Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Bantul, Galur, Gunungkidul, Pesisir Selatan, Yogyakarta
Kasus: kebakaran, zona merah
11 Kalurahan di Kulonprogo Masuk Zona Merah Gempa Megathrust, Ini Datanya
Espos.id
Jenis Media: Jogja

Esposin, KULONPROGO – Sebelas kalurahan di Kabupaten Kulonprogo menjadi wilayah yang berpotensi rawan dan terancam terdampak gempa dan tsunami megathrust paling parah. Menurut kajian BMKG, kawasan pesisir selatan Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki potensi gempa berkekuatan 8,8 Skala Richter yang dapat memicu tsunami dengan ketinggian gelombang mencapai 18 hingga 22 meter.
Kepala Bidang Kedaruratan Logistik Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan BPBD Kulonprogo, Akhid Nur Hartono, mengatakan sebelas kalurahan yang rawan terhadap dampak gempa megathrust itu tersebar di Kapanewon Temon, Panjatan, Wates, dan Galur.
Di Kapanewon Temon, kalurahan yang berpotensi terdampak ada di Sindutan, Palihan, Jangkaran, dan Glagah. Sedangkan di Wates hanya di Kalurahan Karangwuni saja.
"Untuk di Kapanewon Panjatan ada Kalurahan Bugel, Garongan, dan Pleret. Kalau di Galur ada Kalurahan Banaran, Karangsewu, dan Brosot karena ada di pinggir bantaran Kali Progo," katanya, Kamis (12/6/2025).
Dia menegaskan, 11 kalurahan tersebut masuk zona merah yang akan terdampak paling parah ketika terjadi tsunami megathrust. Menurutnya, kerusakan yang dialami dapat memporak-porandakan bangunan yang terkena gelombang tsunami megathrust.
Akhid mengaku, BPBD Kulonprogo sudah menyiapkan titik-titik evakuasi ancaman tsunami megathrust. Menurutnya, titik evakuasi Kulonprogo yakni Stadion Cangkring, Lapangan Karangsari, Pengasih yang menjadi titik kumpul dapat digunakan jika terjadi tsunami.
"Selain itu ada juga di tempat evakuasi akhir di Girigondo dan Lapangan Cubung," sambungnya.
Dia memastikan, titik-titik evakuasi tersebut sudah sangat aman dari ancaman tsunami. Akhid menyadari ketika terjadi megathrust Kulonprogo sangat berpotensi diterjang tsunami. Selain menyiapkan titik evakuasi, BPBD Kulonprogo juga melakukan pencegahan dini dengan setiap tanggal 26 tiap bulannya untuk mengetes dan menguji coba sarana prasarana peringatan dini jika terjadi gempa.
"Khususnya di Glagah, Palihan, dan Jangkaran sirine akan kami uji coba berfungsi dengan baik atau tidak termasuk penutupan pintu masuk barat dan timur underpass Bandara YIA," ucapnya.
Dia menyebut, ke depan ada penambahan fasilitas khususnya pengeras suara tidak hanya di BPBD Kulonprogo tetapi terdapat di masjid-masjid pesisir selatan seperti Galur, Panjatan, dan Temon. Di pesisir selatan Kulonprogo juga sudah ditambah rambu-rambu penunjuk arah jika terjadi tsunami megathrust sehingga dapat mengetahui jalur evakuasinya.
Ia berharap rambu-rambu tersebut dapat berguna ketika terjadi tsunami. "Namun sayangnya setelah Lebaran, kami cek memang ada beberapa titik rambu-rambu yang dari bantuan BNPB ada yang roboh kena kendaraan besar dan ada yang hilang kemungkinan di wilayah pantai sehingga keropos kena air laut dan hilang," ungkapnya.
Masyarakat Jangan Panik
Akhid sudah menyampaikan ke BNPB agar penambahan rambu ke depan berbahan acrylic atau sejenisnya yang minim mengalami korosi air laut sehingga tidak mudah roboh.
Mitigas lainnya melalui sukarelawan BPBD Kulonprogo yang selalu mengimbau agar masyarakat selalu waspada. Akhid menilai, ancaman megathrust ini menjadi potensi yang bisa saja terjadi di mana saja yang kehadirannya tidak diketahui secara pasti. Dia meminta, agar masyarakat tidak panik dengan adanya berita yang beredar tentang terjadinya ancaman tsunami ini.
Rentang waktu megathrust ini cukup lama sampai 20 menit sehingga ada momen penyelamatan diri yang dapat dilakukan.
"Tidak perlu takut tetapi selalu waspada dan mengetahui agar mepersiapkan diri untuk antisipasinya," katanya.
Sebelumnya, Kepala Pelaksana BPBD DIY, Noviar Rahmad menyatakan berdasarkan kajian BMKG, kawasan pantai selatan DIY memiliki potensi gempa megathrust hingga 8,8 skala Richter yang berpotensi memicu tsunami dengan ketinggian gelombang mencapai 18–22 meter.
“Dari hasil kajian, wilayah yang paling rawan adalah Kabupaten Bantul dan Kulonprogo. Gunungkidul relatif lebih aman karena memiliki banyak tebing, tetapi tetap tidak bisa dikatakan bebas risiko,” ujarnya
Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul Ini 11 Kalurahan di Kulonprogo Rawan Terdampak Tsunami Megathrust, BPBD Siapkan Titik Evakuasi
Sentimen: neutral (0%)