Sejarah Dragon, Pompa Air Bersejarah di Pojok Stadion Diponegoro Semarang
Espos.id
Jenis Media: Jateng

Esposin, SEMARANG – Di pojok jalan yang sepi dari sorotan, di belakang gegap gempita Stadion Diponegoro, Kota Semarang ada pompa air bersejarah yang dulu setiap pagi digerakkan dengan penuh semangat. Masyarakat sekitar memanggilnya “Dragon”.
Namanya mungkin terdengar garang, Dragon. Tapi bukan naga penyembur api yang dimaksud, melainkan mesin tua yang tak pernah menyerah oleh waktu sebagai penyembur air kehidupan bagi masyarakat.
Dragon berdiri kokoh di sudut belakang stadion, seolah menjadi penjaga sunyi dari masa lalu yang masih setia melayani di era kini.
Pompa dragon ini pernah marak digunakan zaman Hindia-Belanda, namun sekitar tahun 2000 awal. Masyarakat mulai meniggalkan pompa tersebut dan berganti dengan pompa listrik.
“Kalau saya, yakin itu sudah ada sejak saya kecil, mungkin tahun 1950-an. Zaman dulu belum ada PAM, semua ngandalin ini (pompa Dragon),” ujar seorang pedagang buku Anas saat ditemui Espos, Sabtu (14/6/2025).
Di sisi lain, Feri, pedagang lainnya menuturkan bahwa pompa dragon itu sudah ada di sekitar Stadion Diponegoro sekitar tahun 1980. Dia menyebut sumber air itu dibangun Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang.
Saat ini fungsi pompa Dragon memang telah banyak bergeser. Jika dulu menjadi tumpuan utama kebutuhan rumah tangga warga, kini lebih banyak dimanfaatkan oleh para pedagang kaki lima seperti untuk mencuci tangan, piring, atau sekadar membasuh wajah dari panas kota.
“Sekarang yang pakai ya kami-kami ini, pedagang. Tapi fungsinya tetap penting. Apalagi kalau lagi ramai acara di stadion,” ungkap Feri.
Tak hanya air yang pernah disemburkan, Dragon juga pernah jadi korban zaman. Pernah satu kali tertabrak bus rombongan artis saat ada konser besar.
Badannya sempat penyok, mulut pipanya bengkok. Tapi warga tak tinggal diam. Mereka melakukan perbaikan agar pompa tersebut kembali berdiri.
Saat anak-anak zaman sekarang lebih akrab dengan galon dan dispenser, Dragon berdiri sebagai pengingat bahwa dulu air harus dipompa dengan tenaga, disambut dengan syukur, dan dirawat dengan kebersamaan.
“Dulu sempat digunakan warga sekitar untuk mencuci baju. Kalau sekarang digunain untuk keperluan para PKL misal untuk cuci tangan, piring dan lain-lainnya,” tukasnya.
Sentimen: neutral (0%)