Sentimen
Positif (98%)
1 Mar 2025 : 21.12

Wapres AS JD Vance Pemantik Debat Panas Trump-Presiden Ukraina Zelenskyy hingga 'Diusir' dari Gedung Putih

1 Mar 2025 : 21.12 Views 12

Voi.id Voi.id Jenis Media: News

Wapres AS JD Vance Pemantik Debat Panas Trump-Presiden Ukraina Zelenskyy hingga 'Diusir' dari Gedung Putih

JAKARTA - Debat panas diperontonkan di hadapan dunia antara Presiden AS Donald Trump, Wapres AS JD Vance dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Presiden Ukraina pulang tanpa ‘dukungan’ baru di tengah perundingan damai inisiatif AS dengan Rusia.

Ketegangan di ruang Oval Gedung Putih pada Jumat, 28 Februari waktu setempat, 'meledak' ketika Vance menekankan perlunya diplomasi untuk menyelesaikan konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

Zelenskyy sambil melipat tangannya, membalas dengan mengatakan Vladimir Putin tidak dapat dipercaya dan mencatat Vance belum pernah mengunjungi Ukraina.

“Diplomasi macam apa yang kamu bicarakan, JD?” Zelenskyy bertanya setelah menceritakan upaya diplomatik yang gagal dengan Rusia dilansir dari Reuters, Sabtu, 1 Maret.

"Saya sedang berbicara tentang jenis diplomasi yang akan mengakhiri kehancuran negara Anda," balas Vance.

Zelenskyy secara terbuka menantang Trump atas pendekatannya yang lebih lembut terhadap Putin, dan mendesaknya untuk "tidak berkompromi dengan seorang pembunuh."

"Anda akan membuat kesepakatan, atau kita akan keluar, dan jika kita keluar, Anda akan bertengkar. Menurut saya, hal itu tidak akan berjalan baik," kata Trump kepada Zelensky.

"Setelah kita menandatangani kesepakatan itu, Anda berada dalam posisi yang jauh lebih baik. Tapi Anda sama sekali tidak menunjukkan rasa syukur, dan itu bukan hal yang baik. Jujur saja. Itu bukan hal yang baik,” ujar Trump

Trump menekankan Putin ingin membuat kesepakatan.

Vance juga menyela Zelenskyy yang datang ke ruang Oval untuk mengajukan tuntutan atas posisinya adalah tindakan yang tidak sopan, dan hal ini disetujui oleh Trump.

"Anda tidak mengucapkan terima kasih," kata Vance.

Zelenskyy, sambil meninggikan suaranya, menjawab: "Saya berkali-kali mengucapkan terima kasih kepada rakyat Amerika."

Zelenskyy yang mendapatkan miliaran dolar persenjataan dan dukungan moral AS dari pemerintahan Joe Biden, menghadapi sikap yang sangat berbeda dari Trump.

Trump ingin segera mengakhiri perang yang telah berlangsung selama tiga tahun, meningkatkan hubungan dengan Rusia, dan mendapatkan kembali uang yang dikeluarkan untuk mendukung Ukraina.

“Saya harap saya akan dikenang sebagai pembawa perdamaian,” kata Trump.

Setelah pembicaraan, Trump mengarahkan dua pembantunya untuk memberi tahu Zelenskyy, sudah waktunya untuk pergi, bahkan ketika para pelayan sedang bersiap untuk menyajikan makan siang kepada para delegasi, menurut seorang pejabat Gedung Putih.

Pihak Ukraina diinstruksikan untuk pergi dari Gedung Putih meskipun mereka ingin melanjutkan perundingan, pejabat itu menambahkan.

Keruntuhan hubungan ini berarti Ukraina dan Amerika Serikat gagal menandatangani perjanjian mineral, yang diharapkan Kyiv akan mendorong Trump untuk mendukung upaya perang Ukraina dan berpotensi mendapatkan dukungan dari Partai Republik di Kongres untuk putaran bantuan baru.

Trump tidak tertarik untuk meninjau kembali kesepakatan mineral saat ini, kata seorang pejabat senior Gedung Putih kepada Reuters pada Jumat malam.

Debat panas itu juga melemahkan upaya para pemimpin Eropa untuk meyakinkan Trump agar memberikan jaminan keamanan bagi Ukraina meskipun ia menolak mengerahkan tentara AS di wilayah Ukraina untuk menjaga perdamaian.

Jaminan tersebut dipandang penting untuk mencegah Rusia melakukan agresi di masa depan.

Trump malah mengancam akan menarik dukungan AS terhadap Ukraina.

Trump terlibat dalam perselisihan dengan Zelenskyy dalam beberapa pekan terakhir, mengkritik cara dia menangani perang, menyebutnya sebagai "diktator" dan mendesaknya untuk menyetujui kesepakatan mineral.

Sentimen: positif (98.5%)