Sentimen
Informasi Tambahan
Grup Musik: APRIL
Kab/Kota: Garut
Kasus: kecelakaan
Tokoh Terkait
Kisah Keluarga Korban Ledakan Amunisi Garut: Kami Kerja sama TNI, Bukan Pemulung
Espos.id
Jenis Media: News

Esposin, GARUT -- Salah satu anak korban ledakan amunisi usang di Garut, Jawa Barat, membantah tuduhan bahwa ayahnya yang meninggal dalam insiden pada Senin (12/5/2025) bukan pemulung. Dia menegaskan ayahnya yang bernama Rustiawan dalam insiden itu sedang bekerja dengan TNI untuk menjinakkan amunisi usang.
"Saya minta pertanggung jawaban, Pak. Karena bapak saya di situ bukan seperti yang orang-orang pikirin. Bapak saya bukan mulung. Bapak saya kerja sama tentara," kata perempuan yang mengaku sebagai anak Rustiawan di hadapan Dedi Mulyadi dalam video yang diunggah di kanal Youtube Kang Dedi Mulyadi, Rabu (14/5/2025).
Perempuan yang tampil mengenakan jilbab itu tampak menangis didampingi pamannya, Agus. Kepada Dedi Mulyadi, Agus menjelaskan bahwa Rustiawan sudah 10 tahun lebih bekerja dengan TNI AD untuk membantu pemusnahan amunisi usang.
Agus menambahkan, kemampuan menjinakkan amunisi itu diperoleh secara autodidak. Dia juga menegaskan dalam insiden tersebut, saudaranya bukan memulung bekas amunisi seperti yang ramai diberitakan.
"Peristiwanya sudah terjadi. Terjadi kecelakaan saat bekerja. Bapak ikut bekerja di situ. Yang disebut ikut bekerja adalah posisi bapak bukan mulung," tegas Dedi Mulyadi.
"Bukan, bukan," jawab Agus diiringi warga lainnya.
"Bukan berburu besi bekas. Bukan berburu selongsong. Posisi di situ adalah bekerja," kata Dedi Mulyadi menegaskan.
Agus juga menjelaskan, dalam melakoni pekerjaan itu, warga sipil diberi upah Rp150.000 sampai Rp200.000. Dia menceritakan dua ledakan pertama yang dilakukan berhasil. Namun, dalam proses yang berikutnya, amunisi usang itu lebih dulu meledak sebelum dijinakkan.
"Ledakan pertama, dua ledakan aman. Tapi yang kedua belum dijinakkan sudah meledak," tutur dia.
Sementara itu, menurut Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad), Brigjen Wahyu Yudhayana, pemusnahan amunisi usang di Garut dilakukan oleh jajaran Gudat Pusat Munisi III Pusat Peralatan TNI AD.
Wahyu menyebut prosedur yang sudah dilakukan termasuk mengecek keamanan lokasi pemusnahan, yakni dua lubang sumur yang telah disiapkan.
Di dalamnya, para petugas meledakkan amunisi yang sudah tidak layak pakai itu. Para petugas tim pengamanan juga disebut masuk ke pos masing-masing ketika situasi sekitar dinyatakan aman dan akhirnya peledakan di dua sumur dilakukan.
"Dan peledakan di dua sumur ini berjalan dengan sempurna dalam kondisi aman," ujar Wahyu dalam keterangannya, Senin (12/5/2025).
Sementara itu, terdapat satu lubang lain yang digali untuk menghancurkan detonator yang digunakan untuk meledakkan amunisi usang di dua sumur sebelumnya. Satu lubang itu juga dimanfaatkan untuk menghancurkan sisa detonator yang berkaitan dengan amunisi-amunisi tersebut.
"Saat tim penyusun munisi menyusun detonator di dalam lubang tersebut secara tiba-tiba terjadi ledakan dari dalam lubang yang mengakibatkan 13 orang meninggal dunia," ungkapnya seperti dikabarkan Antara.
Akibat insiden tersebut, korban meninggal dunia meliputi 9 orang sipil dan 4 orang personel TNI AD. Sebanyak 4 personel TNI AD itu adalah Kepala Gudang Pusat Munisi 3 Pusat Peralatan TNI AD Kolonel Kops Peralatan Antonius Hermawan dan Kepala Seksi Administrasi Pergudangan Gudang Pusat Munisi 3 Pusat Peralatan TNI AD Mayor Anda Rohanda.
Kemudian dua orang anggota Gudang Pusat Munisi 3 Pusat Peralatan TNI AD yakni Kopda Eri Dwi Priambodo dan Pratu April Setiawan. Adapun lahan yang digunakan untuk penghancuran munisi tersebut, terang Wahyu, adalah lahan milik BKSDA Kabupaten Garut.
Lokasi itu sudah rutin digunakan untuk memusnahkan amunisi afkir dan lokasinya jauh dari pemungkinan warga. Meski demikian, TNI AD dipastikan telah melakukan penyelidikan terhadap penyebab ledakan tersebut.
Pihak TNI AD juga menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya 4 orang personel TNI AD serta 9 masyarakat sipil akibat insiden itu.
Sentimen: neutral (0%)