Sentimen
Negatif (99%)
27 Apr 2025 : 14.15
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Moskow, Roma, Washington

Trump-Zelensky Mojok Berdua Bahas Strategi Perdamaian Ukraina di Sela Pemakaman Paus - Halaman all

27 Apr 2025 : 14.15 Views 14

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Internasional

Trump-Zelensky Mojok Berdua Bahas Strategi Perdamaian Ukraina di Sela Pemakaman Paus - Halaman all

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kepergok mojok berduaan di sela prosesi pemakaman Paus Fransiskus, Sabtu (26/4/2025).

Hal ini terungkap setelah kepresidenan Ukraina merilis foto-foto pertemuan antara Trump dan Zelensky tanpa didampingi ajudan di kawasan Basilika Santo Petrus.

Dalam cuplikan foto tersebut, keduanya terlihat berdiskusi serius sembari duduk di bangku merah.

Adapun pembicaraan tersebut digelar keduanya selama sekitar 15 menit sebelum misa pemakaman Paus Fransiskus dimulai.

Pertemuan di Vatikan ini, menjadi yang pertama bagi Trump dan Zelensky sejak pertemuan penuh ketegangan di Kantor Oval, Washington, pada Februari lalu.

Direktur Komunikasi Gedung Putih Steven Cheung menyatakan bahwa diskusi tersebut berlangsung "sangat produktif", tanpa merinci lebih lanjut hasil konkret dari pertemuan itu.

Sementara itu, Presiden Zelensky mengatakan bahwa itu adalah "pertemuan yang baik," seraya menambahkan bahwa keduanya telah "membahas banyak hal secara pribadi."

Diantaranya mencakup perlindungan rakyat Ukraina, gencatan senjata tanpa syarat, hingga upaya menciptakan perdamaian yang langgeng.

"Kami mendiskusikan banyak hal, berdua. Saya berharap ada hasil dari semua yang kami bahas bersama," tulis Zelensky, seperti dikutip CNN International.

"Berharap ada hasil dari semua yang telah kami bahas," tambahnya.

Pasca pembicaraan singkat itu rampung digelar, mereka terlihat bergabung dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dan Presiden Prancis Emmanuel Macron di luar Basilika Santo Petrus.

Sebelum akhirnya, Trump dan istrinya, Melania, terbang meninggalkan Roma dengan pesawat kepresidenan AS, Air Force One, pada Sabtu (26/4/2025) siang waktu setempat.

Trump Siapkan Sanksi Baru Untuk Rusia

Setelah menggelar pertemuan yang berlangsung sekitar 15 menit dengan Zelensky disela prosesi pemakaman Paus Fransiskus, mengatakan bahwa dirinya merasa Presiden Rusia Vladimir Putin tak serius untuk berdamai dengan Ukraina.

Lantaran selama beberapa hari terakhir Rusia terus melakukan serangan-serangan ke wilayah Kiev.

Menurut Trump, tindakan agresif semacam itu memperlihatkan bahwa Putin lebih fokus pada melanjutkan agresi ketimbang melakukan negosiasi yang dapat mengarah pada perdamaian.

Dia juga menyinggung soal kemungkinan akan memberikan sanksi baru terhadap Rusia.

Sanksi-sanksi tersebut, meskipun berat, tampaknya tidak mempengaruhi Putin secara signifikan, yang membuat Trump merasa bahwa langkah lebih lanjut mungkin diperlukan.

Ini adalah pandangan yang mencerminkan keyakinan bahwa tekanan ekonomi dan diplomatik melalui sanksi tambahan bisa menjadi cara untuk memaksa Rusia menghentikan serangannya.

"Tidak ada alasan bagi Putin untuk menembakkan rudal ke wilayah sipil, kota-kota, dan desa-desa selama beberapa hari terakhir," tulis Trump di Truth Social, dilansir dari The Guardian,

"Itu membuat saya berpikir bahwa mungkin dia tidak ingin menghentikan perang, dia hanya memanfaatkan saya, dan harus ditangani dengan cara yang berbeda, melalui Perbankan atau Sanksi Sekunder? Sudah terlalu banyak orang yang meninggal" lanjutnya.

Kesepakatan Ukraina Hadapi Rintangan

Terpisah, sebelum meninggalkan Kyiv menuju Roma pada hari Jumat, Zelensky menyarankan sejumlah kompromi kepada Trump dengan tujuan memajukan perundingan damai.

“Dalam beberapa hari ke depan, pertemuan-pertemuan yang sangat penting mungkin akan terjadi — pertemuan-pertemuan yang seharusnya membawa kita lebih dekat ke arah keheningan bagi Ukraina,” katanya.

"Kami siap berdialog, saya tegaskan lagi, dalam format apa pun dengan siapa pun," tegas Zelensky.

Pernyataan itu disampaikan Zelensky lantaran kerangka Kerja Kesepakatan Ukraina masih hadapi rintangan.

Rusia diketahui telah mengajukan empat tuntutan utama sebagai prasyarat perdamaian, diantaranya meminta AS menangguhkan rencana Ukraina untuk bergabung dengan NATO.

Presiden Putin juga mendesak agar publik mengakui Krimea sebagai bagian dari Rusia, mengingat wilayah itu sempat dianeksasi secara ilegal oleh Moskow pada tahun 2014.

Namun permintaan tersebut ditolak keras oleh Ukraina, Zelensky mengatakan tidak ada yang perlu dibicarakan karena pengakuan tersebut akan melanggar konstitusi Ukraina.

Menurutnya menyetujuinya Krimea sebagai bagian dari Rusia sama dengan menyerah dan mengkhianati kedaulatan negara.

(Tribunnews.com/Namira)

Sentimen: negatif (99.8%)