Sentimen
Informasi Tambahan
Hewan: Kambing
Kab/Kota: Boyolali
Usia Harapan Hidup Boyolali Naik Jadi 76,44 Tahun
Espos.id
Jenis Media: Solopos

Esposin, BOYOLALI--Rata-rata usia harapan hidup (UHH) di Boyolali terus naik setidaknya selama lima tahun terakhir. Hal tersebut dianggap Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali sebagai tantangan agar orang lanjut usia (lansia) tetap berdaya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka UHH pada 2019 di Boyolali yaitu 75,83 tahun. Laki-laki memiliki UHH 73,98 tahun dan perempuan 77,73 tahun. Pada 2020 rata-rata UHH naik menjadi 75,95 tahun dengan laki-laki 74,15 tahun dan perempuan 77,85 tahun.
Kemudian pada 2021 rata-rata UHH naik lagi menjadi 76,03 tahun, dengan laki-laki 74,24 tahun dan perempuan 77,96 tahun. Pada 2022 rerata UHH naik lagi 76,12 tahun dengan laki-laki 74,32 tahun dan perempuan 78,07 tahun.
Kemudian, pada 2023 rerata UHH Boyolali naik menjadi 76,23 tahun untuk laki-laki 74,39 tahun dan perempuan 78,14 tahun. Kemudian pada 2024 rerata UHH Boyolali naik menjadi 76,44 tahun dengan laki-laki 74,75 tahun dan perempuan 78,55 tahun.
Keseluruhan selama lima tahun usia harapan hidup di Boyolali lebih tinggi angkanya dibandingkan Jawa Tengah.
Kepala Dinkes Boyolali, Puji Astuti, mengatakan tingginya angka usia harapan hidup di Boyolali sebagai tantangan agar di usia lansia tetap berdaya dan tidak menjadi beban
“Dengan usia harapan hidup yang tinggi itu berarti manula [manusia lanjut usia] di Boyolali lebih banyak. Kami harapkan manula yang berdaya dan sehat,” kata dia saat ditemui Espos di kantornya, Kamis (12/6/2025).
Ia mengatakan manula yang berdaya dan sehat artinya tidak memiliki penyakit kronis sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan negara. Sehingga, Dinkes Boyolali harus menyadarkan manula untuk siap mengelola kesehatan agar terhindar dari penyakit kronis seperti hipertensi, gula, jantung, dan sebagainya.
Puji juga mengatakan manula bisa mengikuti program cek kesehatan gratis (CKG) sehingga bisa mengetahui kondisi kesehatannya. Ketika dilaksanakan dengan betul, lanjut dia, CKG bisa mencegah sedini mungkin penyakit.
“Kami dampingi warga untuk mencapai usia lansia dengan bahagia dengan cara memberikan upaya preventif pendidikan bahkan usia harapan hidup tinggi itu bisa usia yang berkualitas. Bukan berarti hidup segan mati tak mau, jadi tidak hanya di rumah,” kata dia.
Ia mengatakan Dinkes Boyolali akan berusaha agar usia harapan hidup yang tinggi dapat membuat manula bisa tetap hidup tanpa bergantung ke orang lain.
Beberapa pelayanan kesehatan dan gerakan juga dilaksanakan seperti program pengelolaan penyakit kronis (prolanis) hingga Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Warga lansia, tutur dia, diajak aktif bergerak dan berolahraga.
Selain itu, Puji mengatakan upaya untuk memberdayakan warga lansia tidak bisa dilaksanakan Dinkes sendiri.
“Semua bidang pasti terlibat di dalamnya. Semisal ada Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) yang menyelenggarakan wisuda lansia,” jelas dia.
Selain faktor kesehatan, ia mengatakan usia harapan hidup juga berpengaruh ke aspek lain seperti sanitasi, kondisi rumah, dan sebagainya.
“Oh semisal rumahnya tidak layak huni, tidak ada penerangan kemudian membuat jadi sakit-sakitan. Apa bisa Dinkes mengintervensi langsung? Enggak bisa, pasti harus ada Disperkim. Kemudian faktor psikologis, jadi banyak,” kata dia.
Sementara itu, salah satu warga Candigatak, Cepogo, Boyolali, M. Sururi, 80, ketika ditanya apa resep panjang umur mengaku tak tahu kuncinya. Namun, hal-hal yang ia lakukan setiap hari secara rutin yakni salat di masjid lima kali sehari, ke ladang sehari sekali, dan mengajar ngaji.
“Kalau jarak dari rumah ke masjid yang jalan kaki pelan-pelan begitu ya lima menit. Jalannya pelan jadi dikira-kira saja biar tidak terburu-buru bagaimana. Ke ladang aktif paling hanya cek saja, cari makan kambing sedikit,” kata dia.
Pria lansia dengan lima orang anak tersebut mengatakan ia juga aktif mengajar ngaji dengan berjalan kaki sehingga menurutnya itu yang membuat jantungnya sehat.
“Ya semisal sakit ya bilang ke anak, jangan dipendam sendiri. Sama pikiran dibuat enteng saja,” jelasnya.
Sentimen: neutral (0%)