Sentimen
Undefined (0%)
12 Jun 2025 : 08.41
Informasi Tambahan

BUMN: bank bjb

Kab/Kota: Solo

Kasus: korupsi

Tokoh Terkait

Solopos Hari Ini : Kuota Khusus Pendidikan Dokter

12 Jun 2025 : 08.41 Views 5

Espos.id Espos.id Jenis Media: News

Solopos Hari Ini : Kuota Khusus Pendidikan Dokter

Esposin, SOLO—Harian Umum Solopos hari ini, Kamis (12/6/2025), mengangkat headline tentang pemerintah dan pengelola program pendidikan dokter spesialis (PPDS) berbasis kampus belum satu suara soal upaya memenuhi kebutuhan dokter. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Solo usul kampus memberi kuota khusus untuk PPDS berbasis rumah sakit.

Diberitakan Solopos hari ini, Ketua IDI Solo Muhammad Eko Ira­wanto mengungkap akar masalah pemerataan suplai dokter. Lebih dari itu, berdasarkan pengamatan Eko Irawanto, terdapat kesenjangan akses bagi peminat pendidikan dokter.

“Pengamatan saya calon mahasiswa kedokteran itu seperti berperang sendiri-sendiri untuk masuk FK. Dan untuk masuk memang sulit. Kalau yang ikut tidak memiliki kekuatan yang mendukung kemungkinan besar yang bisa masuk ya dari daerah dengan akses pendidikan yang cukup. Sementara tidak banyak kampus yang menerima mahasiswa dari utusan daerah 3T,” ungkap dia kepada Espos, Selasa (10/6/2025).

Problem utama minimnya ketersediaan dokter yang membuat kesenjangan pelayanan kesehatan sama-sama diakui pemerintah dan para pengelola PPDS kampus. Sebelumnya, sejumlah guru besar kedokteran UNS Solo menolak rencana pemerintah menggelar PPDS berbasis rumah sakit.

“Fakultas-fakultas kedokteran itu perlu menyediakan kuota bagi daerah tertinggal atau punya kebutuhan dokter tinggi tentunya dengan formula atau rumus tertentu. Sementara Pemda [pemerintah daerah] bisa menyekolahkan putra-putri terbaiknya ke kampus-kampus atau rumah sakit terbaik dengan skema beasiswa tapi dengan syarat mereka wajib kembali,” kata Eko Irawanto.

20 Pertanyaan Selama 10 Jam untuk Bos Sritex

JAKARTA—Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk. atau Sritex, Iwan Kur­niawan Lukminto mengaku menda­pat 20 pertanyaan dalam pemeriksaan 10 jam di Kejaksaan Agung (Kejagung), Selasa (10/6/2025). Pemeriksaan berlanjut dengan meminta keterangan 13 saksi terkait kasus dugaan korupsi pada pemberian kredit Sritex.

Kapuspenkum Kejagung Harli Sire­gar mengatakan satu dari 13 saksi yang diperiksa itu adalah mantan Di­­rek­tur Utama Bank BJB, Yuddy Re­naldi. ”YR selaku [eks] Direktur Uta­ma Bank BJB diperiksa sebagai saksi,” ujarnya da­lam keterangan tertulis, Rabu (11/6/2025).

Pada kesempatan yang sama, Kejagung juga telah memeriksa petinggi Bank BJB lainnya mulai dari RL selaku Direk­tur IT dan Treasury; NK selaku Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko; SRT selaku Direktur Keuangan dan Re­tail; dan TS selaku Direktur Operasi PT Bank BJB.

Angkat Produktivitas Naker Jadi Solusi

JAKARTA — Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Aviliani, mendorong pemerintah meningkatkan produktivitas tenaga kerja, setelah Bank Dunia melaporkan jumlah penduduk miskin Indonesia mencapai 194,4 juta jiwa pada 2024.

Aviliani menilai standar hidup masyarakat Indonesia sulit naik apabila produktivitasnya masih rendah. Oleh sebab itu, sambungnya, perlu adanya peningkatan keterampilan. Dia berpendapat selama ini pemerintah salah langkah karena hanya menaikkan upah minimum, tanpa adanya peningkatan produktivitas.

Akibatnya, banyak perusahaan yang pindah ke daerah dengan upah minimum regional yang rendah seperti Jawa Tengah. Avi meyakini persoalan tersebut tidak akan terjadi apabila kenaikan upah minimum diikuti dengan peningkatan produktivitas. Pengusaha tidak akan rugi menaikkan gaji karyawannya karena produktivitas juga meningkat.

Alarm Serius bagi Timnas Indonesia

JAKARTA—Kekalahan telak 0-6 yang diderita Indonesia dari Jepang menjadi sinyal keras bahwa pekerjaan rumah masih menumpuk menjelang putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026.

“Yang paling terasa, kita butuh penambahan pemain berkualitas untuk mempertebal kedalaman skuad. Khususnya di lini tengah dan depan yang saat melawan Jepang terlihat kurang mampu mengimbangi,” kata pengamat sepak bola, Mohamad Kusnaeni, lewat pesan singkat di Jakarta pada Rabu (11/6/2025).

Dia juga menyoroti lemahnya kerja sama antarpemain dan antarlini sehingga Indonesia selalu kesulitan ketika menghadapi tim dengan gaya bermain cepat dan menekan tinggi. “Permainan tim secara keseluruhan perlu ditingkatkan. Koordinasi di lapangan masih sering kacau,” lanjut Kusnaeni.

Simak berita di Koran Solopos edisi hari ini, Kamis (12/6/2025), lewat gawai Anda dengan mengakses koran.solopos.com. Untuk memulai berlangganan silakan daftar ke Solopos ID dengan harga mulai Rp9.999. Berlangganan Solopos ID, Anda bisa mengakses berita Koran Solopos lewat gadget, membaca konten khas espos.id yaitu Espos Plus, serta menikmati semua berita di espos.id tanpa gangguan iklan.

Bila ada pertanyaan atau kendala mengenai Solopos ID, Anda bisa mengakses Pusat Bantuan atau menghubungi WhatsApp pusat layanan pelanggan SoloposID di 081548554656.

Sentimen: neutral (0%)