Sentimen
Negatif (98%)
18 Apr 2025 : 07.03
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Bukit Duri

Partai Terkait
Tokoh Terkait

Lebih Horor dari Horor-nya Joko Anwar

18 Apr 2025 : 07.03 Views 43

Voi.id Voi.id Jenis Media: News

Lebih Horor dari Horor-nya Joko Anwar

JAKARTA - Joko Anwar mempersembahkan film terbarunya, Pengepungan di Bukit Duri sebagai penanda 20 tahun berkarya di Indonesia. Film ini juga menjadi karya teranyarnya menggarap film drama setelah banyak mendominasi dengan cerita horornya.

Pengepungan di Bukit Duri menjadi spesial karena film ini menjadi kolaborasi Come and See Pictures - rumah produksi Joko bersama Amazon MGM Studios. Film ini juga merupakan film Indonesia buatan Amazon yang tayang di bioskop.

Pengepungan di Bukit Duri menceritakan Edwin (Morgan Oey), seorang guru yang kerap berpindah-pindah sekolah demi memenuhi janji kepada kakaknya, Silvi (Lia Lukman). Edwin berjanji akan menemukan anak Silvi yang menghilang bertahun-tahun lamanya.

Sampailah Edwin di sebuah SMA Bukit Duri, sebuah sekolah ‘buangan’ yang diisi dengan siswa-siswa yang berandal dan tidak peduli dengan pelajaran. Kehadiran Edwin menimbulkan sebuah tanya bahkan rasisme dari siswa di sekolah tersebut.

Edwin tidak gentar karena ia masih berusaha mengajar seperti biasa, hingga ia bertemu dengan Jefri (Omara Esteghlal), seorang siswa yang menjadi pentolan grup yang mendominasi. Jefri menekan Edwin bahkan acuh dengan pengajaran Edwin.

Ketidak gentaran Edwin mulai luntur setelah ia menyaksikan berbagai kejadian aneh di sekolah. Ia mulai menyadari hidupnya terancam ketika Jefri dan kelompoknya datang untuk bertarung dengannya.

Kompleks dan intens. Dua kata itu muncul sejak adegan awal dimulai. Tidak ada ruang bagi penonton untuk sekadar beristirahat atau menantikan adegan-adegan yang menenangkan karena film ini seperti tidak mau menunggu penonton dan memilih menceritakannya sendiri.

Konflik yang terjadi antara guru dan murid juga menjadi pembuka yang baik untuk mempertanyakan apa yang terjadi dengan bangsa dan lingkungan kita. Setiap karakter hidup dengan ketakutan merupakan refleksi kejadian traumatik yang masih dibawa hingga saat ini. Rasanya penceritaannya jadi lebih penting karena hal itu relevan dengan kehidupan kita.

Menuju bagian terakhirnya terasa terseret namun hal itu terbayar dengan adegan pertarungan terakhir yang luar biasa. Selain itu, akting para pemainnya juga patut diapresiasi, namun apresiasi terbesar patut diberikan kepada Morgan Oey dan Omara Esteghlal.

Penggambaran cerita ini juga terasa horor, lebih horor dari cerita-cerita horor yang dibuat Joko Anwar. Apa karena ceritanya dekat dengan kehidupan bermasyarakat sehingga timbul kekhawatiran kalau ceritanya akan terealisasi? Entah lah.

Teknis kamera juga pandai menyorot ekspresi para pemain, menunjukkan ketakutan dan kegigihan mereka dalam bertaruh. Rasanya penonton harus menontonnya langsung untuk memahami perasaan ketakutan yang timbul di sepanjang film dan tentunya bukan pengalaman menonton yang menyenangkan (bukan secara negatif).

Film ini mungkin menimbulkan respons kengerian atau mengandung trigger warning. Film ini memiliki rating D17+ dimulai dari Dewasa.

Adapun, film Pengepungan di Bukit Duri tayang di bioskop Indonesia mulai Kamis, 17 April.

Sentimen: negatif (98.4%)