dijaga oleh sebagian masyarakat Jawa hingga kini.
Sentimen: neutral (0%)