Sentimen
Undefined (0%)
8 Jun 2025 : 17.28
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Batang, Solo

Tak Sekadar Indah, Yuk Kenali Ragam Tas Etnik Nusantara di Festara 2025 Solo

8 Jun 2025 : 17.28 Views 1

Espos.id Espos.id Jenis Media: Solopos

Tak Sekadar Indah, Yuk Kenali Ragam Tas Etnik Nusantara di Festara 2025 Solo

Esposin, SOLO — Beragam tas etnik dari berbagai daerah di Indonesia dipamerkan di acara Festival Tas Nusantara atau Festara 2025 di Balai Kota Solo yang berlangsung pada Sabtu-Minggu (7-8/6/2025). Tas-tas tersebut tak hanya indah namun juga memiliki banyak fungsi atau kegunaan.

Program Director Festara, Heru Mataya, mengatakan pameran tas etnik itu sesuai tujuan diselenggarakannya acara yakni untuk melestarikan tas-tas tradisi nusantara yang terancam punah.

“Di Indonesia, sebetulnya, masih banyak jenis tas etnik Nusantara yang kondisinya memprihatinkan. Jika kita tidak melestarikannya, tas-tas itu akan hilang,” ujar Heru saat diwawancarai Espos, Minggu (8/6/2025).

Tas etnik yang dipamerkan di Festara 2025 hanya sebagian kecil dari ragam jenis tas yang ada. Sebab ragam tas di setiap daerah memiliki perbedaan. Terutama hal itu dipengaruhi adalah perbedaan kondisi iklim, geografis, hingga budaya. Tas etnik dibuat menyesuaikan kebutuhan praktis sehari-hari, termasuk untuk upacara keagamaan.

Misalnya tas dari Papua, noken, yang juga dipergunakan dalam Festara 2025. Tas yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda pada 2012 ini dibuat dari serat kayu secara turun-temurun oleh perempuan Papua. 

Noken dibuat di tengah masyarakat Papua yang agraris. Sehingga fungsi Noken adalah membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari dari hasil pertanian, kapasitas berat barang yang dibawa bisa mencapai 20 kilogram (kg). 

Noken biasanya digunakan dengan cara disangkutkan di kepala serta bagian kantungnya menjuntai di punggung. Noken dipercaya memiliki makna filosofis sebagai simbol kehidupan yang baik, perdamaian, serta kesuburan bagi masyarakat.

Setiap wilayah di Papua memiliki varian dan jenis noken yang berbeda. Pada pameran di Festara 2025, jenis Noken berasal dari Suku Moi, dan Provinsi Papua Pegunungan

Begitu juga dengan masyarakat Maluku memanfaatkan pohon sagu untuk membuat tas Lopa-lopa. Dahulu, sagu menjadi makanan pokok di Maluku, oleh masyarakat pelepah pohon sagu dimanfaatkan untuk membuat kerajinan tangan, salah satunya adala tas. 

Untuk membuat Lopa-lopa cukup menggunakan pelepah batang sagu kering dan daun sagu untuk dianyam. Biasanya tas Lopa-lopa digunakan sebagai wadah hasil rempah-rempah seperti kapur sirih, pinang, dan tembakau. 

Lalu di Jambi ada tas Ambung Kerinci yang terbuat dari anyaman rotan. Tas ini cukup besar dan panjang yang difungsikan untuk menaruh seperti padi, kulit manis, dan hasil panen lainnya. Masyarakat Jambi biasanya menggunakan tas tersebut di kepala.

Di Jambi juga ada tas yang lebih kecil yakni Tenong. Tas ini lebih memiliki fungsi sosial sebagai wadah beras untuk melayat anggota masyarakat yang meninggal.

Selain fungsi praktis dalam kehidupan sehari-hari, tas etnik di Indonesia juga kerap hadir dalam upacara adat. Misalnya di pulau Bali yang hingga kini sangat kental dengan tradisi keagamaan.

Museum Tas Etnik

Tas Gandek Pemangku, tas anyaman bambu yang setia menemani pemuka adat atau agama untuk membawa perlengkapan suci seperti genta dan dupa. Ada pula Tas Pemuspan yang lebih sederhana, berfungsi sebagai wadah bunga untuk persembahyangan.

Tak kalah pentingnya adalah Keben atau Sokasi, kerajinan multifungsi dari Desa Kayubihi, Bangli. Selain sebagai wadah sesajen, beberapa jenis dan ukuran keben juga digunakan sebagai tempat penyimpanan rantasan atau set pakaian adat untuk leluhur dan sanak keluarga yang sudah dikremasi. 

Selain itu, apabila ada sanak keluarga yang memiliki hajat seperti pernikahan, upacara mesangih, juga upacara ngaben, Tas Keben digunakan sebagai wadah untuk memberikan sumbangan berupa bahan pokok mentah seperti beras, kopi, gula, teh, mi, roti, dan dupa.

Heru Mataya mengatakan tas-tas etnik di Indonesia memang sangat beragam. Ia berencana mengumpulkan dan memperkenalkan tas etnik kepada publik dengan membuat museum.

Namun, untuk sementara waktu tas tersebut diperkenalkan melalui festival yang sudah digelar dua kali di Kota Bengawan. Dia ingin Kota Solo menjadi pelopor untuk mengupayakan pelestarian tas etnik Nusantara.

“Digagas setahun lalu, ini tahun kedua. Festival mencoba menjelajah ragam tas Nusantara, kita upayakan bukan hanya membuat pameran, tapi kami ingin memperkenalkan tas dari Sabang sampai Merauke,” katanya.

Heru menjelaskan Festara tahun ini mengusung tema Inspirasi Tas Bahari. Tema ini dipilih untuk menyoroti bagaimana kekayaan sumber daya laut Indonesia, sebagai negara bahari, menjadi sumber inspirasi bagi karya cipta seperti tas.

Selain tas etnik, Heru mengatakan di festival ini ada tas kreatif dengan bahan-bahan lokal dari laut dan pantai, seperti kulit ikan, kulit kerang, dan rumput laut. Tas karya para artisan itu terinspirasi dari budaya dan tradisi Nusantara.

"Ragam hewan dan tumbuhan laut juga menjadi inspirasi para seniman, artisan, dan UMKM produsen tas dalam menciptakan desain dan warna yang menarik," katanya.

Dia berharap tema Inspirasi Tas Bahari ini dapat menggugah kesadaran kolektif akan eksistensi Indonesia sebagai negara bahari yang kaya.

Sentimen: neutral (0%)