Sentimen
Undefined (0%)
8 Jun 2025 : 07.51
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Beijing, Denpasar, Tiongkok

Tokoh Terkait

Indonesia Butuh 10.000 Layar Bioskop, Saat Ini Baru Ada 2.500

8 Jun 2025 : 07.51 Views 2

Espos.id Espos.id Jenis Media: News

Indonesia Butuh 10.000 Layar Bioskop, Saat Ini Baru Ada 2.500

Esposin, DENPASAR--Jumlah layar di bioskop Tanah Air masih kurang. Dari kebutuhan ideal yaitu sebanyak 10.000 layar, saat ini baru terdapat 2.500 layar bioskop di Indonesia.

Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon mengatakan kondisi tersebut menjadi kekurangan Indonesia saat ini karena dunia film merupakan salah satu wadah besar untuk mengenalkan kebudayaan.

“Saya melihat peluang di Indonesia sangat besar, tapi memang kekurangannya bioskop kita memang kekurangan layar, kalau tidak salah kebutuhan layar kita 10 ribu yang ada baru 2.500,” kata Fadli Zon dalam penutupan festival film Balinale di Denpasar, Bali, Sabtu (7/6/2025), seperti dilansir Antara.

Maka dari itu, dia ingin investor di bidang perfilman atau sineas independen tahu kondisi tersebut sehingga menambah jumlah layar, serta mendorong kolaborasi kerja sama dengan pemda di daerah agar bisa menayangkan film.

Menurut Fadli Zon, kaitannya dengan kebudayaan sendiri dilihat dari sebuah film yang di dalamnya berisi banyak unsur-unsur budaya atau ekspresi budaya yang lain selain akting.

“Selain akting ada sastra di dalamnya, ada tari-tarian, ada musik, ada kuliner, film ini menjadi satu pilihan yang sangat penting untuk pemajuan kebudayaan,” kata Menbud.

Dia mengungkapkan kurangnya jumlah layar atau bahkan bioskop di Indonesia menjadi salah satu tantangan untuk memajukan perfilman, terlebih karena peluang kekayaan cerita dan prestasi sineas dalam negeri besar.

Mantan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tersebut memaknai film sebagai kekuatan lunak dalam menyebarluaskan kebudayaan, seperti Korea, Amerika Serikat, dan India yang saat ini gencar memengaruhi lewat film.

Kondisi ini harus dimanfaatkan juga oleh Indonesia sehingga Menbud mendorong agar anak muda mencintai film dalam negeri.

Menurutnya ini sudah mulai terjadi, terlihat dari jumlah tayangan film Indonesia di bioskop sepanjang 2024 yang mencapai 81 juta tayangan atau 67 persen dari seluruh film, tetapi tetap harus didorong.

Oleh karena itu selain jumlah layar yang kurang, kekurangan yang masih kementeriannya kejar adalah memperkuat pelatihan khususnya penulisan skenario sehingga karya film diminati penonton.

“Salah satu masalah kita di penulisan skenario, ceritanya bagus hebat tapi kalau skenarionya jelek filmnya akan jadi jelek, ini salah satu yang harus diperkuat dengan workshop membangun kapasitas dan penulisan skenario yang banyak,” ujar Fadli Zon.

Pada bagian lain, PT Produksi Film Negara (Persero) (PFN) memperkuat perannya sebagai akselerator ekosistem perfilman nasional dengan membuka peluang kerja sama internasional dengan sejumlah tokoh dan pemimpin dari industri media dan teknologi penyiaran Tiongkok.

Hal itu menjadi salah satu upaya PFN membuka ruang bagi pengembangan kapasitas sumber daya manusia perfilman Indonesia di kancah internasional.

“PFN terbuka dengan kerja sama dengan berbagai negara, baik dari pihak pemerintah maupun perusahaan swasta asing. Kami berupaya untuk meningkatkan akses teknologi bagi para insan perfilman Indonesia,” ujar Head of Corporate Secretary PFN Ihsan Chairdiansyah, melalui rilis pers, Jumat (30/5/2025).

Delegasi dari Beijing Municipal Radio and Television Bureau, Alibaba Digital Media & Entertainment Group (YOUKU), Huace Group, serta National Radio and Television Administration (NRTA) turut hadir bersama Vice President dari Coolita untuk membahas sinergi dalam berbagai aspek produksi dan pengembangan perfilman dalam pertemuan yang berlangsung di Jakarta.

Diskusi intens ini fokus pada potensi kolaborasi di bidang co-production film dan serial pendek, penjajakan investasi perfilman, serta transfer teknologi produksi virtual yang kini menjadi standar baru dalam industri konten global.

Ihsan menegaskan langkah ini menjadi bagian dari strategi perusahaan untuk menjalin kemitraan yang mendukung akses teknologi dan ekspansi pasar global, tanpa mengabaikan kekayaan budaya lokal.

Selain itu, ia menggarisbawahi komitmen perusahaan dalam menjalin kerja sama lintas negara dengan berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta asing.

Pertemuan ini menjadi tanda bahwa PFN kian serius mengambil posisi strategis dalam dinamika industri konten Asia dan memperluas perannya sebagai penghubung kreator lokal dengan ekosistem global.

Sentimen: neutral (0%)