Sentimen
Undefined (0%)
12 Jun 2025 : 19.08
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Denpasar, Solo

Partai Terkait

Rektor ISI Solo I Nyoman Sukerna Dikukuhkan Jadi Guru Besar Kajian Budaya Bali

12 Jun 2025 : 19.08 Views 4

Espos.id Espos.id Jenis Media: News

Rektor ISI Solo I Nyoman Sukerna Dikukuhkan Jadi Guru Besar Kajian Budaya Bali

Esposin, SOLO — Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, I Nyoman Sukerna, dikukuhkan menjadi Guru Besar bidang Kajian Budaya Bali. Acara pengukuhan itu digelar di Pendopo Ageng ISI Solo, Kamis (12/6/2025).

Dalam pengukuhan tersebut, I Nyoman menyampaikan pidato berjudul Legasi dan Viralitas Inovasi Tradisi: Pembelajaran dari Perjalanan Gong Kebyar. Gong Kebyar merupakan alat musik yang umum ditemui pada seni tradisi di Bali.

Menurutnya, kelahiran Gong Kebyar di Bali Utara pada awal abad ke-20 bukanlah kebetulan artistik semata. Ia lahir sebagai respons terhadap gejolak sosial-politik di tengah tekanan kolonialisme Belanda. 

"Musik Kebyar yang cepat,dinamis, dan eksplosif menjadi metafora semangat pembebasan serta cerminan spirit jengah [motivasi internal untuk unggul] masyarakat Buleleng," kata I Nyoman dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar ISI Solo, Kamis.

Salah satu kunci keberhasilan Gong Kebyar, lanjutnya, adalah kemampuannya memadukan legasi dan inovasi. Tradisi tidak ditinggalkan, melainkan menjadi sumber inspirasi. Para seniman mengambil elemen musik tradisional lalu mengolahnya dengan virtuositas dan energi baru. 

"Inovasi ini menciptakan lapisan baru pada struktur yang sudah ada, menghasilkan karya yang terasa segar, namun tetap memiliki resonansi budaya yang kuat. Inilah mengapa inovasi Gong Kebyar bisa berakar kuat dan menjadi viral," katanya.

Fenomena viralitas Gong Kebyar dijelaskan Nyoman melalui berbagai teori modern, mulai dari Difusi Inovasi Rogers hingga The Tipping Point dari Malcolm Gladwell. Ia menyoroti semangat kompetisi antardesa yang bisa menjadi pusat inovasi. 

Inovasi bisa tercipta berkat maestro dan komunitas seni. Para maestro berfungsi sebagai penyebar ide, sementara komunitas menjadi menjadi penghubung yang mempercepat adopsi.

Lebih lanjut, Nyoman memaparkan prinsip-prinsip "penularan" atau contagious yang membuat Gong Kebyar begitu populer, atau dalam bahasa yang lebih sederhana disebut viral.

Kemampuan menguasai Gong Kebyar menjadi simbol kebanggaan (social currency), pertunjukannya membangkitkan emosi kuat, dan visibilitasnya yang tinggi di ruang publik memicu rasa penasaran.

Keberhasilan ini juga tidak lepas dari peran para agen perubahan, baik internal maupun eksternal. Secara internal, para maestro serta komunitas seni yang inovatif menjadi motor penggerak. 

Sementara itu, dukungan eksternal terhadap pengembangan Gong Kebyar datang dari peneliti asing, industri pariwisata, hingga institusi akademik seperti ISI Denpasar dan festival besar seperti Pesta Kesenian Bali (PKB).

"Kombinasi faktor internal dan eksternal inilah yang memastikan Gong Kebyar terus berkembang dan menyebar secara eksponensial, menjadikannya fenomena budaya yang mengakar kuat," tegas guru besar baru di ISI Solo itu.

Sebagai penutup, I Nyoman Sukerna menekankan bahwa perjalanan Gong Kebyar memberikan pelajaran berharga bagi inovasi tradisi masa kini, termasuk di lingkungan ISI Solo. 

Menurutnya, inovasi sejati tidak lahir dari kekosongan, melainkan dari keberanian bereksperimen dengan akar tradisi yang kuat, didukung oleh semangat kompetisi yang sehat dan ekosistem yang kolaboratif.

Sentimen: neutral (0%)