Sentimen
Undefined (0%)
12 Jun 2025 : 17.44
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Gunung, Magetan, Mojokerto

Mengenal Nasi Menok, Kuliner Khas Magetan yang Kini Jarang Ditemui

12 Jun 2025 : 17.44 Views 4

Espos.id Espos.id Jenis Media: Jatim

Mengenal Nasi Menok, Kuliner Khas Magetan yang Kini Jarang Ditemui

Esposin, MAGETAN – Nasi menok atau sego menog merupakan salah satu kuliner khas dari Kabupaten Magetan yang kini sulit ditemukan. Konon, sego menog pada zaman dahulu hanya disajikan kepada para bangsawan. 

Saat ini, kuliner nasi yang diolah menggunakan metode kukus dengan campuran santan serta garam tersebut setidaknya bisa ditemui pada beberapa pedagang saja di wilayah lereng Gunung Lawu.

Seperti yang berada di pintu masuk Pasar Terminal Plaosan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Setiap hari hanya ada 1 orang yang menjalani pekerjaan sebagai penjual nasi meno, yakni Rubinah, 70, warga Dusun Maron, Desa Buluharjo, Kecamatan Plaosan. 

Rubinah menjadi satu-satunya penjual nasi menok yang hingga kini masih bertahan dengan mengandalkan resep dari keluarganya selama lebih dari 40 tahun. 

Saat ditemui Espos.id di lapak jualannya, dia menceritakan bahwa kuliner yang sudah jarang ditemui di wilayah Kabupaten Magetan tersebut masih sangat banyak peminatnya. Rubinah menceritakan, dalam sehari dia harus mengolah 1 kuintal beras untuk memenuhi permintaan pembeli yang datang baik ke rumahnya langsung maupun menghampirinya saat berjualan.

Rubinah menjelaskan, nasi menok dan aneka lauk botokan yang dia jual dibanderol hanya seharga Rp2.500 per bungkus. 

“Sehari biasanya saya membuat 300 porsi nasi menok, lengkap dengan lauk berupa botok lamtoro, jamur, serta pelasan daun bawang. Itu pun habisnya cuma butuh waktu 2 jam saja,” ujarnya, Kamis (12/6/2025).

Dalam beberapa kesempatan, Rubinah menambahkan dia harus membuat lebih banyak nasi menok saat mendapat pesanan. Dalam setiap pesanan, dia mengaku kerap mendapat lebih 100 porsi nasi menok.

“Saya kan jualnya sore, buatnya sejak pagi hari, kalau ada pesanan itu malah sejak dini hari sudah harus kukus nasi. Karena sekali pesan itu biasanya orang langsung minta 50-100 porsi, belum sama lauknya,” ungkapnya.

Rubinah bercerita sego menok ini dulu hanya disajikan kepada para keluarga bangsawan. Namun, saat ini kuliner khas ini bisa dimakan oleh siapa saja. 

Sementara itu, salah satu pembeli, Siti Aminah, 32, warga Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur menyampaikan sengaja mampir untuk  membeli beberapa bungkus nasi menok yang lengkap dengan lauk pauknya.

“Terakhir makan nasi ini tuh pas waktu kecil dulu, sejak nikah saya ikut suami di Mojokerto, ini kebetulan ada acara di Telaga Sarangan jadi sekalian mampir buat beli,” ungkapnya.

Sentimen: neutral (0%)