Sentimen
Negatif (94%)
26 Apr 2025 : 23.16
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Moskow, Roma, Washington

Di Tengah Melayat Paus Fransiskus, Trump dan Zelensky Bertemu Bahas Perang Ukraina - Halaman all

26 Apr 2025 : 23.16 Views 12

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Internasional

Di Tengah Melayat Paus Fransiskus, Trump dan Zelensky Bertemu Bahas Perang Ukraina - Halaman all

TRIBUNNEWS.COM - Di tengah-tengah acara pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melakukan pertemuan, Sabtu (26/4/2025).

Pertemuan itu terjadi di Basilika Santo Petrus, tempat kedua pemimpin tiba untuk berpartisipasi dalam Misa untuk menghormati kenangan akan Paus Fransiskus.

Mengutip laman Kantor Kepresidenan Ukraina, Donald Trump dan Volodymyr Zelensky bertemu untuk membahas isu penting dan mendesak.

Zelensky mencatat bahwa ini adalah pertemuan simbolis dengan potensi menjadi bersejarah jika hasil bersama tercapai, dan menyampaikan rasa terima kasih kepada Donald Trump.

Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Kepresidenan Ukraina, tampak Trump dan Zelensky duduk berhadapan di aula basilika, berjarak sekitar dua kaki, dan saling mencondongkan tubuh untuk berbincang.

Dalam foto kedua, dari lokasi yang sama, Zelensky, Trump, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron terlihat berdiri dalam kelompok yang rapat.

Setelah Trump dan Zelensky bertemu di basilika, keduanya bergabung dengan para pemimpin dunia lainnya di luar di Lapangan Santo Petrus pada upacara pemakaman Paus Fransiskus.

Kardinal Italia, Giovanni Battista Re, yang menyampaikan khotbah pada upacara pemakaman, mengenang bagaimana Paus Fransiskus tidak berhenti meninggikan suaranya untuk menyerukan negosiasi guna mengakhiri konflik.

"Perang selalu membuat dunia menjadi lebih buruk daripada sebelumnya: perang selalu menjadi kekalahan yang menyakitkan dan tragis bagi semua orang," kata kardinal, dikutip dari Reuters.

Sanksi Baru Rusia

Setelah melakukan pertemuan dengan Zelensky, Trump mengunggah postingan di Truth Social yang mengkritik Presiden Rusia Vladimir Putin atas serangan rudal baru-baru ini terhadap Ukraina.

"Tidak ada alasan bagi Putin untuk menembakkan rudal ke wilayah sipil, kota-kota, dan desa-desa selama beberapa hari terakhir," tulis Trump, dikutip dari Axios.

"Hal itu membuat saya berpikir bahwa mungkin dia tidak ingin menghentikan perang, dia hanya memanfaatkan saya, dan harus ditangani dengan cara yang berbeda, melalui 'Perbankan' atau 'Sanksi Sekunder?' Terlalu banyak orang yang sekarat!!!" lanjut Trump.

Sementara itu, Zelensky melalui akun X mengatakan, pertemuannya dengan Trump berjalan dengan sangat baik.

Ia menekankan perlunya gencatan senjata penuh dan tanpa syarat serta perdamaian yang dapat diandalkan dan abadi yang akan mencegah pecahnya perang lain.

"Pertemuan yang sangat simbolis yang berpotensi menjadi bersejarah, jika kita mencapai hasil bersama," ungkap Zelensky.

Trump telah mendesak Moskow dan Kyiv untuk menyetujui gencatan senjata dan kesepakatan damai.

Sebelumnya, ia telah memperingatkan bahwa pemerintahannya akan menghentikan upayanya untuk mencapai perdamaian jika kedua pihak tidak segera menyetujui kesepakatan.

Setelah putaran diplomasi bolak-balik minggu ini, perbedaan telah muncul antara posisi Gedung Putih Trump mengenai pembicaraan damai dan sikap Ukraina dan sekutu-sekutunya di Eropa, menurut dokumen dari pembicaraan yang diperoleh Reuters.

Washington mengusulkan pengakuan hukum bahwa Krimea, semenanjung Ukraina yang dianeksasi oleh Moskow pada tahun 2014, adalah wilayah Rusia.

Usulan itu yang menurut Kyiv dan sekutunya di Eropa sebagai garis merah yang tidak akan mereka lewati.

Ada pula perbedaan mengenai seberapa cepat sanksi terhadap Rusia akan dicabut jika kesepakatan damai ditandatangani, jaminan keamanan seperti apa yang akan diperoleh Ukraina, dan bagaimana Ukraina akan diberi kompensasi finansial.

Trump dan Zelensky memiliki hubungan pribadi yang tidak harmonis.

Dalam pertemuan mereka di Ruang Oval, Trump menuduh pemimpin Ukraina itu "berjudi dengan Perang Dunia Ketiga".

Sejak saat itu, Kyiv telah mencoba memperbaiki hubungan, tetapi sindiran terus berlanjut.

Zelensky mengatakan Trump terjebak dalam "gelembung disinformasi" yang menguntungkan Moskow, sementara pemimpin AS menuduh Zelensky menunda-nunda kesepakatan damai dan membuat pernyataan yang "menghasut".

Namun, kedua pemimpin negara tersebut saling membutuhkan.

Trump membutuhkan dukungan Zelensky untuk mencapai ambisinya untuk membawa perdamaian cepat antara Rusia dan Ukraina.

Sementara Kyiv membutuhkan Trump untuk menekan Moskow agar melonggarkan beberapa persyaratan yang lebih berat yang telah ditetapkannya untuk gencatan senjata.

Pada pertemuan di Ruang Oval pada bulan Februari, seorang reporter yang hadir dari jaringan berita konservatif AS menuduh Zelensky tidak menghormati acara tersebut dengan tidak mengenakan jas.

Zelensky, sejak dimulainya invasi besar-besaran Rusia pada tahun 2022, telah menghindari jas dan lebih memilih pakaian bergaya militer.

Ia mengatakan itu adalah caranya menunjukkan solidaritas dengan rekan senegaranya yang berjuang untuk membela Ukraina.

Di Roma pada hari Sabtu, Zelensky kembali memutuskan untuk tidak mengenakan jas, dan malah mengenakan kemeja gelap, dikancingkan sampai ke leher tanpa dasi, dan mengenakan jaket bergaya militer gelap di atasnya.

(*)

Sentimen: negatif (94.1%)